PSSDIO UI Harus Jadi “Human Capital Powerhouse” dalam “Sport Management”, Diplomasi Olahraga, dan “Sport Business”

4 days ago 11

SHNet, Jakarta—Upaya memperkuat ekosistem olahraga nasional kembali mendapat momentum penting melalui penyelenggaraan seminar “Optimalisasi Diplomasi dan Industri Olahraga Prestasi” yang digelar atas kolaborasi Pusat Studi Sosiologi dan Diplomasi Olahraga (PSSDIO), Center for Strategic and Global Studies (CSGS), Sekolah Pascasarjana dan SPPB Universitas Indonesia, serta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Senin (1/12/2025). Kegiatan ini menghadirkan akademisi dan praktisi, untuk membahas tantangan dan peluang Indonesia menuju kekuatan olahraga dunia pada 2045.

Dalam sesi pertama yang membahas Landscape Diplomasi dan Industri Olahraga Indonesia, Ketua PSSDIO UI, Dr. Uden Kusuma Wijaya SH MM, menekankan bahwa industri olahraga merupakan sektor ekonomi dengan potensi raksasa, mencakup atlet, klub, event, sponsor, hak siar televisi, serta kerja sama bisnis lintas sektor. Nilai kontrak atlet dunia yang mencapai kontrak seumur hidup, market value industri yang terus meningkat, dan tingginya minat publik menjadi bukti bahwa olahraga dapat menjadi mesin ekonomi baru Indonesia.

Namun, Indonesia masih menghadapi hambatan seperti, belum akrabnya perbankan dengan skema pembiayaan industri olahraga karena kurangnya jaminan aset, Tingginya biaya transportasi dan logistik event, Regulasi yang belum adaptif, serta minimnya kolaborasi strategis antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.

“Tidak ada negara dengan industri olahraga maju jika prestasinya tidak maju, Olahraga harus dikembangkan dengan logika industry, logika bisnis. Ia harus dikembangkan menjadi produk berkualitas dan bernilai yang diinginkan pasar. Nilai pasar olahraga merupakan cerminan dari kualitas dan prestasi atlet, klub, tim nasional, dan event olahraga”, ujar Uden menegaskan pentingnya keseimbangan antara prestasi atlet dan pertumbuhan industrinya.

Dari sisi Diplomasi Uden melihat olahraga sebagai soft power dan instrument politik luar negeri, alat hubungan internasional, promosi perdamaian, hingga pencapaian tujuan politik suatu negara. Presiden Soekarno pernah melakukan hal itu dengan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diikuti 2700 atlet dari 51 negara.  Sebuah upaya Diplomasi Indonesia yang cukup membuat dunia Internasional terkejut dan membuat Indonesia disegani di dunia International. Sebuah bukti kapasitas Indonesia menggunakan olahraga sebagai soft power.

Sementara itu, Sekretaris Jendral Koni Pusat, Sekretaris Jendral Koni Pusat, Drs. Tb. Ade Lukman Djajadikusuma, MEMOS, mengatakan  Diplomasi olahraga terbukti mampu, embangun citra negara (nation branding), menggerakkan public diplomacy dan cultural capital, mendorong hubungan multilateral, termasuk contoh bersatunya tim Korea Utara dan Korea Selatan dalam beberapa kejuaraan global.

“Indonesia sendiri memiliki modal besar untuk menjadi global sport brand, namun membutuhkan political will, konsistensi kebijakan, dan profesionalisme tata kelola,” tegas ade lukman.

Ia menambahkan bukti penyelenggaraan Asian Games 1962 yang melahirkan warisan monumental seperti GBK, TVRI, Hotel Indonesia, dan Tugu Selamat Datang. Indonesia juga pernah mengalami fase di mana diplomasi olahraga diuji, seperti ketika tidak diperbolehkan masuk Olimpiade 1948, yang memicu diselenggarakannya PON pertama di Solo.

“Di era modern, keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dengan 4 miliar penonton global memberikan pembelajaran penting mengenai kemitraan dan kelincahan diplomasi, termasuk saat Vietnam mundur dan Indonesia dipercaya menggantikan,” jelas Ade.

Butuh Kemitraan Strategis

Sekjen KONI Pusat ini menegaskan untuk meningkatkan kemajuan olahraga Indonesia dibutuhkan  kemitraan strategis sebagai fondasi keberhasilan ekosistem olahraga. Kolaborasi antara universitas, lembaga riset, pemerintah, KONI, federasi olahraga, serta sektor swasta menjadi keharusan, sejalan dengan target Indonesia masuk 5 besar dunia pada 2045 yang memerlukan minimal 20 medali emas di ajang Olimpiade.

PSSDIO UI dinilai memiliki peran penting sebagai “human capital powerhouse” yang menyiapkan SDM profesional dalam sport management, diplomasi olahraga, sport governance, dan sport business ke depan.

Dari Seminar sesi pertama tersebut beberapa rekomendasi pun dihasilkan mencakup Penguatan sport tourism dan sport events nasional, Pengembangan sport business management & sport services, Penyusunan parameter industri olahraga Indonesia, Penciptaan regulasi dan pembiayaan yang ramah olahraga, City –to – city cooperation (sister city) untuk event internasional, Optimalisasi sport performance dan competitive balance, Penguatan diplomasi olahraga di level regional dan global.

Para pembicara dari akademisi hingga praktisi menegaskan bahwa Indonesia tidak punya alasan untuk tidak maju, mengingat potensi besar dan antusiasme publik. Seminar ini menjadi langkah penting untuk menyatukan pemikiran dan menyusun peta jalan diplomasi serta industri olahraga Indonesia. Kolaborasi PSSDIO CSGS SPPB UI, dan KONI diharapkan mampu melahirkan ekosistem olahraga modern yang mampu bersaing di level global, sekaligus menjadikan olahraga sebagai kekuatan ekonomi, budaya, dan diplomasi bangsa. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan