Cegah Stunting, Kembangkan Beras Biofortifikasi

1 month ago 31
Kepala Distannak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya Kepala Distannak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya

--25 Ton Benih untuk Seribu Hektar Lahan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Stunting masih menjadi PR. Tidak hanya di Sulawesi Tenggara (Sultra), namun juga secara nasional. Tak heran, pencegahan stunting menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo. Sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan itu, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Sultra terus mengembangkan dan mendistribusikan beras biofortifikasi. Beras jenis ini telah teruji memiliki kandungan nutrisi dan gizi yang tinggi.

Kepala Distannak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengungkapkan pihaknya turut dilibatkan dalam penanganan stunting melalui kelompok intervensi sensitif. Kelompok ini bertugas mengembangkan dan mendistribusikan beras biofortifikasi sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat.

“Dalam kelompok intervensi sensitif, tugas kami adalah mendistribusikan beras biofortifikasi, yaitu beras yang kaya nutrisi dengan varietas padi yang mengandung unsur Nutri Zinc,”ujar Rusdin Jaya.

Beras biofortifikasi lanjutnya, memiliki keunggulan signifikan dibandingkan beras biasa. Jika beras biasa umumnya hanya kaya karbohidrat, beras biofortifikasi dilengkapi dengan kandungan nutrisi tambahan, seperti zinc, yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

Pada tahun 2024, Distannak Sultra memulai langkah strategis dengan mendistribusikan benih padi biofortifikasi ke sejumlah daerah di Sultra. Sebanyak 25 ton benih tersebut ditanam di lahan seluas 1.000 hektare yang tersebar di enam kabupaten dan kota di wilayah Sultra. Rinciannya, Kolaka 100 hektar, Buton 100 hektar, Bombana 183 hektar, Konawe Selatan 100 hektar, Kolaka Timur 200 hektar dan Kota Kendari 317 hektar.

Rusdin Jaya berharap program ini dapat menjadi solusi nyata dalam menekan angka stunting, khususnya di wilayah Sultra. Ia menekankan pentingnya mengonsumsi beras biofortifikasi bagi kelompok masyarakat rentan, seperti ibu hamil dan balita karena beras biofortifikasi diyakini memiliki manfaat besar dalam mencegah stunting. Kandungan zinc di dalamnya dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh, mempercepat proses regenerasi sel, dan mendukung perkembangan otak.

“Ibu hamil yang mengonsumsi beras ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif pada janin yang dikandung. Begitu pula balita yang sedang berada dalam masa pertumbuhan, beras ini dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara optimal,”tambahnya.

Beras jenis ini kata dia, tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat yang rentan, tetapi juga seluruh penduduk Sultra untuk mendukung pola hidup sehat. “Dengan kualitas gizi yang lebih baik dari beras biasa, kami percaya beras biofortifikasi dapat menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh,”katanya.

Rusdin Jaya menegaskan keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan pemerintah daerah, petani, dan masyarakat. “Kami mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menyukseskan program ini. Mulai dari petani yang menanam benih biofortifikasi hingga masyarakat yang mengonsumsi. Semua memiliki peran penting untuk menciptakan generasi masa depan yang sehat dan bebas dari stunting,”ajaknya. (b/m1)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan