
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan perlunya sinergi kuat antara pemerintah, Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB), dan dunia usaha menghadapi berbagai tantangan ketenagakerjaan di Indonesia. Hal ini ia sampaikan saat membuka Rapat Kerja Nasional Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin (FSP LEM SPSI) di Karawang, Senin (1/9/2025).
Yassierli mengungkapkan ada tiga pekerjaan rumah utama yang harus menjadi fokus bersama, yaitu pembaruan regulasi ketenagakerjaan, penguatan Gerakan Produktivitas Nasional, serta upaya peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui upskilling dan reskilling.
Dalam konteks regulasi, isu seperti upah minimum, tenaga kerja asing, perjanjian kerja waktu tertentu, outsourcing, cuti, pesangon, dan pemutusan hubungan kerja masih memerlukan solusi yang komprehensif. Menaker menekankan, tantangan ini sekaligus menawarkan peluang untuk membangun masa depan bangsa.
“Hubungan industrial yang harmonis saja tidak cukup. Kita perlu bergerak ke arah hubungan industrial transformatif dengan produktivitas sebagai kunci utama. Saat ini produktivitas tenaga kerja Indonesia masih 10 persen di bawah rata-rata negara ASEAN. Saya berharap serikat pekerja bisa menjadi pelopor produktivitas dan budaya kerja produktif,” ujarnya dikutip dari kompas.com
Sebagai langkah konkret, Kemenaker sudah menginisiasi pelatihan ahli produktivitas dan membuka kesempatan bagi FSP LEM SPSI untuk ikut dalam training of trainers (ToT) agar penyebaran pelatihan tersebut menjangkau seluruh Indonesia.
Yassierli juga menegaskan bahwa Balai Latihan Kerja (BLK) dan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) akan terus diperluas serta kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan industri melalui Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Selain pencari kerja, balai ini juga harus dimanfaatkan oleh serikat pekerja untuk peningkatan dan penyesuaian keterampilan.
Melalui slogan “A Nice Place to Grow,” Kemenaker ingin menciptakan ruang pengembangan kapasitas pekerja yang berkelanjutan sebagai kunci mewujudkan Indonesia Emas 2045. Menaker juga menyebut kecerdasan buatan (AI) bukan ancaman, melainkan alat pendukung yang dapat mempercepat kemajuan dunia kerja.
Yassierli optimis bahwa kolaborasi erat antara pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja akan membawa lompatan besar bagi ketenagakerjaan Indonesia di masa depan.
Ikuti KENDARI POS di Google News
Dapatkan update cepat dan artikel pilihan langsung di beranda Anda.