
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Pernah merasa gelisah tanpa alasan jelas, susah tidur padahal tidak lelah, atau merasa "gagal" hanya karena membandingkan hidup dengan orang lain di media sosial? Jika iya, bisa jadi kamu sedang mengalami overthinking, masalah mental yang kini menjangkiti banyak remaja di era digital.
Overthinking atau berpikir berlebihan sering dianggap sepele. Namun di balik keluh kesah seperti “nggak bisa tidur mikirin masa depan” atau “jadi insecure liat story teman”, tersimpan dampak serius bagi kesehatan mental, khususnya pada generasi muda.
Bukan Sekadar Banyak Pikir, Tapi Lebih ke Pikiran Negatif
Secara harfiah, overthinking berarti berpikir secara berlebihan. Tapi menurut para ahli psikologi, ini bukan sekadar banyak mikir, melainkan dominasi pikiran negatif terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Dampaknya? Stres, cemas, sampai depresi bisa jadi akhir dari proses berpikir yang terlalu jauh dan tidak terkontrol.
“Pikiran kita seperti mesin, kalau terus digeber tanpa istirahat, ya meledak,” ujar Dr. Vivi, spesialis kedokteran jiwa, dikutip dari Kompas.com. Ia menjelaskan bahwa faktor biologis, pola asuh, hingga tekanan sosial seperti body shaming atau tekanan prestasi bisa jadi pemicu utama.
Media Sosial dan Perbandingan Tak Sehat
Dalam keseharian, overthinking sering dipicu oleh kebiasaan scrolling media sosial. Melihat pencapaian orang lain sering membuat remaja merasa hidupnya “kurang”. Padahal, seperti pepatah lama berkata, yang terlihat belum tentu nyata.
Alih-alih termotivasi, remaja justru terjebak dalam siklus membandingkan diri secara destruktif. Akibatnya, mereka kehilangan kepercayaan diri, merasa gagal, bahkan bisa mengalami gangguan cemas kronis.
Overthinking Merampas Energi dan Fokus
Bayangkan mendorong meja berat yang tertahan dinding—begitu kira-kira rasanya overthinking. Otak terus bekerja keras untuk memproses sesuatu yang tak jelas hasilnya. Fungsi kognitif pun terganggu, konsentrasi hilang, dan produktivitas ambruk. Dalam jangka panjang, ini bukan hanya mengganggu rutinitas, tapi juga bisa memicu penyakit psikosomatik.
Bagaimana Mengatasinya? Ini Tipsnya!
Berpikir itu baik, asal tidak berlebihan. Untuk mengelola overthinking, para pakar menyarankan beberapa langkah sederhana namun efektif:
- Kenali pemicunya – Apakah karena tugas? Media sosial? Hubungan? Pahami akar masalahnya.
- Alihkan perhatian – Isi waktu dengan kegiatan produktif atau menyenangkan seperti olahraga ringan, menulis, atau mendengarkan musik.
- Latih pernapasan dan relaksasi – Tarik napas dalam, hembuskan perlahan. Ulangi hingga pikiran terasa lebih tenang.
- Berani berdamai dengan ketakutan – Terima bahwa tidak semua hal bisa kita kontrol, dan itu tidak apa-apa.
- Kurangi paparan digital – Puasa media sosial bisa jadi langkah awal untuk menyembuhkan pikiran yang lelah.
Kesimpulan: Jangan Biarkan Pikiranmu Mengalahkanmu
Overthinking bukan kutukan, melainkan alarm dari tubuh dan jiwa bahwa ada sesuatu yang perlu diubah. Remaja perlu diedukasi bahwa mencari bantuan bukan kelemahan, dan menerima ketidaksempurnaan adalah bagian dari hidup sehat secara mental.
Mulailah dari sekarang kenali dirimu, istirahatkan pikiranmu, dan berhentilah membandingkan dirimu dengan dunia yang hanya tampak sempurna di layar kaca.(*)