Foto udara longsor menimpa jalan di wilayah Mega Mendung, Lembah Anai, Tanah Datar, Sumatera Barat, Sabtu (29/11/2025). Akses utama jalan nasional Padang-Bukittinggi itu putus total akibat banjir bandang dan longsor pada Kamis (27/11) sehingga pengguna jalan harus memutar jauh melalui Kabupaten Solok. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/tom.(Iggoy el Fitra)
KENDARIPOS.CO.ID -- Setelah melalui pencarian intensif selama beberapa hari, Tim SAR gabungan akhirnya berhasil menemukan Pelda Yudi Gunardi, prajurit Subdenpom XX/E Padang Panjang yang hilang usai terseret banjir bandang pada Kamis (27/11/2025). Penemuan ini sekaligus menutup operasi pencarian di tengah medan berat dan cuaca yang terus berubah.
“Terima kasih kepada seluruh personel dan relawan yang telah bekerja keras hingga almarhum berhasil ditemukan,” ujar Kapendam XX/Tuanku Imam Bonjol, Letkol Kav Taufiq, di Kota Padang, Selasa (2/12/2025), dikutip dari Kompas.com.
Terseret Banjir Saat Bertugas Menolong Warga
Pelda Yudi Gunardi bersama dua rekannya saat itu sedang mengatur lalu lintas di kawasan Lembah Anai, lokasi yang terdampak tanah longsor parah hingga menutup jalan dan menimbulkan kemacetan panjang. Ketiganya ditugaskan membantu evakuasi masyarakat agar dapat melewati area tersebut dengan aman.
Namun, suara gemuruh dari arah sungai menandai bahaya besar banjir bandang yang tiba-tiba menerjang membawa arus deras dan material lumpur. Para prajurit yang berjaga segera membantu warga menyingkir, tetapi arus kuat justru menyeret mereka.
Ditemukan di Mega Mendung
Setelah pencarian tanpa henti, jenazah Pelda Yudi ditemukan pada Senin (1/12/2025) sekitar pukul 17.00 WIB, di kawasan Mega Mendung, Jorong Air Mancur, Nagari Singgalang, Kecamatan Koto, Kabupaten Tanah Datar.
Identifikasi dilakukan di lokasi oleh tim gabungan dan dipastikan bahwa jenazah tersebut adalah Pelda Yudi. Usai proses identifikasi, jenazah dimandikan, dikafani, dan dibawa ke RST dr. Rekso Diwiryo untuk disemayamkan.
Rencananya, almarhum akan dimakamkan secara militer di Dusun Sawo III, Desa Sungai Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, sebagai bentuk penghormatan terakhir.

















































