Jaga Tradisi Sebagai Warisan Budaya, Identitas dan Sejarah

1 month ago 51
 Staf Ahli Bupati Butur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Dra. Muliana, M.AP, dalam focus group discussion (FGD) Haroano Laa Kulisusu Barat yang digelar pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, akhir pekan lalu. JAGA TRADISI : Staf Ahli Bupati Butur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Dra. Muliana, M.AP, dalam focus group discussion (FGD) Haroano Laa Kulisusu Barat yang digelar pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, akhir pekan lalu.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Arus globalisasi dan modernisasi membuat tradisi dan nilai-nilai lokal kian terdegradasi. Bahkan lambat laun terancam menghilangkan hubungan dengan akar kebudayaan serta ciri khas sebagai masyarakat, termasuk di Buton Utara (Butur).

“Contohnya pada penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan seharihari yang perlahan mulai pudar di kalangan generasi muda. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan menjadi tantangan yang harus kita hadapi bersama,” ungkap Staf Ahli Bupati Butur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Dra. Muliana, M.AP, dalam focus group discussion (FGD) Haroano Laa Kulisusu Barat yang digelar pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, akhir pekan lalu.

Menurut Muliana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Butur memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan tradisi yang menjadi identitas, jiwa dan akar kebudayaan masyarakat, tetap hidup, lestari dan relevan dengan perkembangan zaman.

“Tradisi bukan hanya sekadar warisan budaya, tetapi identitas dan akar sejarah yang membentuk kepribadian masyarakat. Semua cermin dari nilai-nilai luhur yang telah teruji oleh waktu,” sambungnya.

Diakui, dalam tradisi, ditemukan kearifan lokal yang mampu menjawab tantangan kehidupan, sekaligus daya dalam menguatkan kohesi sosial di daerah.

“Saya percaya FGD ini adalah salah satu langkah strategis untuk menjawab tantangan dalam rangka memahami esensi tradisi dari berbagai perspektif. Selain itu, forum ini juga dapat digunakan untuk merumuskan solusi inovatif dan mendorong kolaborasi aktif antara pemerintah, masyarakat, akademisi dan pelaku budaya untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan.” yakin Muliana.

Dengan semangat kebersamaan dan dedikasi, hasil diskusi dalam forum tersebut dapat memberikan kontribusi nyata bagi upaya pelestarian tradisi yang menjadi kekayaan tak ternilai. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Butur, yang diwakili, La Ode Halim, mengungkapkan, kegiatan tersebut bertujuan melindungi warisan budaya non fisik dan ritual Haroano Laa yang perlu dilestarikan. Salah satu bentuknya dengan merangkum seluruh narasi dalam sebuah buku serta mendorong terbitnya Perda tata cara pelaksanaannya. (b/had)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan