6 days ago
21
Ilustrasi korban TPPO.
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berkedok perekrutan Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan Benoa, Bali, menyeret dua oknum personel Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud). Mereka diduga terlibat dalam praktik ilegal yang menjerat sedikitnya 21 orang korban.
Kuasa hukum korban dari Advokasi Perlindungan Pekerja Perikanan (Tangkap), Siti Wahyatun, menyebut kedua oknum Polairud itu sempat mendatangi kapal KM Awindo 2A tempat korban disekap pada 9 dan 11 Agustus 2025.
“Mereka datang bersama calo, mendata korban, memfoto satu per satu, hingga memerintahkan calon ABK menandatangani dokumen PKL tanpa diberi kesempatan membaca,” ujarnya dikutip dari cnn indonesia, rabu (10/9).
Para korban ditampung di kapal sejak 8 hingga 15 Agustus 2025 di area Kolam Labu, Benoa. Mereka belum berlayar karena dokumen belum sah. Lokasi kapal juga jauh dari darat, sehingga akses hanya menggunakan perahu kecil.
Kuasa hukum korban lainnya, I Gede Andi Winaba, menambahkan laporan resmi ke Polda Bali sudah dilayangkan dengan nomor STTLP/591/VIII/2025/SPKT/Polda Bali. Awalnya hanya satu oknum polisi berinisial PS dilaporkan, namun dalam pengembangan muncul dugaan keterlibatan satu oknum lain.
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Ariasandy, membenarkan adanya penyidikan kasus TPPO di Benoa. Sebanyak 21 korban telah dievakuasi dan diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk dipulangkan ke daerah asal masing-masing.
Kasus ini terungkap setelah laporan seorang awak kapal pada 29 Juli 2025, yang meminta evakuasi ke Basarnas. Polisi kemudian menelusuri dan menemukan modus perekrutan melalui media sosial, di mana korban dijanjikan pekerjaan ABK namun justru dijebak dalam praktik perdagangan orang.
Hingga kini, belum ada tersangka yang ditetapkan. Polda Bali menyatakan penyidikan masih berjalan untuk mengungkap peran para pelaku dan pemilik kapal.
Ikuti KENDARI POS di Google News
Dapatkan update cepat dan artikel pilihan langsung di beranda Anda.
