Gowes Bareng, Bersepeda Bersama Menuju Ujung Kulon dan Sekitarnya

1 week ago 21

Catatan Sulistya Pribadi, Arief Budiman, dan Tedi Kresma Wardhan

“Bergerak bersama kawan-kawan mengayuh pedal untuk menikmati alam, menyelami kehidupan masyarakat, merawat persahabatan, menjaga kekuatan fisik,  ketangguhan mental dan kesegaran batin demi menjaga daya hidup”

Kami bertiga, Sulis (Sulistya Pribadi, Jakarta), Ai (Arief Budiman, Bandung) keduanya teman di SMAN-8 Jakarta dan Tedi (Tedi Kresna Wardhana, Bogor) teman baru yang dikenalkan Tanto. Tanto batal ikut karena hasil medical checknya melarangnya.

Karena beda tempat tinggal dan kesibukan masing-masing, route dan waktunya tidak persis sama.  Ai dan Tedi start pada Rabu, 30 Juli 2025 dengan rute Rancabali-Cidaun-Ujung Genteng-Palabuhan Ratu.  Sulis yang memulai gowesnya pada Sabtu pagi, 2 Agustus 2025 dari Ciawi, bergabung di Palabuhan Ratu.

Target Waktu vs Target Jarak

Kami gowes dengan target harian berbasis waktu, bukan berbasis jarak atau lokasi tertentu.  Setiap hari kami mulai gowes sekitar pukul 7 setelah selesai dengan urusan di belakang.  Kalaupun ada yg belum bisa ke belakang namun perutnya dalam kondisi nyaman kami tetap berangkat dengan niat bila di perjalanan ada yang ingin ke belakang, akan dilakukan di toilet warung atau masjid.  Sarapan di perjalanan sekitar pukul 9.  Gowes diakhiri saat maghrib di sebuah penginapan yang dapat berupa hotel, homestay, masjid atau rumah penduduk.  Sesekali kami meleset, gowes sampai jam 19 atau 20 karena tidak ada tempat menginap.

Terbukti target berbasis waktu ini memberi efek positif pada kondisi fisik dan mental kami.  Selama gowes kontinyu selama 10 hari menempuh jarak 758km, elevation gain (EG) 8860 m terasa sehat dan nyaman di badan.  Bahkan setelah selesai gowespun, kami merasa tidak memerlukan waktu khusus beristirahat untuk pemulihan tenaga.  Berbeda dengan target gowes harian berbasis jarak atau lokasi (misal penginapan) tertentu, membuat tubuh terasa “dipaksa” dan sangat melelahkan secara fisik dan mental.

Rute Bandung-Rancabali

Dari Bandung ke Rancabali kami loading menggunakan taksi online mengingat rute ini tidak safe untuk digowes karena padat kendaraan bermotor, sempit dan menanjak panjang.

Rute Rancabali – Cidaun via Naringgul

Rute ini melintasi perkebunan teh PTPN dan hutan Perhutani sepi dari kendaraan bermotor, aspal yang bekualitas bagus dan lebar.  Dominan menurun mulai dari elevasi 1.550 mdpl (meter dari permukaan laut) di kesejukan udara dataran tinggi pegunungan Rancabali menurun mendekati 0 mdpl di tepi pantai Cidaun.

Ujung Genteng

Pantai Pangumbahan di Ujung Genteng adalah tempat penyu dari Samudera Hindia datang untuk bertelur dan menjadi pusat konservasi dan penangkaran penyu yang terancam punah.  Kegiatan melepas tukik (bayi penyu) hasil penangkaran ke laut lepas menjadi momen yang menarik wisatawan, terutama anak-anak yang senang melihat tukik-tukik itu tertatih berlari tergesa menuju laut memulai kehidupannya dengan semangat.

Geopark Ciletuh

Sejak tahun 2018 Unesco menetapkan taman bumi ini sebagai Ciletuh-Palabuhan Ratu UNESCO Global Geopark. Sekitar 100–66 juta tahun lalu (Zaman Kapur), kawasan ini merupaka tempat bertemunya dua lempeng besar yaitu Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Eurasia. Lempeng Samudera Hindia menyusup (men-subduksi) ke bawah Lempeng Eurasia.  Seiring waktu, jalur subduksi itu bergeser searah jarum jam ke selatan, dan sekarang  berada di sepanjang palung laut Samudera Hindia di Selatan Jawa.

Menginap di mesjid Al Furqon di Cilograng, Lebak, Banten

Rute Ciletuh-Palabuhan Ratu via Puncak Darma

Setelah melewati Curug Cimarinjung (tinggi sekitar 50m), rute ini didominasi tanjakan panjang dan terjal menuju beberapa puncak perbukitan yaitu Puncak Panenjoan, Puncak Darma yang terkenal sebagai lokasi  pandang ke arah Teluk Ciletuh, Puncak Aher, Puncak Tugu, hingga Puncak Gebang.  Setelah semua puncak itu terlewati mulailah turunan panjang dan berkelok tajam terutama saat menuruni Tanjakan Dini yang membutuhkan kehati-hatian, menjaga ban tidak terkunci saat pengereman dan waspada terhadap kendaraan bermotor dari arah bawah yang sedang “berjuang” menanjak.

Rute Ciawi-Palabuhan Ratu via Cikidang

Sulis memilih rute via Cikidang lebih sepi dan asri dibanding via Cibadak, meski rolling nya lebih berat.

Di Hotel Petra Palabuhan Ratu kami semua berkumpul.  Keesokan paginya kami bertiga melanjutkan perjalanan melalui Sawarna-Sumur Ujung Kulon-Labuan-Rangkasbitung dan finish bersama di Bogor.

Palabuhan Ratu

Palabuhan Ratu merupakan destinasi wisata populer sejak tahun 1960-an, ketika era Presiden Soekarno dibangun hotel Samudera Beach, hampir bersamaan dengan pembangunan Hotel Indonesia di Jakarta, hotel Ambarukmo Palace di Yogyakarta, dan hotel Bali Beach di Bali. Selain daya tarik sejarahnya, legenda Nyai Roro Kidul tetap hidup dan menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat.

Rute Palabuhan Ratu-Sawarna via Puncak Habibie

Rute ini melewati sungai-sungai yang cantik dan pemandangan Samudera Hindia yang menakjubkan dan aspal mulus dalam lintasan rolling sedang, kecuali saat menanjak ke Puncak Habibie yang terjal dan Panjang pada tengah hari yang terik membutuhkan semangat ekstra.

Puncak Habibie.

Tempat terbaik untuk memandang Teluk Palabuhan Ratu ini sebelumnya dikenal dengan nama Puncak Kembang; berubah menjadi Puncak Habibie setelah pada tahun 1990, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kala itu dipimpin oleh Prof. Dr. BJ Habibie, membangun radar udara di sana (Tempo.com, 2019). Tempat ini tersusun dari batu gamping (limestone) yaitu jenis batuan yang terbentuk di laut yang jernih, dapat ditembus sinar matahari, umumnya pada kedalaman 15–30 meter. Fakta bahwa sekarang Puncak Habibie berada di ketinggian 380 mdpl (meter dari permukaan laut) menunjukkan bahwa tempat ini telah mengalami pengangkatan dari kedalaman 15-30m di bawah laut ke ketinggian 380 mdpl, artinya wilayah ini telah mengalami pengangkatan setinggi 400m.

Di Ds.Cibareno pagi itu 4 Agustus 2025, kami berpamitan dengan ibu-ibu yang sedang bergotong royong sejak terdengar kentongan jam 6 pagi membersihkan Masjid Al-Furqon tempat kami menginap karena tidak ada penginapan sampai maghrib dalam kondisi hujan.   Di tengah perjalanan menuju Sumur, dari tinggian Bukit Cariang di dalam hutan primer yang terjaga baik, Pantai Sawarna tampak memikat.

Puncak Habibie

Rute Sawarna-Sumur Ujung Kulon

Rute ini melalui lintasan rolling sedang dengan selingan beberapa tanjakan terjal dan pendek.

Sawarna, Bayah, Binuangeun, Malingping, Taman Jaya, Sumur, Ujung Kulon

Adalah nama-nama yang cukup akrab dan terasa eksotis bagi mahasiswa di Mapala UI ketika, puluhan tahun silam melakukan perjalanan ke Ujung Kulon. taman nasional yang menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi satwa langka seperti Badak Jawa bercula satu, banteng, dan berbagai binatang lain.

Beberapa kawan Sulis di Mapala UI, yang memantau perjalanan ini melalui grup WhatsApp, berkomentar, “Bikin iri saja perjalanan lu, Lis. Setelah berpuluh tahun, kita  jalan dan bertualang ke Ujung Kulon”.

“Jangan lupa lewatin Lebak Tipar, tempat Herry, Nanang dan kawan-kawan melakukan caving (petualangan menyusuri gua) dulu”.

“Di Cikembang, ada vilaTides, milik Aristides Katopo”, senior di Mapala UI dan tokoh pers nasional.

Selasa, 5 Agustus 2025, pukul 11.20, kami tiba di Sumur, Ujung Kulon, ujung barat JLS, target paling eksotis dalam gowes bersama ini tercapai.

Pada hari kamis, 7 Agustus 2025, pukul 14.00, kami tiba di Bogor, di Bengkel Sepeda Ropang milik Pak Teguh Wibowo, teman Ai dan Tedi yang kami tetapkan sebagai titik finish bersama.

Tedi yang tinggal di Bogor langsung pulang, Sulis melanjutkan gowes ke Jakarta via Jalan Raya Bogor dan Ai gowes ke Cianjur via Puncak Pass.

Sulis tiba di rumahnya di Percetakan Negara Jakarta dengan total jarak tempuh 491km EG  5080m, melampaui ketinggian puncak Gunung Kilimanjaro di Afrika (4900m dari dasar platonya (Wikipedia)) yang akan didakinya sekitar Desember 2025 bersama kawan-kawannya di Mapala UI.   Sedangkan Ai yang tiba di Stasiun Kereta Api Cianjur mencatat total jaraknya 758km EG 8060m, 12m lebih tinggi dari Mount Everest 8848mdpl (Wikipedia). Dari Cianjur Ai pulang ke rumahnya di Bandung menggunakan kereta api mengingat jalur Cianjur-Bandung tidak safe digowes karena padat kendaraan berat, menanjak dan berkelok.

Perjalanan ini menyadarkan kami atas karunia Tuhan berupa kesehatan, teman-teman yang baik, kesempatan menikmati keindahan alam dan kehangatan sosial masyarakat.  Momen paling membahagiakan adalah saat tiba di rumah masing-masing bertemu keluarga yang menanti dengan rindu dan cinta.

Terimakasih Tuhan.

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan