KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-Sejak dilantik pada 20 Februari lalu, Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka menunjukkan kinerja yang langsung terasa oleh masyarakat.
Tanpa jeda, Gubernur ASR tancap gas dengan memprioritaskan pembenahan infrastruktur publik, terutama jalan dan jembatan yang selama ini menjadi keluhan utama masyarakat di berbagai wilayah.
Efek dari kepemimpinan yang responsif dan berorientasi pada aksi nyata ini mulai terasa. Salah satu langkah awalnya adalah perintah tegas kepada Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga untuk segera memperbaiki jalan provinsi yang rusak parah di Konawe Selatan (Konsel) dan Buton Utara (Butur), infrastruktur yang selama bertahun-tahun tak kunjung diperbaiki.
Baru-baru ini, Gubernur ASR bahkan meresmikan Jembatan Bailey di Desa Sambandete, Konawe Utara, sebuah daerah yang kerap terisolasi saat musim hujan akibat banjir. “Ini adalah bentuk kepedulian nyata Pemerintah Provinsi terhadap kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
Fenomena “ASR Effect”
Tingginya respons dan aksi cepat Gubernur ASR dalam mengatasi persoalan-persoalan riil rakyat memunculkan apa yang kini mulai dikenal sebagai "ASR Effect". Ini adalah fenomena di mana masyarakat di berbagai penjuru Sultra mulai “berlomba” meminta perhatian pemerintah provinsi atas kondisi infrastruktur di daerah mereka.
Salah satu contohnya terjadi di Kabupaten Konawe. Ribuan warga dari Kecamatan Lambuya, Puriala, dan sekitarnya melakukan aksi blokade jalan poros Lambuya-Motaha. Aksi yang dimulai sejak Selasa (22 Juli 2025) itu masih berlangsung hingga Minggu (27/7), sebagai bentuk protes terhadap kerusakan jalan sepanjang 20 kilometer yang telah dibiarkan selama lebih dari dua dekade.
Menurut warga, jalur ini merupakan urat nadi penghubung tiga kabupaten: Konawe, Konawe Selatan (Konsel), dan Kolaka Timur (Koltim). Saat musim hujan, jalan ini berubah menjadi kubangan, sementara di musim kemarau menjadi ladang debu. Akibatnya, kendaraan rusak, aktivitas ekonomi terganggu, anak-anak kesulitan ke sekolah, dan hasil pertanian sulit dipasarkan.
"Kami ingin Gubernur Sultra turun langsung melihat kondisi di lapangan. Kami tidak akan membuka jalan sampai ada kepastian, bukan sekadar janji," tegas Rere, salah satu warga.
Tanda Kepercayaan Publik Meningkat
Aksi-aksi seperti ini, meski lahir dari rasa kecewa, juga menunjukkan sesuatu yang positif: meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap figur gubernur. Harapan besar kini ditumpukan kepada sosok Andi Sumangerukka, pemimpin yang dianggap berbeda dari sebelumnya, karena cepat bergerak dan tidak banyak berjanji.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa kehadiran Gubernur ASR telah membangkitkan optimisme baru di tengah masyarakat Sultra. Kepemimpinan yang kuat, responsif, dan langsung menyentuh kebutuhan dasar rakyat seperti jalan, jembatan, dan akses ekonomi, memang menjadi kerinduan lama masyarakat daerah.
Kini tantangannya adalah bagaimana menjaga konsistensi kinerja ini, sekaligus menuntaskan aspirasi masyarakat yang kian lantang bersuara, berkat keyakinan bahwa perubahan benar-benar sedang terjadi di bawah komando Gubernur ASR. Sebab, setelah Konsel, Butur, dan Konawe, bisa jadi masyarakat daerah lain di Sultra juga ikut bersuara. (KP)


















































