Ikatan Alumni SMAN 8 Jakarta dan LSF Nobar Film “Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian”

1 month ago 45

SHNet, Jakarta- Ikatan Alumni SMAN 8 Jakarta/Smandel (IAS) bersama Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) sukses menggelar acara nonton bareng (Nobar) film berjudul “Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian ” yang disutradarai Arwin T Wardhana dan Rahabi Mandra di XXI Djakarta Teater, Minggu siang (27/07/2025).

Tujuan Nobar dari pengurus IAS adalah mengapresiasi pencapaian alumninya yang selama ini banyak mengukir prestasi di bidang akademis, ternyata ada juga dari nonakademis yaitu bidang seni yang bahkan sudah menembus penghargaan internasional. Ajang Nobar jg diadakan sebagai tempat silaturahmi lintas angkatan dengan pengurus IAS dan perwakilan  komunitas

Acara Nobar yang dihadiri hampir 200 orang ini diawali dengan sambutan dari pihak LSF dan pengurus IAS, kemudin dilanjutkan dengan talshow yang menghadirkan sutradara Arwin T. Wardhana yang juga  alumni SMAN 8 Jakarta dan empat  pemeran antar lain Haydar Salishz (sebagai  Felipe), Aditya Lakon (sebagai Alam), M. Iqbal (sebagai Abel), dan Tubagus Ali (sebagai Benny)

Wakil Ketua umum IAS, Mahendro, mewakili Ketua umum IAS, Letjen TNI (Purn)  M. Herindra yang tidak bisa hadir bersama kita karena kegiatan tugas kenegaraan, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan teman-teman alumni di dalam setiap kegiatan. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) yang berkolaborasi sinergis dengan IAS.

“Pada kesempatan  ini, saya mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepadarekan kita alumni Smandel ‘91, Mas Arwin, salah satu sutradara film ini.  Saya mendengar film Believe mendapat penghargaan di Festival Film Montreal, Kanada ya. Semoga film ini menumbuhkan rasa nasionalisme kita. Khususnya juga teman-teman alumni Smandel. Terima kasih Mas Arwin,” ucap Mahendro.

Sementara itu, Ketua Subkomisi Publikasi LSF Nusantara Husnul Khatim Mulkan mengungkapkan kekagumannya pada alumni SMAN 8 Jakarta yang kini tersebar dan punya peran strategis  di berbagai institusi baik pemerintahan maupun swasta . “Saya juga punya sahabat, dosen Ilmu Politik Unair Surabaya, Dr.Airlangga Pribadi, dia alumni SMAN 8 tahun 1994,”

Menyinggung tugasnya di LSF, Khatim Mulkan mengungkapkan, selama  semester pertama 2025 telah melakukan penyensoran sebanyak 124 film. Sampai akhir tahun ini LSF menargetkan ada 300 produksi film layar lebar nasional. Jumlah ini diperkirakan akan melampaui capaian yang dilakukan LSF pada  tahun 2024. Karena pada 2024 pihaknya telah menyensor 285 film nasional dan 255 film impor atau luar negeri. dengan data itu,  film nasional sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Selain jumlah  produksi film nasional yang melampaui i film impor, Husnul Khatim menambahkan, jumlah penonton film nasional juga masih lebih banyak dibandingkan  penonton film impor. Dari 122 juta penonton film di bioskop, sebanyak 67 persen atau sekitar 80 juta di antaranya menonton film nasional.

Sutradara film “Believe”, pemain film, bersama panitia Nobar IAS-LSF dan juga alumni Smandel

Paradigma Sensor Bersifat Dialogi

Dalam takshow sebelum pemutaran film,  Ketua Subkomisi Teknologi Penyensoran LSF yang juga alumni Smandel 2004, Satya Pratama Kadranyata menyatakan, LSF tak lagi semena-mena untuk memotong atau menggunting film-film yang masuk. Paradigma penyensoran lebih bersifat dialogis dengan mengkomunikasikan setiap karya dengan kalangan industri perfilman terkait.

“Kami cuma memberikan catatan kepada para pihak bahwa di adegan ini-ini, di menit ke sekian sebaiknya tidak ada. Kalau pihak industri tidak sepakat, kami diskusikan, duduk bersama. Apa yang disepakati, mereka sendiri yang kemudian memotongnya,” kata Satya .

JIka dulu dalam setahun, lanjut Satya, LSF rata-rata menonton dan memotong 1,5 – 2 juta menit. “Jadi beban di penglihatan sehingga hasil pemeriksaan mata anggota LSF itu nilai minusnya cenderung makin nambah,” ujar Satya sambil mengusap mata.

Lebih lanjut dikemukakan Satya, mengenai kriteria materi film yang baik, paling tidak  menurut undang-undan. “Jadi,  harus menghindari unsur kekerasan, ujaran kebencian dan sumpah serapah, perlawanan terhadap hukum, tidak mengkampanyekan LGBT, narkoba, bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan lainnya. Untuk itu LSF membuat kriteria film layak tonton berdasarkan klasifikasi usia, yakni semua umur, 13+, 17+, dan 21+,” papar Satya.

Dalam talkshow yang dipandu Humas IAS, Suradi, sutradara Arwin Tri Wardhana mengungkapkan film yang dibuat bersama sutradara Rahabi Mandra ini setting sejarah penting Operasi Seroja  tahun 1975 dan Pertempuran Timor Timur pada tahun 1995 dan 1999.

Arwin Tri Wardhana menjelaskan bahwa film ini diadaptasi dari buku dengan judul yang sama dan melibatkan Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subianto sebagai narasumber untuk menjaga keakuratan dan autentisitas cerita.

Namun, kata Arwin menjawab pertanyaan, meski berlatar konflik, film ini lebih menekankan pada kisah kemanusiaan tentang perjuangan, pengorbanan, dan pemahaman nilai-nilai luhur.

Penonton yang memenuhi bioskop, terlihat banyak yang menteskan air mata menyaksikan drama kemanusiaan di tengah perang. Tetapi, penonton juga ikut bertepuk tangan saat pertarungan antara tentara Indonesia dan kelompok perlawanan Tim-Tim yang dimenangkan tentara Indonesia.

“Pesan kami yang lain lewat film Believe adalah bagaimana kita bisa menghindari perang, sebab bagaiamanapun, perang membawa malapetakan bagi kedua belah pihak yang berkonflik,” ujar Arwin.

Wakil Ketua umum IAS, Mahendro dan Ketua Subkomisi Publikasi LSF Nusantara Husnul Khatim Mulkan, berbagi cinderamata sebelum penayangan film

Persiapan Nobar

Film Believe meraih penghargaan sebagai Sutradara Terbaik (Best Director) di Festival Film Internasional Montreal, Kanada pada tahun 2025 ini. Penghargaan ini diberikan pada ajang bergengsi tersebut dan menjadi pengakuan internasional atas karya sineas Indonesia.

Pengurus IAS sangat mengapresiasi prestasi salah satu alumninya yakni salah satu sutradara film tersebut, Arwin T.Wardhana. Karena itu menyongsong pemutaran perdana film Believe  24 Juli, IAS, khususnya Tim Humas menyiapkan dialog khusus yang dikonsep model talkshow podcast/siniar yang ditayangkan di Youtube. Podcast yang dipandu Suradi dan Dian Permatasari dari Humas IAS ini menampilkan sutradara Arwin T. Wardha sebagai narasumber  utama dan didampingi pengamat film yang juga alumni SMAN 8, Ius Yudho Hartanto.

Selain membuat  Podcast itu, Tim Humas dibantu Tim Korkom lintas angkatan dan Tim UMKM, menyiapkan Nobar sebagai bentuk apresiasi IAS pada salah satu alumni yang sukses mengangkat pamor film Indonesia di mata dunia. Kerja bareng tim kecil akhirnya berbuah manis, seluruh penonton, terutama alumni Smandel merasakan kehangatan, keguyuban bertemu kembali dengan alumni lintas angkatan dan memuji kualitas film Believe.(sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan