Membedah “Naskah Pecenongan” Warisan Literasi Betawi Akhir Abad-19 di SMAN 8 Jakarta

3 days ago 11

SHNet, Jakarta- Penetapan Jakarta sebagai City of Literature atau Kota Sastra Dunia, oleh UNESCO pada  2021 membuktikan bahwa akar literasi di ibukota ini cukup kuat, juga perkembangan gerakan literasi baik sebelum penetapan maupun sesudah ditetapkan UNESCO semakin marak. Melihat akar historis literasi di Jakarta, ada satu warisan luar biasa yang membetot sejumlah peneliti yaitu “Naskah Pecenongan”.

Naskah berupa prosa dan syair yang ditulis  dengan huruf/aksara Jawi, Bahas Arab Melayu oleh Muhammad Bakir di daerah Pecenongan, Jakarta Pusat (kini dikenal sebagai kawasan kuliner), dengan rentang waktu penulisan tahun 1884–1897. Dari sisi konten ragam cerita meliputi kisah petualangan, cerita panji, wayang, kisah Islami, dan beberapa hal simbolik.

Peninggalan berharga Muhammad Bakir yang merupakan warisan literasi yang disebut “Naskah Pecenongan” ini dibahas dalam seminar yang merupakan kerja sama  Dispusip DKI Jakarta-SMA Negeri 8 Jakarta di aula sekolah yang kerap disingkat  Smandel, Selasa (18/11/2025) dengan  tema“Eksplorasi Budaya Etnis Nusantara & Media Naskah Kuno: Sejarah Terjaga, Generasi Berkarya” dan menghadirkan pembiacara, pegiat literasi lulusan  Sastra Indonesia UI, Widyawati Oktavia, pegiat literasi dan salah satu pendiri perpustakaan Baca Di Tebet, Wien Muldian, dan cerpenis Meutia Swarna Maharni.

Seminar yang dipandu moderator Erick Rangga, pendiri Kawanesa ini dibuka oleh Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta, Ubadillah, M.Pd dan dihadiri juga oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, DKI Jakarta, Dr. Nasruddin Djoko Surjono, SIP, MBA dan diikuti hampir 100 siswa kelas X dan XI  dan dihadiri pula beberapa guru.

Dalam sambutannya, Ubaidillah mengatakan, pihak SMAN 8 Jakarta sangat menyambut baik dan mengapresiasi penyelenggaraan seminar yang membahas naskah warisan dan budaya literasi Betawi yang sangat berharga ini sehingga siswa dapat mengetahui dan nantinya dapat mempelajari lebih jauh soal ini. Paling tidak saat ini punya keinginan untuk membaca cerita tersebut, karena sudah dapat diakses.

Kepada narasumber dan tamu dari Dispusip DKI dan peserta seminar, Ubaidillah mengungkapkan bahwa sekolah yang dipimpinnya merupakan salah satu sekolah kebanggaan di DKI Jakarta, dan banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sini, apalagi siswa, banyak yang berjuang untuk bisa masuk ke SMAN 8 Jakarta.

“Suasana belajar di SMAN 8 Jakarta sangat kompetitif. Siswa berlomba untuk menorehkan prestasi baik di tingkat wilayah, nasional, maupun internasional,” ujar Ubaidillah sambil menyebutkan sejumah prestasi yang baru saya diraih para siswa baik sebagai juara umum OSN maupun kompetisi tingkat nasional lainnya.

Kepala Dispusip DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surdjono menerima buku tentang guru SMAN 8 Jakarta dari penulisnya, Suradi, didampingi Kepala Perpustakaan SMAN 8 Jakarta, Sri Redjeki saat mengunjungi Perpustakaan SMAN 8 di tengah seminar “Naskah Pecenongan”

Ajak Hidupkan Cerita dalam Naskah Lama

Sementara itu Kepala Dispusip  , Nasruddin Djoko  Surdjono mengungkapkan, Jakarta sejak lama punya budaya dan sejarah literasi yang membanggakan, salah satu buktinya, “Naskah Pecenongan” yang dibahas ini. Masih ada belasan naskah kuno Betawi dan ada yang sudah dialihbahasakan agar mudah dibaca generasi sekarang

Nasruddin mengajak kaum muda terutama pelajar,  untuk menghidupkan cerita lama yang terhimpun dalam naskah kuno Betawi  dalam bentuk atau platform kekinian, misalnya dengan digitalisasi. Karena pada 2027 Jakarta akan menuju Kota Global. Bila melihat sejarah VOC, yang kantor pusatnya  di Batavia,  jangkauan kerjanya meliputi kawasan regional Asia-Afrka. “Jadi, dari dulu, Jakarta sebenarnya sudah kota internasional, sekarang kita kuatkan lagi,” ujarnya.

Skriptorium Pecenongan

Pegiat literasi yang mengulas  “Naskah Pecenongan” Widyawati Oktavia menjelaskan, Skriptorium Pecenongan meliputi tempat menyimpan, menyalin, menulis, atau membaca manuskrip. Lokasi di Pecenongan, Batavia (sekarang masuk Jakarta Pusat). Jumlah naskah: 33 naskah, 26 judul, 6.991 halaman. Kemudian periode penulisan: 1884–1897,

Tokoh utama adalah Muhammad Bakir.penulis paling produktif. Adapun karakter naskah berupa prosa dan syair. Ditulisdengan huruf/aksara Jawi, bahasa Melayu. Tema naskah  beragam: petualangan (9 judul), wayang (10 judul), panji (2 judul), Islam (3 judul), simbolik (2 judul).

Pegiat literasi, Widyawati Oktavia saat mengulas “Naskah Pecenongan”

Lebih lanjut Widyawati menjelaskan, Skriptorium dan taman baca milik keluarga Fadli adalah yang terbesar di Batavia yang dikelola oleh masyarakat (penelitian Iskandar (1981), Chambert-Loir & Kramadibrata (2013), Mu’jizah (2018), dan Deviyanti (2018). Skriptorium ini menghasilkan sekitar 75 judul naskah; tempat lain umumnya hanya 1-2 naskah. Sebanyak 33 naskah menjadi koleksi Perpusnas, sebagian di luar negeri (Leiden, Rusia), sebagian lain belum diketahui keberadaannya. Semuanya dikelola oleh keluarga Fadli dan ada enam nama penyalin/pengarang yang tercatat dalam naskah.

“Yang menarik, naskah-naskah itu  disewakan, bukan untuk koleksi pribadi. Juga ada catatan tarif dan peringatan agar pembaca menjaga naskah. Pembacanya pun  beragam, disebut ada Baba Tionghoa, orang Betawi, Indo-Eropa; perempuan dan laki-laki,” ujar Widyawati.

Sementara itu, pegiat literasi  Wien Muldian yang bersama Kanti W Janis mendirikan dan  mengelola “Baca Di Tebet” – Perpustakaan dan Ruang Temu, menyampaikan materi dengan tema “Mengulik Gagasan, Mengayak Tulisan, Menyemai Narasi: Perihal Karya Kreatif: Daya Baca dan Penulisan Kreatif” ,Namun dengan gaya komunikatifnya, Wien yang biasa bergaul dengan kaum muda khususnya pelajar ini, mengajak siswa untuk berfikir dan menyampaikan pandangannya atas slide-slide yang diajukan. Maka, peserta pun berfikir dan ikut menyampaikan pikirannya. Lumayan menyedot perhatian dan daya pikat peserta seminar.

Wien mengatakan,  empat keterampilan berbahasa yakni membaca, menyimak, menggunakan bahasa, dan berbicara. Setelah itu baru melangkah penulisan. “Saya menekankan pentingnya kebiasaan membaca agar menjadi budaya sehingga banyak ide muncul untuk proses menulis.” katanya.

Selain  bicara budaya baca, menulis, dan kreatifitas yang terkait proses proses menulis, Wien  membagikan tips inspirasi kreatif yakni pertama,  ubah sesuatu yang rutin dengan berpikir berbeda dari yang dilakukan setiap hari. Kedua,  Amati distraksi atau yang mengganggu di masyarakat. Ketiga, kembangkan pilihan kata dan kalimat dengan kosakata yang dinamis. Keempat, menyampaikan kejadian-kejadian sederhana dengan pesan yang dalam. Kelima insting dengan hal-hal menantang dalam berkreativitas dan keenam,  tidak perlu takut denga ide, pertanyaan, masalah dalam membangun topik baru.

Usai memberikan paparan dan diskusi menarik, Wien memberikan sejumlah buku terbitan Sebermula yang dikelolanya bersama bberapa rekan. Buku ini disarankan dibaca siswa tapi kemudian diserahkan ke Perpustakaan SMAN 8 Jakarta agar dibaca siswa lain.

Satu pembicara lagi adalah cerpenis muda yang telah banyak menulis dan tampil di berbagai forum sastra dan kegiata penulisan yakni Meutia Swarna Maharani yang biasa disapa Ara. Tampilnya Ara di acara seminar dengan peserta pelajar SMA bukan saja relevan tapi memantik banyak tanya siswa yang ingin lebih tau bagaimana proses kreatifnya menulis.

Ara menulis sejak kecil dan keterampilannya dalam menulis cerpen menarik perhatian banyak kalangan baik di daerahnya, Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan berbagai kota, terutama Jakarta. Apalagi dalam sejumlah ajang Anugerah Cerpen Harian Kompas, Ara pernah beberapa kali masuk nominasi.

Hingga acara seminar usai, beberapa siswa menanyakan langsung ke Ara tentang proses kreatif Ara dalam menulis dan tentunya mereka juga menanyakan tips menulis bagi pemula seperti pelajar SMAN 8 Jakarta. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan