Kekerasan Seksual Semakin Tak Terbatas. Berikut Dampak Yang Nyata Dari Hal Ini!

1 month ago 41
Ilustrasi

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID.--Kekerasan seksual tak lagi terbatas pada ruang gelap atau relasi kuasa yang kasat mata. Kini, ia menyusup ke ruang-ruang yang seharusnya menjadi simbol intelektualitas dan moral: kampus dan tempat kerja profesional. Ironisnya, perempuan yang menempuh pendidikan tinggi, yang dianggap telah memiliki kesadaran dan akses pada keadilan, justru kerap menjadi korban.

Lebih memilukan lagi, banyak korban memilih diam. Mereka menanggung trauma sendirian karena takut disalahkan, dipermalukan, atau bahkan dijadikan bahan gosip di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman.

Data yang dihimpun dari berbagai kasus menunjukkan enam dampak serius kekerasan seksual terhadap perempuan terdidik, yang tak hanya menyisakan luka pribadi, tetapi juga mengungkap betapa lemahnya sistem perlindungan yang seharusnya berdiri di pihak korban yang dilansir dari ganto.co :

  1. Trauma Psikis yang Panjang dan Dalam

Korban kekerasan seksual kerap mengalami gangguan psikologis jangka panjang, seperti kecemasan, stres berat, hingga depresi. Sayangnya, banyak institusi tidak memiliki sistem pemulihan yang layak, membuat korban merasa trauma adalah beban pribadi, bukan kegagalan struktural.

  1. Runtuhnya Rasa Percaya Diri

Ketika korban malah disudutkan, kepercayaan diri pun runtuh. Mereka merasa bersalah, malu, dan akhirnya memilih menjauh dari ruang publik atau aktivitas sosial yang sebelumnya dijalani dengan semangat.

  1. Stigma dan Pembungkaman

Di lingkungan akademik dan profesional, menjaga reputasi sering kali dianggap lebih penting dari mendengar suara korban. Akibatnya, korban distigmatisasi sebagai "berlebihan" atau "pencari perhatian", memperparah trauma dan menormalisasi budaya bungkam.

  1. Karier dan Pendidikan yang Terhenti

Banyak korban terpaksa berhenti kuliah atau mengundurkan diri dari pekerjaan karena tidak kuat menghadapi tekanan mental dan sosial. Sementara pelaku tetap bebas, korban justru kehilangan masa depan.

  1. Gagalnya Institusi Menjadi Tempat Aman

Lemahnya mekanisme pelaporan, minimnya pendampingan psikologis, hingga ketakutan akan pembalasan membuat banyak korban memilih bungkam. Kampus dan tempat kerja sering lebih sibuk menjaga citra daripada menjamin keadilan.

  1. Minimnya Pendidikan Seksual dan Kesadaran Gender

Mirisnya, bahkan perempuan berpendidikan tinggi pun masih minim pengetahuan soal batas tubuh, hak atas perlindungan, dan jalur hukum yang bisa ditempuh. Ini menunjukkan bahwa pendidikan formal belum tentu menghadirkan kesadaran gender dan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.

Kesimpulan:

Kekerasan seksual di kampus dan dunia profesional bukan sekadar masalah individu, melainkan krisis sistemik. Saat korban lebih sering disalahkan daripada dilindungi, kita harus bertanya: apakah institusi benar-benar berpihak pada keadilan, atau hanya peduli menjaga nama baik? (*)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan