Sustainability dan Climate Action: Bisakah Startup Hijau Menjadi Motor Ekonomi Indonesia?

12 hours ago 3

Oleh: Diana Triwardhani, SE.MM., Ph.D

Krisis iklim bukan lagi sekadar ancaman masa depan — ia sudah terjadi sekarang. Perubahan pola cuaca, kebakaran hutan, banjir besar, dan suhu bumi yang terus naik menjadi bukti nyata bahwa dunia, termasuk Indonesia, berada di titik kritis. Sebagai negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia berada di garis depan perubahan iklim ini.

Namun, di tengah tantangan besar ini, muncul harapan baru: startup hijau atau green startups. Mereka adalah perusahaan rintisan yang mengusung prinsip keberlanjutan (sustainability) dan bertujuan menghadirkan solusi inovatif untuk mengatasi krisis iklim sambil tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pertanyaan penting pun muncul: Bisakah startup hijau menjadi motor penggerak baru bagi ekonomi Indonesia? Apa Itu Startup Hijau? Startup hijau adalah perusahaan rintisan yang fokus pada pengembangan produk, layanan, atau teknologi yang ramah lingkungan. Tujuannya tidak hanya meraih keuntungan finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Beberapa contoh fokus startup hijau meliputi, energi terbarukan (solar panel, bioenergi), manajemen limbah dan daur ulang, sustainable fashion, pertanian organik dan teknologi pertanian cerdas, mobilitas hijau (sepeda listrik, kendaraan ramah lingkungan), konservasi sumber daya air dan lahan.

Startup-startup ini menggabungkan inovasi teknologi dengan prinsip keberlanjutan — sebuah kombinasi yang sangat relevan dengan kebutuhan zaman.

Urgensi Sustainability dan Climate Action di Indonesia
Indonesia memiliki posisi unik dalam isu perubahan iklim. Sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, lahan gambut yang luas, dan garis pantai panjang, Indonesia memainkan peran krusial dalam upaya global menahan laju pemanasan bumi.
Namun, Indonesia juga menghadapi tantangan berat: deforestasi dan kebakaran hutan, polusi udara dan air, verfishing odan kerusakan ekosistem laut, emisi karbon dari sektor energi dan transportasi.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya melalui berbagai kebijakan, seperti target net zero emissions pada tahun 2060 dan program carbon pricing. Namun, untuk mencapai target ambisius ini, kontribusi dari sektor swasta, terutama startup inovatif, menjadi sangat penting.

Potensi Startup Hijau di Indonesia
Mengapa startup hijau berpotensi menjadi motor ekonomi baru Indonesia? Ini alasannya:
Pertama, besarnya Pasar Sustainability. Tren global menuju gaya hidup berkelanjutan semakin menguat. Konsumen, khususnya Gen Z dan milenial, kini lebih memilih produk ramah lingkungan. Pasar produk hijau — mulai dari energi bersih, makanan organik, hingga fashion sustainable — diperkirakan akan tumbuh pesat dalam dekade ini.

Kedua, Dukungan Investor. Banyak investor, baik lokal maupun internasional, kini mencari portofolio Environmental, Social, and Governance (ESG). Mereka tertarik mendanai startup yang bisa menunjukkan dampak sosial dan lingkungan positif, selain potensi profit.

Ketiga, Kebutuhan Inovasi Lokal. Indonesia menghadapi masalah lingkungan yang kompleks. Solusi lokal berbasis teknologi sangat dibutuhkan — inilah ladang subur bagi startup hijau untuk tumbuh.

Keempat, Regulasi yang Semakin Mendukung. Dengan adanya kebijakan seperti tax incentive untuk bisnis ramah lingkungan dan dorongan pada green investment, iklim berbisnis bagi startup hijau di Indonesia semakin kondusif.

Kelima, Akses Teknologi dan Digitalisasi. Dengan penetrasi internet yang tinggi, adopsi teknologi seperti AI, dan blockchain dalam pengelolaan sumber daya alam menjadi lebih memungkinkan, mempercepat inovasi di sektor hijau.

Contoh Startup Hijau Indonesia yang Menonjol
Beberapa startup hijau Indonesia yang sudah mulai mencuri perhatian antara lain:
• Jejak.in: Menggunakan AI untuk menghitung jejak karbon perusahaan dan membantu mereka dalam program offsetting.
• Waste4Change: Startup manajemen sampah yang menawarkan solusi terintegrasi dari pengumpulan hingga daur ulang.
• Xurya: Menyediakan solusi pembangkit listrik tenaga surya untuk bisnis dengan sistem sewa tanpa investasi awal.
• MYCL (Mycotech Lab): Mengembangkan biomaterial berbasis jamur untuk menggantikan kulit dan bahan bangunan konvensional.
Keberhasilan mereka membuktikan bahwa model bisnis yang berkelanjutan bisa sejalan dengan profitabilitas.

Tantangan Startup Hijau di Indonesia
Meskipun potensinya besar, startup hijau tetap menghadapi sejumlah tantangan:
Pertama, Edukasi Pasar. Masyarakat Indonesia masih dalam tahap awal kesadaran lingkungan. Edukasi konsumen menjadi kunci agar produk hijau diterima luas.

Kedua, Biaya Awal yang Tinggi. Inovasi di bidang energi terbarukan, bahan alternatif, atau pertanian cerdas sering kali membutuhkan investasi awal besar, yang bisa menjadi hambatan bagi startup kecil.

Ketiga, Regulasi yang Belum Sepenuhnya Konsisten. Meski ada dukungan, kadang regulasi di tingkat daerah bertentangan atau belum adaptif terhadap inovasi hijau.

Keempat, Skala dan Infrastruktur. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki tantangan infrastruktur. Mendistribusikan teknologi hijau secara merata ke pelosok menjadi tantangan logistik tersendiri.

Apa yang Perlu Dilakukan Agar Startup Hijau Bisa Menjadi Motor Ekonomi? Untuk mengakselerasi peran startup hijau dalam ekonomi Indonesia, beberapa langkah strategis diperlukan.

Pertama, Dukungan Ekosistem: Inkubator bisnis khusus startup hijau, akselerator, dan venture capital berbasis ESG perlu dikembangkan.

Kedua, Pendidikan dan kesadaran konsumen: kampanye besar tentang pentingnya sustainability harus terus digencarkan.

Ketiga, Kolaborasi dengan Pemerintah: Startup perlu bermitra dengan pemerintah dalam program-program hijau seperti pembangunan kota cerdas (smart city) dan transisi energi bersih.

Keempat, Insentif Khusus: Pajak yang lebih ringan untuk produk ramah lingkungan, atau hibah riset untuk startup energi terbarukan, bisa mempercepat pertumbuhan sektor ini.

Kelima, Adaptasi Model Bisnis: Startup perlu mengembangkan model bisnis yang tidak hanya berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga secara finansial jangka panjang.

Startup hijau bukan hanya tren sementara — mereka adalah bagian dari solusi terhadap tantangan global terbesar saat ini: krisis iklim. Di tangan anak-anak muda kreatif Indonesia, startup berbasis sustainability bisa menjadi kekuatan baru yang mendorong ekonomi bangsa menuju arah yang lebih hijau, lebih adil, dan lebih berkelanjutan.

Memang, jalan menuju sana penuh tantangan. Namun, dengan kombinasi inovasi, dukungan ekosistem, kesadaran pasar, dan komitmen pemerintah, tidak mustahil dalam satu dekade ke depan kita akan melihat startup hijau sebagai “unicorn” baru Indonesia — bukan hanya mengejar valuasi miliaran dolar, tetapi juga menyelamatkan bumi yang kita tinggali.

Kini saatnya bertanya: Apakah Anda siap menjadi bagian dari gerakan ini?

Penulis, Diana Triwardhani, SE.MM., Ph.D adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN Veteran Jakarta

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan