“IMDE Learning Day” Inspirasi dari Dimitri untuk Anak Negeri

1 day ago 5

SHNet, Jakarta-Banyak jalan untuk menggapai cita dan tidak sedikit peluang  yang dapat diperjuangkan oleh siapa pun untuk mencapai titik puncak prestasi, baik dalam bidang akademis maupun karya kreatif  yang tak terbatas. Paling tidak Dimitri Josephine telah membuktikannya dan semuanya diceritakan dalam acara bertajuk “Learning Day” Institut Media Digital Emtek (IMDE), Jumat (14/11/2025).

Acara yang digelar secara zoom dengan topik “Berbagi Cerita, Menebar Inspirasi: Dari Industri Kreatif ke Dunia PhD” menghadirkan narasumber utama pelaku industri kreatif, Dimitri Josephine dan diikuti para dosen IMDE, tenaga kependidikan, dan mereka yang sedang magang di IMDE.

Saat memberi sambutan pada seri ke-5 Learning Day ini, Rektor IMDE, Totok Amin Soefijanto Ed.D mengatakan, kisah perjalanan Dimitri dan konsistensinya dalam industri kreatif memperlihatkan betapa kerja keras dan konsistensi menekuni industri kreatif, utamanya berbasis teknologi digital, telah membuahkan hasil, bukan saja pengakuan atas kiprahnya, tapi tawaran untuk melanjutkan studi hingga tingkat doktoral.

“Kiprah Dimitri ini pasti menginspirasi kita semua untuk terus belajar dan mengukir prestasi. Pengakuan dan peluang yang lebih tinggi pasti akan menghampiri,” ujar Totok Amin Soefijanto yang turut memberikan rekomendasi untuk pengajuan studi doktor Dimitri.

Dimitri mengakui bahwa rekomendasi dari Rektor IMDE punya nilai tambah dalam meloloskan pengajuannya,  karena dirinya ingat pernah beberapa kali mengisi acara di IMDE. Untuk rekomendasi dari kalangan perguruan tinggi ya ingetnya Pak Totok,”katanya.

Sebagai anak muda yang masih terus belajar dan berkarya, Dimitri terus terang merasa kikuk berbicara kepada para dosen yang dinilainya sudah sangat berpengalaman. Namun dia meyakinkan dirinya bahwa ini sebatas sharing, mungkin ada hal positif yang bisa diambil.

Dimitri seakan merendah dengan beragam karya kreaif yang sudah digenggamnya. Padahal, wanita instruktur Unreal Engine kebanggaan Indonesia ini telah menorehkan banyak prestasi dan karya yang original.

Lalu, Dimitri menjelaskan, Ia dan suaminya Arie Patih yang biasa bergerak di dunia event, seakan berhenti karena Covid-19. Tapi situasi yang tak terhindarkan itu  membuat pasangan ini untuk lebih kreatif. Dia dan sang suami menyadari, dunia animasi dan game menawarkan banyak potensi, terutama di Indonesia. Dimitri dan Arie pun kemudian memiliki visi memanfaatkan teknologi 3D untuk mengembangkan industri kreatif di tanah air.

Membuat virtual production yakni  teknik pengambilan gambar di studio yang dilengkapi dengan monitor LED sebagai latar belakang jadi dan menggunakan layar langkah awal pemanfaatan teknologi 3D.

Dimitri dan suami berbagi tugas. Sang suami  mendalami teknik virtual production ini. Arie fokus di area teknis, sementara Dimitri mendalami sisi software, yaitu Unreal Engine. Ketekunan mereka pun membawa hasil. Beberapa klien mempercayakan iklan dan video klip yang memanfaatkan virtual production. Salah satu contoh karya Dimitri dan Arie adalah video clip Bintang di Surga dari Noah.

Suasana learning day IMDE dengan nara sumber Dimitri Josephine

Hingga kini  lanjut Dimitri, pihaknya  sudah mengerjakan sekitar 70 project yang memanfaatkan virtual production. Sebagianbesar dari Indonesia, tapi ada juga namun ada juga untuk studio luar negeri.

Saat ini Dimitri dikenal sebagai  pakar dalam penggunaan Unreal Engine di luar industri game. Kemampuannya bahkan sampai ke Epic Games, perusahaan pembuat Unreal Engine. Epic Game pun kemudian meminta Dimitri mengikuti beberapa tes agar dapat mengantongi sertifikat resmi dari Epic Games. Setelah menjalani proses evaluasi sekitar lima bulan, Dimitri pun resmi menyandang predikat Unreal Engine Authorized Instructor. “Saya orang pertama di Indonesia dan saat ini masih satu-satunya yang berfokus pada virtual production dan animasi,” ungkap Dimitri

Lompat ke Studi Doktoral

Paparan Dimitri sampai pada titik yang cukup penting yakni tawaran untuk melanjutkan studi doktoral, meskipun statusnya masih sarjana, belum menempuh studi master atau S-2. Pihk pemberi beasiswa tidak mempermasalahkan karena karya dan kiprahnya selama ini mungkin setara dengan lulusan S-2.

“Tawaran studi doktoral cukup menantang meski prosesnya berliku. Jadi aku langsung lompat dari S1 ke PhD. Kebetulan ini adalah beasiswa dari pemerintah Australia dan bukan dari Indonesia. Supervisor aku lalu fight & build up case ini ke Uniersitas nya karena aku gak punya S2, jadi kita ngumpulin banyak dokumen & porto folio lalu kita lampirin ke Universitasnya,” ungkap Dimitri.   (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan