Menyulam Empati, Menuai Simpati

3 weeks ago 27
SITI MARLINA FOR KENDARI POS AKSI SOSIAL : Syarifuddin, penerima manfaat operasi katarak gratis program, ESG PT Vale IGP Pomalaa ketika disambangi di kediamannya. Penglihatan pria yang berprofesi sebagai tukang kayu ini kini sudah normal. Dulunya, ia tidak bisa membaca tulisan jarak satu meter

--Ekspansi Humanis PT Vale di Bumi Mekongga

KENDARIPOS.CO.ID--Industri pertambangan di Pulau Sulawesi berkembang pesat. Kolaka menjadi salah satu pusat kawasan industrialisasi. Di tengah eksplorasi SDA yang kian masif, masih ada tangan-tangan humanis yang menyulam tawa dan tulus berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas.

Muhammad Abdi Asmaul Amrin, KOLAKA

Langkah kakinya sedikit tergesa, seakan ingin menebus waktu yang telah terlewat. Dengan sedikit tergopoh-gopoh, pria berperawakan sedang itu muncul dari balik pintu rumah semi permanen bercat kusam. Wajahnya sumringah penuh keramahan. Dialah Syarifuddin. Lelaki kelahiran 1972 yang kesehariannya bergelut dengan kesederhanaan.

Sambil menundukkan badan, ia merapatkan tangan lalu mengulurkan salam. Warga Lamekongga Kecamatan Undulako, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara (Sultra) menyalami satu per satu tamu yang berdiri di pekarangan rumahnya. Para tamu itu adalah dari tim Communication Officer PT Vale IGP Pomalaa serta rombongan media visit dari Kendari dan Kolaka.

Syarifuddin adalah seorang penerima manfaat operasi katarak lewat program Environmental Social Governance (ESG) PT Vale IGP Pomalaa. Akhir tahun 2024, anak perusahaan group MIND ID menggelar operasi katarak gratis. Ia bersama 19 warga kurang mampu yang tinggal di kawasan lingkar tambang cukup beruntung menerima manfaat program ini.

"Maaf, saya telah membuat bapak-bapak menunggu,” ujarnya lirih sembari tatapan matanya sesekali menunduk.

Senyum kecil di sudut bibirnya seolah menahan rasa canggung. Bagi Syarifuddin, membuat tamu menunggu adalah kesalahan besar, bagian dari sopan santun yang terpatri sejak belia. Ia lalu mempersilahkan para tamunya masuk ke kediamannya. Tapi karena kondisi ruangan yang tak memungkinkan, hanya sebagian yang bisa masuk. Yang lain, memilih duduk di selasar.

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan