Gubernur ASR Effect, Masyarakat Sultra “Berlomba” Minta Diperhatikan Kondisi Infrastruktur Daerahnya

3 months ago 69

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-Keberadaan Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) memberi efek luar biasa bagi publik Bumi Anoa. Terutama soal trush (kepercayaan publik) atas kinerja dan kepedulian pemimpin terhadap daerah dan rakyatnya.

Sejak dilantik 20 Februari lalu, Gubernur Andi Sumangerukka (ASR) langsung tanpa gas bekerja dan memprioritaskan kepentingan infrastruktur publik. Kinerjanya langsung kelihatan, saat memerintahkan Dinas SDA dan Bina Marga Sultra untuk memperbaiki jalan provinsi yang sudah bertahun-tahun rusak di Konawe Selatan (Konsel) dan Buton Utara (Butur).

Bahkan, akhir pekan lalu, sudah diresmikan Jembatan Balley di Desa Sambandete Konawe Utara, yang mana lokasi itu sering terendam banjir saat musim hujan. "Ini bentuk kepedulian pemerintah provinsi terhadap masyarakat," ujar Gubernur Andi Sumangerukka.

Melihat kinerjanya yang nyata dan benar-benar berpihak kepada daerah, masyarakat mulai "berlomba" mencari perhatian. Masyarakat yang infrastruktur dasar daerahnya masih bermasalah, meminta supaya gubernur turun lihat langsung. Tidak berlebihan kalau situasi ini disebut: Gubernur ASR effect atau pengaruh Gubernur ASR yang muncul berkat kepercayaan publik atas kepemimpinannya.

Fenomena ini kembali terlihat saat ribuan warga Kecamatan Lambuya, Puriala, dan sekitarnya di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), menggelar aksi blokir jalan, meluapkan kekecewaan mereka atas kondisi jalan poros Lambuya-Motaha yang rusak.

Warga yang kecewa menyayangkan minimnya perhatian pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi. Mereka menegaskan, permasalahan ini harus menjadi perhatian serius Pemprov Sultra. Mereka juga minta gubernur turun langsung melihat lokasi jalan rusak.

"Kami ingin Gubernur Sultra melihat langsung kondisi di lapangan. Kami tidak akan membuka jalan sampai ada kepastian, bukan sekadar janji," ungkap Rere, salah seorang warga.

Jalur sepanjang sekitar 20 kilometer ini ditutup warga sejak Selasa 22 Juli 2025, sebagai bentuk protes atas lambannya penanganan pemerintah selama lebih dari dua dekade, hingga Minggu (27/7).

Aksi blokade masih berlangsung. Sejumlah tenda didirikan tepat di badan jalan, menyebabkan arus kendaraan terputus total. Warga menuntut agar Pemerintah Provinsi Sultra turun tangan langsung, mengatasi kerusakan jalan yang disebut sebagai urat nadi penghubung tiga kabupaten: Konawe, Konawe Selatan (Konsel), dan Kolaka Timur (Koltim).

Menurut Rere, salah satu warga, kondisi jalan kian memburuk setiap tahunnya. Saat musim hujan, jalur tersebut berubah menjadi kubangan, sedangkan di musim kemarau menjadi ladang debu. Dampaknya, banyak kendaraan rusak, anak-anak kesulitan ke sekolah, serta hasil pertanian sulit dipasarkan. (KP)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan