RE REHEE, Refleksi Ketidakabadian dari Penampilan, Keberadaan dan Ketiadaan

1 month ago 44

SHNet, Jakarta– Tidak ada yang abadi. Kemegahan masa kini pada akhirnya akan memudar dan hanya menjadi anekdot dalam arus waktu.

Hal inilah yang coba diangkat oleh Desainer Korea Junebok Rhee dengan merek RE REHEE untuk koleksi musim semi/musim panas 2025.

Mengusung tema “This Appearance; Disappearance”, RE REHEE menghadirkan 20 busana di catwalk JF3, Mal Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (26/07/2025)

“This Appearance; Disappearance” mengeksplorasi paradoks bahwa kemegahan masa kini pada akhirnya akan memudar dan hanya menjadi anekdot dalam arus waktu. Tren-tren setiap musim—yang bersifat sementara namun bersinar—diibaratkan seperti percikan sesaat: memukau, tetapi cepat dilupakan.

Melalui reinterpretasi visual terhadap perjalanan waktu dan jejak-jejak sementaranya, koleksi ini merefleksikan ketidakabadian dari penampilan, keberadaan, dan ketiadaan.

“Unsur-unsur dalam koleksi ini—perubahan warna, tekstur, dan siluet—melambangkan transformasi dan peluruhan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Perubahan ini tidak hanya mencerminkan evolusi material, tetapi juga transisi emosional yang kita alami saat melewati memori, kehilangan, dan penemuan kembali,” ujar Junebok Rhee

Junebok Rhee memulai kariernya di London setelah menyelesaikan studi desain fesyen dan cetak di Central Saint Martins. Ia kemudian mengembangkan mereknya di Korea dengan nama RE RHEE, yang berlandaskan pada filosofi “Rediscovering Myself” atau “Menemukan Kembali Jati Diriku”.

Proses desainnya mengusung prinsip reduksi—menghilangkan elemen yang tidak diperlukan untuk menampilkan hal yang esensial.

Melalui pertemuan kontras, ia menciptakan narasi tentang keanggunan yang alami dan kehalusan yang berkelas.

RE RHEE telah membangun kehadiran global yang kuat, mulai dari pengakuan awal di Seoul Fashion Week hingga debut yang mendapat pujian di Paris Fashion Week S/S 2025.

(Dok foto: Ade Oyot)

Sadar Lingkungan

Merek ini menolak tren sesaat dan memilih pendekatan abadi—meringkas desain ke bentuk intinya melalui siluet terstruktur, detail yang halus, dan penggunaan material yang sadar lingkungan.

Cetakan buram dan material transparan menyiratkan hilangnya sesuatu yang akan datang, memperkuat kesan peluruhan visual. Elemen-elemen yang berubah-ubah dan desain yang tampak tidak sempurna, bersama dengan ruang-ruang kosong, menyampaikan makna dari ketiadaan.

Hal ini mencerminkan keindahan eksistensi dan identitas yang sementara, serta menawarkan sudut pandang baru terhadap sifat fana dari dunia mode dan keinginan yang terus-menerus untuk menikmati setiap momen meskipun ia cepat berlalu.

Ia menjelaskan, RE RHEE berkomitmen untuk mendukung mode berkelanjutan melalui inovasi material dan praktik desain yang bertanggung jawab.

“Kami secara konsisten melakukan riset dan mengintegrasikan kain ramah lingkungan serta bahan daur ulang ke dalam koleksi kami, mencari alternatif yang dapat mengurangi dampak lingkungan tanpa mengorbankan kualitas maupun estetika. Kami juga tidak menggunakan kulit atau bulu hewan asli, sejalan dengan komitmen etis kami terhadap kesejahteraan hewan. Selain itu, keberlanjutan dalam RE RHEE bukan hanya soal material, tetapi merupakan bagian integral dari filosofi desain kami. Kami fokus pada penciptaan pakaian yang abadi dan tidak bergantung pada musim, melampaui tren sesaat. Dengan mengutamakan konstruksi yang presisi dan kualitas pengerjaan tinggi, setiap busana dirancang untuk tahan lama—baik dari segi daya pakai maupun relevansinya. Ketahanan ini membantu mengurangi limbah mode dan mendorong pola konsumsi yang lebih bijak. Kami percaya bahwa mode yang benar-benar berkelanjutan dimulai dari tanggung jawab untuk menciptakan pakaian yang ingin dikenakan, disimpan, dan dihargai dalam jangka panjang,”papar sang desainer. (Stevani Elisabeth)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan