Penting, Peran Orang Tua sebagai “Mindful Supporters” untuk Remaja

2 days ago 3

SHNet, Jakarta-Banyak orang tua yang mengeluh menghadapi anak-anak mereka yang usia remaja, bersaamn dengan itu banyak juga persoalan yang dihadapi para remaja dalam kaitan hubungan dengan orang tua mereka. Karena itu diperlukan kesadaran dari para orang tua, dari waktu ke waktu  dan tidak menghakimi kemampuan untuk memberikan atensi secara sadar, pada masa kini, dan mempertahankan atensi itu sepanjang yang kita bisa.

Hal tersebut dikemukakan Dosen Psikologi Universitas Indonesia, yang juga alumni SMAN 8 Jakarta tahun 1981, Dr. S. R. Retno Pudjiati dihadapan orang tua siswa kelas X SMAN 8 Jakarta, ketika tampil sebagai salah satu pembicara dalam “Talkshow Parenting: Peran Orang Tua sebagai Minful Supporters untuk Sang Buah Hati”  di Ruang Ave Grande, SMAN 8 Jakarta, Sabtu (13/12/2025). Retno mengulas materi dengan judul “Mindful Supporters : Peran Orang Tua Mendampingi Anak Menuju Dunia Kuliah”

Dalam acara yang diselenggarakan bersama orang tua siswa Angkatan 28 dan Pals atau Psikologi Alumni Smandel/SMAN 8 Jakarta ini dan dimoderatori oleh Anrilia Erna M.N, juga tampil psikolog lulusan UI, Ali Aulia Ramly yang juga alumni SMAN 8 Jakarta tahun 1994

Hadir dalam talkshow ini Ketua Komite SMAN 8 Jakarta, Farchad Mahfud, Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta, Ubaidillah dan sekaligus memberikan sambutan serta membuka acara ini. Baik Keta Komite maupun Kepala Sekolah sangat menyambut baik inisitif untuk menggelar acara yang sangat bermanfaat bagi orang tua, guru, dan tentunya para siswa.

Dengan gaya santai tapi serius, Retno Pudjiati  menjelaskan makna Mindful Support yakni memberi dukungan dengan penuh kesadaran, kehadiran, dan penerimaan, tanpa mengendalikan bukan tentang terus mengarahkan, kemudian menuntut hasil sebagai ukuran utama sukses, dan membandingkan dengan anak lain. Sebaliknya, Mindful Support adalah tentang menjadi safe base, mempercayai proses dan kemampuan adaptasi mereka. Lalu, fokus pada well -being dan growth

Dosen Psikologi Universitas Indonesia, yang juga alumni SMAN 8 Jakarta tahun 1981, Dr. S. R. Retno Pudjiati dihadapan orang tua siswa kelas X SMAN 8 Jakarta

Dalam hubungan ini lanjut Retno Pudjiastuti, orang tua perlu mendengarkan dengan penuh perhatian, penerimaan tanpa penghakiman diri dan anak, kesadaran emosi diri dan anak, regulasi diri, dan welas asih kepada diri dan anak

“Mendengarkan dengan penuh perhatian sangat penting karena anak-anak sering terbiasa dengan ekspektasi tinggi, sehingga butuh ruang aman untuk rapuh (vulnerable). Jadi, simak dan pahami, tanpa prasangka, lalu memperhatikan lebih dari apa yang dikatakan anak, dan jangan terburu-buru memberikan respon. Tujuannya untuk validasi emosi, dan  bangun kepercayaan.,” papar Retno.

Tantangan Orang Tua

Sementara itu Ali Aulya Ramli menyampaikan materi dengan tema “Mendukung Remaja Berkembang” memulai dengan menggambarkan kehidupan keluarganya dengan satu putra yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja usia SMP. Sang istri juga seorang psikolog.

Dengan menampilkan sejumlah foto keluarga dan terutama buah hatinya, mantan Kepala Interm Perlindungan Anak UNICEF Indonesia ini ingin menggambarkan bahwa orang tua harus terus mengikuti perkembangan anaknya, membuka dialog, dan idelanya menjadi teman diskusi agar anak atau remaja mau bercerita apa yang dia hadapi dan bagaimana menyelesaikan persoalannya. Cara penyampaian seperti sangat nyambung dengan keadaan orang tua saat ini yang mungkin sangat sibuk dan kurang berkomunikasi secara intens dengan anak-anak mereka.

Psikolog lulusan UI, Ali Aulia Ramly yang juga alumni SMAN 8 Jakarta tahun 1994

Saat membandingkan Kondisi Kesehatan Mental vs Kesehatan Mental Positif, Ali menjelaskan, kondisi kesehatan mental, rentang mulai dari distres ringan dan sementara, dapat dikelola, hingga kondisi kesehatan mental yang progresif dan berat,kecemasan, depresi, psikosis, gangguan ketergantungan.

Sedangkan kesehatan mental positif menyangkut penerimaan diri, optimisme, ketangguhan (resilience), hubungan yang positif dengan orang tua atau teman sebaya, merasa ada tujuan hidup, merasa berkembang atau berprestasi, merasa diterima secara sosial, dan terlibat atau integrasi dalam komunitas.

Dari talkshow parenting ini diharapkan para orang tua yang anak-anak masih sekolah di tngkat SMP maupun SMA dapat lebih memahami lagi bagaimana perkembangan sang buah hati, lalu bagaimana berkomunikasi di tengah perubahan  diri sang anak-remaja, dan juga perubahan orang tua, belum lagi serbuan media sosial yang kerap menjadi stimulan persoalan remaja. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan