Fachry Ali: Idrus F Shahab, Penyair Betawi yang Kosmopolit

2 days ago 8

SHNet, Jakarta- Mantan wartawan Tempo yang banyak menulis cerita dan kisah Betawi, Idrus F.Shahab, disebut pengamat politikdan juga pengamat budaya Dr. Fachry Ali sebagai “Penyair Betawai Kosmolit”. Sifat kosmolitan dari karya-karya Idrus baik esay maupun sajak atau puisi mengambarkan kosmolitanisme, namun dengan narasi yang mudah dicerna masyarakat awam, misalnya ketika yang bersangkutan menulis tentang penyair Persia abad ke-13 yang sangat terkenal, Djalaluddin Rumi  atau kerap disebut Rumi saja.

“Sebagai keturunana Arab-Betawi, saya sebut saja Idrus itu Betawi dan ingat Betawi itu sangat kosmoolit, terbuka pada setiap budada dan pemikiran asing. Maka tak salah bisa saya menyebut Idrus itu penyair Betawi, meski ada Betawii agraris juga,” ujar Fachry Ali ketika menjadi salah satu pembahas dalam diskusi buku karya Idrus F Shahab, “Sajak-Sajak Malam Gerimis: Setangkai Mawar Chairil Anwar” di Ruang Perpustakaan HB Jassin, TIM, Minggu, (13/04/2025).

Selanjutnya Fachry Ali juga menyoroti bagian akhir buku tentang penyair Chairil Anwar, nah ketika membahas tentang Chairil, terlihat identitas modern dan keterpelajaran Idrus. Menrut Fachry, lewat penggambaran Rumi dan juga ekplorasi Chairil, Idrus F.Shahab sebagai penyair yang mumpuni menggabungkan spritualisme Rumi dan jiwa pemberontakan Chairil Anwar.

“Bagi saya, Idrus F Shahab merupakan paket lengkap, penyair yang mahir menuangkan esai dan sajak lebih detil, memahami siuasi dan kondisi lapangan karena terlibat langsung dalam peliputan, dan punya hati nurani,” katanya.

Lalu di mna posisi kepenyairan Idrus? Menurut Fachry Ali, karya-karya puisi Idrus memang cukup serius dan sepertinya jarang dibacakan dalam lomba-lomba puisi. Tapi, karya bukan tidak mungkin masuk dalam daftar list puisi yang dibacakan dalam lomba.

Selain Fachry Ali, pembahas buku Idrus adalah Chairil Gibran Ramadhan (Sastrawan dan Budayawan Betawi) serta  Nuthayla Anwar (Penyair dan Dosen IAI Al Ghurobba).Bahkan, di sela-sela pembahasannya, Nuthayla membacakan beberapa sajak karya Idrus.

Nuthayla mengatakan, puisi – puisi yang berteduh dalam Sajak-Sajak Malam Gerimis ini meski tak panjang tapi matang. Dan Idrus begitu piawai menata hingga  diksi-diksi sederhana yang dipilih tidak membuat puisinya serta merta enteng dicerna tapi juga tidak menjadikannya misteri tanpa jendela. Puisi-puisi Idrus F Shahab memiliki maqamnya sendiri yang akan lebih mudah diserap oleh mereka yang berwawasan luas .

“Saya meresapi puisi Nanggala 402,sambil menahan napas,bagaimana kepedihan yang kelam itu,tenggelamnya kapal selam,dituturkan demikian lembut dan indah tanpa menghilangkan perihnya duka,” kata Nuthayla.

Begitu juga Sastrawan dan Budayawan Betawi, Chairil Gibran Ramadhan  memuji karya-karya Idrus yang luar biasa. Sebagai orang Betawai dia kagum dengan cara Idrus menuangkan ide dan penggambaran kejadian di sekitar kita maupun nun jauh di sana.

“Untuk posisi kepenyairan? Menurut saya yang salah itu mereka yang membuat kategori-kategori, orang harus mendaftar dan mengirim data dan karya sehingga masuk dalam pengelompokan penyair atau sastrawan. Idrus bukan tipikal penyair seperti itu, dia terus berkarya, dan karya snagat serius, sehingga mungkin tidak dibacakan dalam lomba-lomba puisi,” katanya.

Bedah buku buku karya Idrus F Shahab, “Sajak-Sajak Malam Gerimis: Setangkai Mawar Chairil Anwar” di Ruang Perpustakaan HB Jassin, TIM, Minggu, (13/04/2025). Dari kiri Budayawan Betawi, Chairil Gibran Ramadhan, pengmat politik Fachry Ali, penyair Nuthayla Anwar, dan moderator M. Syakur Usman (Aliansi Jurnalis Betawi)

Penyair Liris

Karena banyak sastrawan dan budayawan yang hadir, pengamat sastra dari UI, Maman S Mahayana pun ikut bicara dan tergelitik dengan pertanyaan posisi Idrus dalam dunia kepenyairan Indonesia. Menurutnya, puisi-puisi Idrus penuh liris dan permenungan.oleh karena itu pesan yang disampaikan luar biasa.

“Jadi, kalau ditanya di mana posisi Idrus dalam  dunia kepenyairan Indonesia, saya akan jawab dia berada dalam kepenyaran puisi-puisi liris, dengan kekuatan pada matamorfosa dan penggamabaran suasana yang jelas dan detil,” ujar Maman Mahayana.

Diskusi dan bedah buku Idrus F Shahab ini juga dihadiri para akademisi khususnya yang mengajar bisa sastra dan budaya Indonesia. Idrus yang hadir bersama istri dan puteri tunggalnya,  terlihat bungah dan sibuk memenuhi permintaan tanda tangan bukunya. Selamat dan sukses ya Pak Idrus. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan