
KENDARIPOS.CO.ID--Mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Andi Widjajanto, menilai aparat keamanan tidak maksimal dalam menjalankan fungsi pengamanan saat gelombang demonstrasi pada akhir Agustus 2025.
Kondisi itu, menurutnya, menjadi salah satu faktor utama terjadinya kerusuhan di sejumlah daerah.Andi mencontohkan lemahnya pengamanan terlihat dari kasus penjarahan rumah mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan kebakaran Gedung DPRD Makassar.
“Yang paling minimal adalah aparat yang tidak hadir, tidak melakukan fungsi gelar pengamanan. Akibatnya Gedung DPRD Makassar terbakar, juga ada aksi amok terhadap pejabat negara seperti Sri Mulyani,” kata Andi dikutip dari kompas.com (14/9/2025).
Ia juga menyoroti kerusakan fasilitas umum hingga penyerangan Markas Brimob di Kwitang, Jakarta. Andi menekankan bahwa pemerintah perlu segera mengevaluasi protokol pengamanan.
“Minimal secara taktikal harus dievaluasi pemerintah, lubangnya di mana sih di protokol pengamanannya,” ujarnya. Sebagai Penasihat Senior di LAB 45, Andi memaparkan data lembaganya yang mencatat demo terjadi di 173 kota, dengan 22 persen di antaranya berujung amuk massa.
Ia menyebut sebagian besar aksi awalnya berlangsung aspiratif dan konstruktif, namun berubah menjadi anarkis ketika aspirasi massa tidak segera ditanggapi hingga melewati batas waktu pembubaran.
“Awalnya demo berjalan baik, tetapi ketika jam 5 sore tiba dan tuntutan belum ditampung, massa memutuskan bertahan. Situasi ini kemudian memicu eskalasi menjadi anarkis, dan pada 25 hingga 31 Agustus bahkan berkembang menjadi amok,” jelas Andi.
Ikuti KENDARI POS di Google News
Dapatkan update cepat dan artikel pilihan langsung di beranda Anda.