Catatan Sepakbola, Kita Boleh Kecewa, Tapi….

1 week ago 23

Oleh: M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior

BERULANG KALI, saya dan pasti kita semua harus menelan rasa kecewa yang sangat pahit. Jujur, ketika (ini bukan yang pertama) saya dan pasti kita semua, menaruh harap amat besar, kembali kandas. Rasa kecewa yang dalam, meski sekali ini, sesungguhnya (ini bukan kalimat menghibur) jalan untuk Tim Nasional Sepakbola kita, untuk bisa lolos ke Piala Dunia 2026, masih tetap terbuka.

Perasaan itu muncul ketika Jay Noah Idzes atau akrab (dipopulerkan Hadi Ahay Gunawan, host Sepakbola RCTI), Bang Ya dan kawan-kawan dipecundangi Australia 1-5 dalam laga lanjutan Pra-Piala Dunia, Grup C, di Stadion Allians Sydney, Ausralia, Kamis (20/3/25) sore waktu Indonesia Barat.

Sekali lagi, meski kita kecewa, sangat mungkin marah, tapi, jalan masih tetap terbuka, walaupun saat ini menjadi sangat terjal. Dari setiap grup kualifikasi World Cup, Meksiko, Amerika, dan Kanada 2026, juara dan runner up yang langsung lolos. Sementara, peringkat 3 dan 4, harus menghadapi laga berikutnya. Yang membuat jalan semakin terjal, lawan yang dihadapi dari Benua lain, salah satunya Afrika.

Timnas U-23 kita sempat menghadapi suasana seperti itu, saat babak playoff menuju Olimpiade Paris 2024 yang lalu. Kita kalah 0-1 dari Guinea, wakil Afrika, di INF Clairefontaine, Prancis. Ini menjadi kegagalan kita kedua menuju Olimpiade.

Iswadi Idris dan kawan-kawan, tahun 1975, juga gagal ke Olimpiade Montreal 1976, setelah di laga penentuan kalah dalam adu-penalti melawan Korea Utara, di Stadion Gelora Senayan (GBK). Tapi, sekitar 100 ribu penonton, tetap memberikan suport yang luar biasa. Mereka terus bertepuk tangan, memberikan penghormatan yang luar biasa, meski timnas kita gagal.

Jika kalimat ini juga saya tuliskan, sekali lahi bukan untuk menghibur, juga tidak ingin bernostalgia, tetapi semua ada fakta. Maklum, anak sekarang sering menyebut orang-orang tua sebagai penganut idiologi nostalgia.

Ingat semifinal Piala Dunia 2014 di Brasil v Jerman? Juara dunia 5 kali bertemu dengan juara dunia 3 kali. Hasilnya di luar dugaan, Brasil dibantai 7-1 oleh Jerman, dan pada akhirnya menjadi juara dunia ke-4 kali. Begitulah sepakbola.

Proses
Sesaat setelah laga Australia vs Indonesia, Ken Ane host TVOone di AKIM (Apa Kabar Indonesia Malam) bersama Ferry Sandria, mantan pemain Krama Yudha dan timnas, serta pengamat politik serta pencinta sepakbola, Hendri Satrio, serta Prof Effendy Gazali yang langsung menyaksikan di Stadion Allians Sydney, saya mengatakan: “Sepakbola dan seluruh cabor olahraga wajib melalui proses. Ini bukan kalimat pembelaan, tapi fakta yang ada.”

Nah, persoalan pokok yamg dihadapi timnas kita, latihan baru sekali yakni Rabu (19/3/25), Itu pun bukan latihan berat. Selain itu, Patrick Kluivert, sang pelatih kepala, belum mengenal secara baik setiap pemain, meski mayoritas dari Belanda (keturunan). Artinya, secara spesifik, Kluivert belum bisa mengukur kemampuan setiap orang, terutama di posisi masing-masing.

Apalagi, jujur, awalnya saya berharap dan pasti juga harapan banyak pihak, (konsekuensi logis/normal) dipertahankan. Misalnya Rizky Ridho, Jay Idzes, Justin Hubner, Sandy Walsh, dan Calvin Verdonk. Kelimanya sudah sangat solid. Bahasa kerennya, kemistry di antara mereka sudah terbangun.

Sayang, Kluivert tidak sama dengan pikiran kebanyakan. Ridho dan Hubner tidak dimainkan di awal. Sekali lagi, menurut pemikiran saya, dan sangat mungkin juga pemikiran banyak penggila bola, Kluivert harusnya menitik beratkan pada sektor depan.
Kita tahu, timnas kita minim sekali membuat gol. Jadi, harusnya ya sektor itu yang didahulukan.

Meski demikian, karena proses awal belum terbangun, sekecewa apa pun kita, seromantis apa pun kita dengan STY, dukungan untuk timnas kita harus tetap ditingkatkan. Kluivert dan kawan-kawan, belum sempat membuat strategi apa pun karena sekelas Superman pun sang pelatih, jika ia belum bekerja, pasti belum ada hasil yang bisa kita nikmati.

Untuk itu, laga melawan Bahrain, yang juga baru saja kalah 2-0 dari Jepang di hari yang sama dengan kita, Selasa (25/3/25) di Stadion GBK, kita tidak punya pilihan lain kecuali meraih 3 poin alias menang. Begitu pun saat menjami China, Juni mendatang.
Saya tidak hendak beranalogi soal hasil lain dari dua laga itu. Kita tahu dalam setiap laga ada tiga kemungkinan, menang-kalah-seri.

Sementara melawan Jepang, saya sama sekali tidak ingin memasukkan pada pilihan. Di atas kertas, meski Jepang telah lolos, kita tetap sulit mengalahkan mereka.

Nah, selama masih tetap ada peluang, kita tidak boleh menyerah. Asa harus tetap kita jaga. Persiapan harus terus kita tingkatkan. Dan terakhir, tidak keliru kslau kita juga panjatkan doa dan mohon pertolongan pada Sang Khalik. Karena apa pun proses yang kita lakukan, di atas sana sudah tertulis hasilnya.

Karena ini juga ramadhan, saya mengajak kita semua untuk berdoa: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda, apa yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui.

Kecuali Empat takdir yang tidak bisa diubah yaitu: Kelahiran, Kematian, Jenis Kelamin, dan Takdir Akhirat. Takdir-takdir ini disebut Takdir MUBRAM, yaitu ketetapan Allah yang tidak dapat diubah oleh makhluk-Nya.

Selain itu masuk sebagai takdir muallaq atau takdir yang dapat diubah dengan cara berusaha lebih dan khusuk berdoa meminta pertolongan padaNYA. Semoga bermanfaat!

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan