
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Rasa sayang orangtua pada anak memang tak terbatas. Namun, tanpa disadari, kasih sayang yang berlebihan bisa berubah jadi bumerang membentuk anak yang manja, keras kepala, dan tak mau diatur. Mulai dari selalu menuruti permintaan anak, hingga tak tega saat mereka merengek, semua bisa memperkuat sifat “banyak maunya”.
Kalau sudah terlanjur, apakah bisa diperbaiki? Jawabannya: bisa.
Dilansir dari hellosehat, berikut ini adalah 5 cara efektif yang bisa dilakukan orangtua untuk menghadapi anak manja dan membantu mereka belajar mengendalikan keinginannya.
1. Konsisten adalah Kunci
Salah satu penyebab anak tumbuh manja adalah ketidakkonsistenan orangtua. Misalnya, saat anak merengek minta mainan dan awalnya ditolak, tapi kemudian tetap diberi karena tidak tega. Ini memberi sinyal pada anak: “kalau aku menangis, pasti dituruti.”
Maka, kalau sudah bilang “tidak”, tetaplah pada keputusan itu. Meskipun anak menangis, tanggapi dengan tenang dan beri penjelasan logis. Misalnya:
“Mainannya nanti saja ya, sekarang masih banyak di rumah. Kita pilih makan dulu, mau ayam atau nasi goreng?”
Dengan tetap konsisten dan memberikan pilihan, anak belajar bahwa tidak semua keinginannya harus langsung dipenuhi.
2. Jelaskan Sebab Akibat Secara Sederhana
Anak-anak perlu belajar bahwa setiap tindakan punya konsekuensi. Daripada melarang tanpa alasan, beri penjelasan sederhana tentang dampak dari keinginannya.
Contoh:
“Kalau kamu makan lagi sekarang, perutnya bisa sakit karena tadi baru saja makan.”
Penjelasan logis membantu anak memahami alasan di balik larangan, bukan hanya merasa ditolak.
3. Libatkan Anak dalam Aktivitas Sosial
Anak yang selalu dituruti cenderung tumbuh egois dan sulit berbagi. Mengajak anak ikut dalam kegiatan sosial seperti berbagi mainan, mengunjungi panti asuhan, atau membantu sesama akan melatih empati dan kebiasaan berbagi.
Contoh pendekatan:
“Adik juga mau kan dapat mainan yang bagus? Teman-teman kita juga begitu, jadi ayo kita pilih yang terbaik untuk dibagikan.”
4. Gunakan Hukuman Secara Bijak (Bukan Kekerasan)
Hukuman bukan berarti kekerasan. Hukuman bisa berupa konsekuensi logis yang membuat anak belajar bertanggung jawab.
Contoh:
Tidak merapikan mainan = mainan disita sementara.
Menolak makan = tidak ada camilan favorit malam ini.
Hindari hukuman fisik atau membentak, karena ini justru bisa menimbulkan trauma dan memperburuk perilaku anak.
5. Jadilah Contoh yang Konsisten
Anak adalah peniru ulung. Mereka belajar dari sikap dan tindakan yang dilihat, bukan hanya dari kata-kata. Gunakan situasi sehari-hari untuk menunjukkan mana perilaku baik dan mana yang tidak.
Misalnya, saat melihat anak lain merengek di tempat umum:
“Kakak lihat, anak itu nangis-nangis karena dimarahi ibunya ya? Kita nggak usah begitu, ya. Kalau minta sesuatu, cukup bilang baik-baik.”
Dengan cara ini, anak lebih mudah memahami perilaku yang diharapkan dan belajar mengelola emosinya.
Kesimpulan
Menghadapi anak manja memang tidak mudah, apalagi jika kebiasaan itu sudah terbentuk sejak lama. Namun, dengan pendekatan yang konsisten, komunikatif, dan penuh empati, orangtua bisa membantu anak tumbuh lebih mandiri, sabar, dan tidak selalu menuntut keinginannya dipenuhi.
Ingat: Tegas bukan berarti tidak sayang. Justru karena sayang, kita ingin anak tumbuh dengan karakter yang sehat dan kuat.(*)
Ikuti KENDARI POS di Google News
Dapatkan update cepat dan artikel pilihan langsung di beranda Anda.