![Sumber BPS Sultra Data](https://kendaripos.fajar.co.id/wp-content/uploads/2024/12/image-127.png)
--Sektor Industri Manufaktur Dominasi Impor Sultra
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Nilai impor Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukan perkembangan yang dinamis. Pada Oktober 2024, nilai impor mengalami peningkatan 0,71 persen dibanding September lalu. Tapi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai impor justru mengalami penurunan.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra Surianti Toar menyampaikan nilai impor pada Oktober 2024 tercatat sebesar US$115,39 juta, naik 0,71 persen dibandingkan nilai impor bulan September 2024 yang mencapai US$114,58 juta. Tidak hanya nilai, dari segi volume impor juga menunjukkan peningkatan sebesar 6,18 persen, dari 281,97 ribu ton pada September menjadi 299,40 ribu ton di Oktober.
"Komoditi utama yang mendominasi impor Sultra pada bulan Oktober 2024 adalah untuk kebutuhan industri. Seperti bahan bakar mineral, besi dan baja, produk kimia, mesin/peralatan listrik, serta mesin-mesin atau pesawat mekanik," jelas Surianti kemarin.
Komoditas bahan bakar mineral lanjutnya, menjadi yang tersebar. Dengan nilai transaksi sebesar US$81,88 juta atau 70,96 persen. Selanjutnya, ada kelompok mesin-mesin atau pesawat mekanik senilai US$7,58 juta dengan persentase mencapai 6,57 persen.
Secara keseluruhan, lima golongan barang utama memberikan kontribusi 90,75 persen terhadap total impor Sultra di bulan Oktober 2024. Di antaranya, komoditas bahan bakar mineral menjadi penyumbang terbesar dengan kenaikan nilai impor sebesar US$13,16 juta atau naik 19,14 persen. Namun impor kelompok besi dan baja justru mengalami penurunan signifikan sebesar US$11,98 juta atau turun 64,92 persen.
Peningkatan impor turut dipengaruhi oleh kenaikan nilai impor dari beberapa negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Singapura dan Malaysia. Nilai impor dari Tiongkok naik sebesar US$16,49 juta atau meningkat 65,38 persen.
"Kalau impor dari Singapura melonjak 88,59 persen dengan tambahan nilai sebesar US$18,06 juta. Namun, nilai impor dari Malaysia justru menurun 22,94 persen atau setara dengan penurunan senilai US$6,09 juta,” jelasnya.
Ketiga negara tersebut mendominasi total impor Sultra pada Oktober 2024 dengan kontribusi 87,17 persen terhadap total nilai impor. Rinciannya, Tiongkok menyumbang 36,14 persen, diikuti Singapura sebesar 33,31 persen, dan Malaysia sebesar 17,72 persen.
Dilihat dari penggunaan barang, golongan bahan baku/ penolong memberikan kontribusi terbesar terhadap total impor, mencapai 90,11 persen dengan nilai US$103,98 juta. Barang modal menyusul dengan kontribusi 9,48 persen, sementara barang konsumsi memberikan peranan terkecil, hanya 0,41 persen atau senilai US$0,48 juta.
“Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, nilai impor bahan baku meningkat sebesar US$2,64 juta (naik 2,61 persen), diikuti oleh barang modal yang naik US$0,71 juta (6,96 persen). Namun, barang konsumsi justru mengalami penurunan tajam sebesar US$2,54 juta atau turun 84,16 persen,” tambah Surianti.
Perkembangan ini menunjukkan pola impor Sultra yang masih didominasi oleh kebutuhan bahan baku industri, sementara kontribusi barang konsumsi relatif kecil. Hal ini mencerminkan arah pengembangan ekonomi daerah yang berfokus pada sektor industri dan manufaktur. (b/m1)