SHNet, Jakarta– Selama ini, masyarakat umum hanya mengetahui kalau diabetes itu hanya ada dua tipe, yakni tipe 1 dan tipe 2.
Namun pada tahun 2025, Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengakui secara resmi Diabetes tipe 5 yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi kronis (malnutrisi).
“Penderita diabetes tipe 5 biasanya mengalami malnutrisi waktu kecil. Dimana pankreas tidak berkembang dengan baik dan tidak mampu memproduksi insulin yang cukup. Setelah dewasa, dia kena diabetes meski badannya nggak gemuk,” ujar dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD, K-EMD, Ph.D, dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes yang merupakan Bendahara Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan Pengurus Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada diskusi media bertajuk “Obesitas Teratasi, Diabetes Terkendali”, di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Gejalanya mirip dengan diabetes tipe 1, seperti sering buang air kecil dan berat badan turun terus. “Gejalanya pada anak-anak bisa dilihat dari kurva tumbuh kembangnya. Kalau berat badan menunjukkan kurva turun terus, sering buang air kecil, itu merupakan gejala dari diabetes tipe 5,” ungkap dr Dicky.
Ia menambahkan, bila di dalam keluarga, ayah atau ibunya penderita diabetes, bahkan keduanya penderita diabetes, maka anaknya berisiko tiga kali lipat menderita diabetes.
Obesitas
Diabetes erat kaitannya dengan obesitas karena 90 persen penderita diabetes disebabkan oleh obesitas.
Menurut IDF Diabetes Atlas edisi ke-11 (2024), 20,4 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes, dan angka ini diproyeksikan melonjak menjadi 28,6 juta pada tahun 2050. Indonesia kini menjadi negara ke-5 tertinggi di dunia dengan jumlah orang dewasa dengan diabetes.
Situasi obesitas yang menyertainya tak kalah mengkhawatirkan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi obesitas pada usia di atas 18 tahun meningkat dari 21,8% pada 2018 menjadi 23,4% pada 2023, dan obesitas sentral mencapai 36,8% pada kelompok usia di atas 15 tahun.
Penelitian dari Institut Pertanian Bogor bahkan memperkirakan bahwa obesitas menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 78,478 miliar per tahun, menggambarkan bagaimana masalah ini bukan hanya soal individu, tetapi krisis yang berdampak sistemik.
Obesitas terasosiasi lebih dari 200 penyakit. Sehingga WHO mengatakan obesitas sebagai penyakit kronik.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Obesitas, sebuah panduan komprehensif bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam mengenali dan mengelola obesitas secara tepat.
PNPK Obesitas menekankan pendekatan bertahap—dimulai dengan perubahan gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, dan tidur), lalu bila belum cukup, terapi medis atau farmakoterapi sesuai indikasi, dengan pemantauan dan rujukan tepat waktu.
Novo Nordisk Indonesia terus mendorong peningkatan akses terhadap edukasi, layanan kesehatan, dan dukungan medis yang tepercaya bagi individu dengan obesitas di seluruh Indonesia, salah satunya melalui NovoCare.id.
Clinical, Medical, & Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia dr. Riyanny M. Tarliman, menegaskan pentingnya mengubah cara pandang terhadap obesitas, “Kelebihan berat badan atau obesitas bukan kesalahan individu. Ini adalah kondisi medis kompleks yang membutuhkan dukungan nyata. Individu dengan obesitas berhak mendapatkan bantuan medis yang tepat untuk mengelola obesitas. Melalui platform NovoCare.id, kami menghadirkan akses untuk menemukan dokter dan informasi yang tepercaya dan dapat memberikan dukungan untuk mengelola obesitas.”
Bagi sebagian orang, perubahan gaya hidup saja belum cukup untuk mencapai penurunan berat badan yang bermakna. Dalam kondisi seperti ini, terapi medis anti-obesitas di bawah pengawasan dokter dapat menjadi pilihan, bersama dengan program diet rendah kalori dan aktivitas fisik teratur, seperti yang tertuang dalam PNPK Obesitas (KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/509/2025 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KLINIS TATA LAKSANA OBESITAS DEWASA).
Salah satu inovasi terbaru dari Novo Nordisk adalah terapi GLP-1 RA untuk manajemen berat badan, yang telah terbukti secara klinis: 1 dari 3 pasien dapat kehilangan lebih dari 20% berat badan, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 20%, serta meningkatkan fungsi dan kualitas hidup, termasuk pada pasien dengan gagal jantung dan osteoartritis lutut.
Dengan inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan panduan klinis yang terbukti, Novo Nordisk berkomitmen untuk terus mendorong perubahan dalam penanganan obesitas dan diabetes di Indonesia. Lebih dari sekadar penurunan berat badan, penatalaksanaan obesitas bertujuan mengembalikan harapan, meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah komplikasi serius seperti diabetes. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, Novo Nordisk berupaya mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, di mana obesitas teratasi dan diabetes terkendali. (Stevani Elisabeth)


















































