Oleh: Rialini Rering E.M.N
Tren TikTok di tahun 2024 memperlihatkan banyak sekali influencer yang mempromosikan minuman campuran berupa soda, jus cherry, dan magnesium yang diklaim dapat membantu tidur nyenyak. Video-video itu pada viral, tapi banyak ahli kesehatan menyatakan klaim itu sama sekali tak akurat dan berpotensi membahayakan, khususnya jika dikonsumsi tanpa dosis yang jelas.
Teori yang Digunakan adalah Agenda Setting Theory yang menjelaskan kalau media tak menentukan apa yang harus kita pikirkan, tapi menentukan apa yang harus kita pikirkan tentang. Artinya, media mempengaruhi isu apa yang dianggap penting atau krusial oleh publik.
a. Locus of Problem atau pokok masalah
1. Kenaikan drastis perhatian publik terhadap tren ‘Sleepy Girl Mocktail’ lantaran viralnya konten TikTok.
2. Informasi kesehatan yang tak diverifikasi jadi rujukan terbesar masyarakat.
3. Persepsi publik terbentuk bukan dari otoritas kesehatan, tapi dari influencer.
4. Media mainstream lantas ikut meliput tren tersebut, sehingga memperkuat persepsi publik bahwa isu ini penting dan relevan.
Masalah utama:Media sosial dan media daring melalui mekanisme agenda setting membuat isu kesehatan yang tak tervalidasi menjadi isu penting di mata publik.
b. Analisis dengan Teori Agenda Setting
1. Etape Media Agenda — Media menentukan isu apa yang ditonjolkan
• TikTok menampilkan ribuan video tentang ‘Sleepy Girl Mocktail’
• Influencer besar (jutaan follower) mengulang klaim manfaat tanpa bukti ilmiah.
• Algoritma TikTok memprioritaskan video yang engagement-nya tinggi → trend naik cepat.
Konsep teori: Media menentukan issue salience (tingkat kepentingan isu) melalui repetisi, intensitas, dan penonjolan konten.
TikTok bertindak sebagai media yang membentuk “agenda,” yaitu isu minuman tidur dianggap penting.
2. Etape Public Agenda — Publik mengikuti fokus media
• Pengguna internet mulai membicarakan, mencoba, dan mencari informasi tentang mocktail tersebut.
• Pencarian Google terkait “Sleepy Girl Mocktail” meningkat drastis.
• Isu ini muncul dalam grup WhatsApp, Instagram, bahkan Twitter.
Konsep teori: Publik menganggap penting apa yang diperlihatkan media (transfer salience).
Fokus perhatian publik terbentuk karena isu tersebut berulangkali muncul di feed TikTok.
3. Etape Policy Agenda (opsional tapi relevan)
Sejumlah lembaga kesehatan akhirnya merespons:
• Dokter dan ahli gizi membuat klarifikasi.
• Media berita mengangkat isu ini sebagai health warning.
• Beberapa negara mempertimbangkan pembatasan klaim kesehatan oleh influencer.
Konsep teori: agenda media dapat mempengaruhi agenda kebijakan.
Tren yang awalnya hanya viral menjadi isu kesehatan nasional.
4. Dampak Agenda Setting dalam Kasus Ini
• Masyarakat biasanya lebih percaya influencer daripada ahli kesehatan.
• Persepsi publik kalau mocktail ini aman dan efektif terbentuk bukan dari fakta, tapi dari penonjolan media.
• Viralitas mengalahkan akurasi informasi.
Penegasan teori:
Media menentukan apa yang dianggap krusial, bukan apakah informasi itu benar.
Kasus ‘Sleepy Girl Mocktail’ menunjukkan kalau TikTok sebagai media internet memainkan peran sangat besar dalam membentuk agenda publik. Melalui teori Agenda Setting, dapat dilihat kalau:
1. Media menonjolkan isu → publik memandangnya penting.
2. Algoritma dan influencer memegang peran besar dalam penentuan isu.
3. Persepsi publik terbentuk bukan dari otoritas, tapi dari popularitas.
Kasus ini menunjukkan bahwa teori Agenda Setting tetap relevan, tapi kini isu viral lebih mudah mendominasi wacana publik daripada fakta ilmiah.
*Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta


















































