-- Cegah HIV Aids, Edukasi Generasi Muda
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Kota Kendari menjadi penyumbang kasus HIV Aids terbesar di Sulawesi Tenggara (Sultra). Tiap tahun, penyakit mematikan ini terus bertambah. Sepanjang 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mengidentifikasi 283 kasus baru HIV Aids. Untuk mencegah penyebaran HIV Aids, Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari intens mengedukasi masyarakat terutama generasi muda.
Kepala Dinkes Kota Kendari drg Fauziah mengatakan penyebaran HIV Aids cukup memprihatinkan. Di Kota Lulo, Orang Dengan HIV Aids (ODHA) adalah mereka yang berada pada usia produktif. Untuk itulah, generasi muda perlu diberi pemahaman tentang resiko pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.
"Hari Aids Sedunia diperingati tiap tanggal 10 Desember. Bertepatan dengan itu, kami menggelar talk show tentang bahaya HIV Aids yang menyasar generasi muda. Edukasi kepada remaja termasuk anak sekolah sangat penting sebagai langkah strategis untuk memutus mata rantai penyebaran HIV," ujar drg Fauziah pada Talk Show di Balai Kota Kendari kemarin.
Remaja lanjutnya, menjadi target utama sosialisasi. Dari data, Penderita HIV termuda di Kendari berusia 16 tahun. Hal ini menjadi alasan kuat bagi pihaknya untuk fokus pada remaja dalam kampanye pencegahan. Di sisi lain, remaja rawan terkontaminasi pergaulan bebas namun lebih mudah menerima edukasi.
"Untuk itulah, kami punya misi menjadi para remaja ini bisa menjadi agen perubahan dengan menyebarkan informasi kepada teman sebayanya. Makanya, pihaknya melibatkan perwakilan dari setiap sekolah di Kota Kendari. HIV sebenarnya bukan masalah usia, tetapi mengedukasi generasi muda adalah cara kita untuk memutus mata rantai penyebarannya. Kita ingin remaja-remaja ini mengenal lebih jauh apa itu HIV Aids dan bagaimana pencegahannya," jelasnya.
Talk show yang menghadirkan pembicara yang punya kompeten ini mengusung tema "Hak Setara, Untuk Semua, Bersama Kita Bisa". Tema ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang harus dijauhi, tetapi tanpa mendiskriminasi penderitanya.
"Kami terus berupaya mengingatkan masyarakat, terutama generasi muda, untuk melindungi diri sendiri dan menjauhi perilaku beresiko. Selain itu, kami juga ingin menyampaikan pesan penting bahwa kita harus tidak boleh mendiskriminasi ODHA yang kita lakukan adalah menjauhi penyakitnya, bukan orangnya," ujar drg. Fauziah. (b/m1)