Kenali Cacar Api dan Dampak Vaksinasi Dewasa

1 week ago 16

SHNet, Jakarta– Orang dewasa berusia di atas 50 tahun dan lanjut usia (lansia) rentan terserang cacar api (Herpes Zoster).

Orang dewasa dan lansia pada umumnya mengalami Penuruan Kekebalan Terkait Usia (Age-Related Declined in Immunity/ARDI) yang membuat kelompok tersebut menjadi rentan terhadap infeksi penyakit.

Cacar Api disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV), yaitu virus yang sama menyebabkan Cacar Air. Setelah seseorang sembuh dari Cacar Air, virus tersebut menjadi dorman dalam saraf tubuh dan dapat ter-reaktivasi kembali menjadi Cacar Api di kemudian hari.

Sekitar 9 dari 10 individu dewasa berusia di atas 50 tahun sudah memiliki virus yang menyebabkan Cacar Api.Akibatnya 1 dari 3 orang individu dewasa berisiko terkena Cacar Api selama hidupnya. Cacar Api umumnya muncul sebagai ruam menyakitkan dan gatal pada satu sisi tubuh atau wajah dan ruam tersebut dapat sembuh dalam jangka waktu 2 sampai 4 minggu.

Cacar Api tidak bisa menular dari satu orang ke orang lainnya. Namun, individu dengan penyakit Cacar Api yang aktif dapat menularkan VZV pada fase ruam melepuh dan menyebabkan Cacar Air pada seseorang yang belum pernah memiliki riwayat Cacar Air.

Dianjurkan bagi individu dengan penyakit Cacar Api yang masih aktif untuk menutup ruam Cacar Api dan menghindari kontak langsung dengan kelompok orang yang rentan. Setelah ruam lepuhan mengering, individu tersebut sudah tidak bisa menularkan VZV ke orang lain.

Cacar Api dapat menyebabkan komplikasi serius. Komplikasi umum Cacar Api adalah nyeri saraf jangka panjang atau Nyeri Pascaherpes (NPH). NPH muncul pada lokasi ruam Cacar Api dan rasa nyeri dapat berlangsung berbulan- bulan hingga bertahun- tahun setelah ruam Cacar Api sembuh. Sekitar 10%-18% orang dengan Cacar Api akan mengalami NPH dan pasien Cacar Api yang sudah lanjut usia lebih berisiko untuk mengalami NPH yang lebih menyakitkan daripada pasien Cacar Api yang berusia lebih muda.8 Selain NPH, Cacar Api yang muncul pada area wajah dapat berdampak pada mata dan mengakibatkan gangguan penglihatan. Pada kasus langka, Cacar Api dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi paru (pneumonia), gangguan pendengaran, radang otak (encephalitis), dan bahkan kematian.

Cacar Api dan komplikasinya telah terbukti berdampak buruk pada kualitas hidup pasien dan kehidupan sehari-hari. Beberapa pasien, terutama pasien yang berusia lebih tua, kehilangan kemandirian mereka dan membutuhkan bantuan dari keluarga atau pengasuh berbayar. Terdapat penurunan kualitas aktivitas pasien yang signifikan khususnya pada aktivitas sosial dan tidur.

Terdapat beberapa faktor risiko dari penyakit Cacar Api dan salah satunya adalah penurunan sistem kekebalan tubuh akibat bertambahnya usia. Akibatnya, risiko seseorang untuk terkena penyakit Cacar Api dan komplikasinya, seperti rawat inap, meningkat pada individu berusia di atas 50 tahun. Selain itu, individu dengan penyakit penyerta atau komorbid juga menjadi kelompok yang berisiko untuk terkena Cacar Api.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh individu untuk meningkatkan kesadaran dan mencegah penyakit Cacar Api. Untuk mencegah Cacar Api, individu dapat melindungi diri dengan mengurangi stres dan memastikan untuk mengadopsi gaya hidup yang sehat. Perlu diketahui juga oleh masyarakat bahwa Cacar Api juga dapat dicegah dengan vaksinasi.

Berdasarkan data bulan Maret 2025, cakupan imunisasi dewasa di Indonesia saat ini masih sangat rendah hanya 0,5 per 1.000 populasi. Padahal, terdapat empat belas penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi pada orang dewasa yang salah satunya adalah Herpes Zoster atau yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai Cacar Api.

White Paper 

Prof. Hasbullah Thabrany, selaku Konsultan Senior Ekonomi Kesehatan, Kalta Bina Insani (KBI) Consulting & Training, menyampaikan “Untuk memenuhi kebutuhan data penyakit Cacar Api sekaligus membantu pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas akses cakupan imunisasi dewasa di Indonesia, KBI telah melakukan kajian yang berfokus pada pentingnya imunisasi orang dewasa dan lansia sebagai upaya pencegahan penyakit seperti Cacar Api. Metode kajian meliputi tinjauan literatur (literature review), analisis data sekunder penyakit Herpes Zoster berdasarkan data klaim BPJS Kesehatan dari tahun 2015 s/d 2022, wawancara mendalam, dan Focus Group Disscussion (FGD) dengan Pemerintah Pusat/Lembaga terkait dan asosiasi medis”.

Luaran dari kajian tersebut berupa White Paper yang dapat digunakan oleh pemangku kepentingan, khususnya pembuat kebijakan, sebagai rekomendasi untuk implementasi program imunisasi dewasa yang strategis untuk lansia yang sehat dan produktif. Di dalam White Paper ini, disampaikan bahwa Herpes Zoster yang merupakan reaktivasi dari virus Varicella Zoster atau virus yang menyebabkan Varicella (cacar air) termasuk dalam 144 penyakit yang harus di selesaikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan hasil analisis sampel 1% Data Klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan bahwa 28 dari 10.000 peserta JKN diantaranya terdiagnosis Herpes Zoster di FKTP selama tahun 2015-2022.

Selain itu, terdapat 10 provinsi di Indonesia yang memiliki angka kejadian kasus Cacar Api tertinggi seperti provinsi Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Sumatera Barat, Gorontalo, Riau dan DKI Jakarta

Prof. Hasbullah menambahkan “Tingginya kasus Cacar Api di wilayah tersebut kemungkinan karena populasi lansia yang tinggi di daerah tersebut dan juga sistem pelaporan kasus yang mungkin lebih baik dari daerah lain.2 Perlu diketahui bahwa data yang kami olah hanya 1% dari data klaim JKN dimana hasil masih jauh dari beban yang sebenarnya terjadi di lapangan.”

Beban penyakit Cacar Api juga tergambarkan dari biaya klaim yang dibayarkan oleh JKN untuk perawatan Cacar Api di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Total klaim tertinggi terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp 19,3 miliar untuk rawat inap dan Rp 7,8 miliar untuk rawat jalan. Sementara itu, biaya klaim per individu untuk satu kali rawat inap berkisar hingga 10 juta rupiah dan satu kali rawat jalan berkisar hingga Rp 3 juta rupiah.2 Sehingga diperlukan kolaborasi bersama antara pemerintah, instansi medis, tenaga kesehatan, dan swasta dalam meningkatkan upaya pencegahan penyakit agar tidak menjadi beban berkelanjutan bagi pemerintah, pasien dan keluarganya.

Jadwal Imunisasi Dewasa yang direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI sudah diperbarui dengan menambahkan vaksin Herpes Zoster. Orang dewasa berusia ≥50 tahun dan individu ≥18 tahun dengan kondisi imunokompromais seperti pasien yang sedang menerima kemoterapi, steroid dosis tinggi, imunodefisiensi; dengan atau tanpa episode Herpes Zoster sebelumnya, dapat menerima vaksin Herpes Zoster.14 Masyarakat dapat mengakses Jadwal Imunisasi Dewasa 2024 melalui website www.satgasimunisasipapdi.com.

Sementara itu, Reswita Dery Gisriani, selaku Communication, Government Affairs & Market Access Director, GSK Indonesia menyampaikan, “Vaksinasi pada orang dewasa dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kualits hidup, bahkan dalam beberapa kasus dapat menekan angka risiko rawat inap hingga setengah kalinya dan menekan angka kematian hingga sepertiganya. Diperkirakan bahwa setiap investasi yang pemerintah lakukan untuk vaksinasi dewasa dapat mengembalikan 4x nilai investasi awal. Sebagai contoh studi di Eropa, sebesar €1 untuk vaksinasi bagi orang dewasa di atas usia 50  tahun  dapat  menghasilkan pengembalian sebesar  €4.  Hal  ini  disebabkan  oleh  dampak  dari  pertumbuhan  ekonomi, produktivitas, partisipasi tenaga kerja, serta terhadap sistem pajak dan pensiun.  GSK Indonesia terus berkomitmen untuk mengembangkan akses pada obat dan vaksin inovatif untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang untuk membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Bersama dengan pemerintah, asosiasi medis dan juga tenaga kesehatan, kami akan terus berupaya dalam meningkatkan kesadaran penyakit pada masyarakat salah satunya akan pentingnya pencegahan penyakit melalui vaksinasi. Selain itu, kami memiliki upaya berkelanjutan termasuk media sosial Instagram AyoKitaVaksin dan website edukasi www.kenalicacarapi.com.” (Stevani Elisabeth)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan