KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID ---Angka kecelakaan lalu-lintas, di negeri ini masih tinggi, termasuk di Sulawesi Tenggara. Hal ini yang membuat Dr. Hariyati membuat disertasi dengan judul 'Model Pencegahan Kecelakaan Lalu-lintas dengan Pendekatan Moral Knowledge'. Kemarin (9/11/2024), disertasi tersebut disidangkan di Kampus Pasca UHO dan lulus cumlaude,Hariyati berhak menyandang gelar Dr.Hariyati,ST, MT.
Dalam pemaparannya pada sidang promosi yang digelar Hariyati menyampaikan bila kecelakaan yang terjadi saat ini di Indonesia masih sangat tinggi dalam 1 jam ada 3-4 orang yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Dari data tersebut kecelakaan disumbang oleh pelajar dan kontribusi trrtinggi adalah siswa SMA yang menggunakan sepeda motor. Itu artinya usia SLTA mereka masih labil, sehingga belum layak untuk mengendarai kendaraan.
Untuk itu Dr. Hariyati melakukan penelitian dengan pendidikan moral berlalu lintas sejak usia dini. Dengan begitu pemahaman moral berlalu lintas dengan baik sejak dini akan membentuk kebiasaan mereka untuk patuh terhadap lalulintas, sehingga akan meminimalisir angka kecelakaan. "Seperti kita ketahui di Negara Jepang tingkat kecelakaan rendah. Padahal sebelumnya angka kecelakaan di negara Jepang tinggi, salah satu penyebabnya karena mengimplementasikan pendidikan moral berlalulintas sejak dini, sehingga anak-anak tumbuh dengan kepatuhan yang sudah menjadi kebiasaan, " Papar Dr. Hariyati yang juga salah seorang Kabid di Dinas Perhubungan Sultra ini.
Pemaparan disertasi Dr. Hariyati mendapat antusias dari para dosen penguji. Salah satu dosen penguji eksternal dari UNHAS yang merupakan Tokoh/Ahli Transportasi, Prof. Dr. Ing.M.Yamin Jinca, M.STr, yang memberikan applause yakni menurutnya menurunkan angka kecelakaan adalah program PBB baik transportasi darat, laut maupun udara.Termasuk setiap menteri selalu menekankan zero accident. Bahkan data nasional kecelakaan tertinggi dialami pelajar SMA yaitu 61 persen. Jadi memang hal ini harus mendapat perhatian banyak pihak. "Lalu kenapa penyebabnya adalah motor, itu karena kurangnya tanggung jawab orang tua mengantar anaknya ke sekolah. Jaman saya sekolah di Jerman dulu, aturan sangat ditegakkan, anak sekolah tidak boleh melewati lebih dari dua lampu merah, termasuk anak saya, dan itu ditaati masyarakatnya, " Papar Prof Yamin.
Bila hasil disertasi Dr. Hariyati bisa menjadi solusi hal ini sangat menarik. Harusnya hal ini mendapat apresiasi dari pemerintah. "Ini juga catatan bagi pemerintah, harusnya ada bus sekolah yang setiap hari mengantar anak sekolah gratis, anak-anak cukup menunggu di halte saja, itu akan menjadi solusi mengurangi kecelakaan, " Ujarnya. (lis/adv)