Mengapa Kita Masih Memperingati Hari Kartini?

18 hours ago 6

Oleh: Diana Triwardhani

Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini untuk mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini, seorang tokoh emansipasi wanita yang telah membuka jalan bagi kesetaraan gender di Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan. Meskipun Kartini hidup di masa kolonial dan wafat dalam usia muda, pemikirannya yang tertuang dalam kumpulan surat Habis Gelap Terbitlah Terang tetap abadi dan relevan hingga saat ini. Namun, pertanyaannya adalah: mengapa peringatan Hari Kartini masih penting dan layak dipertahankan di era modern ini?

Uraian ini akan menjelaskan secara mendalam alasan-alasan filosofis, historis, dan kontekstual mengapa Hari Kartini masih memiliki tempat yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, terutama dalam konteks perjuangan perempuan, pendidikan, dan kesetaraan sosial.

Pertama, Kartini sebagai Simbol Perjuangan Emansipasi Wanita. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi di masa kolonial Belanda, saat akses perempuan terhadap pendidikan sangat terbatas. Dalam masyarakat Jawa feodal saat itu, perempuan diposisikan hanya sebagai istri dan ibu rumah tangga, tanpa hak untuk memperoleh pendidikan tinggi ataupun kebebasan berekspresi. Kartini menolak keadaan tersebut dan memperjuangkan pendidikan bagi perempuan sebagai sarana pembebasan diri.

Gagasan Kartini sangat revolusioner untuk zamannya. Ia tidak hanya mempertanyakan praktik-praktik patriarkal dalam keluarganya, tetapi juga mengkritisi ketidakadilan yang diterima perempuan secara struktural. Oleh karena itu, memperingati Hari Kartini berarti menghargai warisan perjuangan perempuan untuk memperoleh hak-haknya dan menjadi pengingat bahwa kebebasan yang kita nikmati saat ini bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah.

Kedua, Mewakili Perjuangan Intelektual Perempuan Indonesia. Banyak tokoh perempuan Indonesia lain yang juga berjuang dalam sejarah bangsa, seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan Martha Christina Tiahahu. Namun, Kartini memiliki keunikan karena perjuangannya terekam secara tertulis. Surat-suratnya kepada sahabat-sahabatnya di Belanda menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang pemikir dan intelektual yang tajam.

Melalui tulisannya, kita dapat melihat bagaimana ia menganalisis struktur sosial, agama, pendidikan, dan budaya Jawa serta kolonialisme dengan cara yang sangat progresif.
Kartini bukan sekadar simbol budaya atau tokoh sejarah, melainkan representasi perempuan intelektual yang sadar akan ketidakadilan sistemik dan berusaha melawannya melalui pendidikan dan tulisan. Oleh karena itu, peringatan Hari Kartini adalah penghargaan terhadap kecerdasan, nalar kritis, dan semangat berpikir bebas yang penting bagi generasi muda Indonesia, terutama perempuan.

Ketiga, Menginspirasi Perjuangan Kesetaraan Gender Masa Kini. Meskipun telah lebih dari satu abad sejak Kartini wafat, isu-isu yang diperjuangkannya masih relevan hingga hari ini. Kesetaraan gender belum sepenuhnya tercapai di Indonesia. Masih ada kesenjangan dalam hal upah antara laki-laki dan perempuan, minimnya perempuan dalam posisi kepemimpinan, dan banyaknya kasus kekerasan berbasis gender yang belum tertangani secara adil.

Peringatan Hari Kartini menjadi momen reflektif untuk mengukur sejauh mana kita telah bergerak menuju masyarakat yang setara. Kartini mengajarkan bahwa perubahan tidak selalu harus dengan senjata, tetapi juga dengan pendidikan, pemikiran kritis, dan keberanian untuk berbeda pendapat. Dengan kata lain, Hari Kartini adalah pengingat bahwa perjuangan belum usai.

Keempat, Mendorong Perempuan Indonesia untuk Berkarya dan Berdaya. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perempuan Indonesia yang menunjukkan prestasi luar biasa di berbagai bidang: ilmu pengetahuan, seni, politik, dan olahraga. Mereka adalah Kartini masa kini yang membuktikan bahwa perempuan mampu dan layak mendapatkan tempat yang sama dalam berbagai lini kehidupan. Namun, tidak semua perempuan Indonesia memiliki akses dan kesempatan yang sama.

Dengan memperingati Hari Kartini, kita mengingatkan masyarakat bahwa penguatan kapasitas perempuan melalui pendidikan, pelatihan keterampilan, dan dukungan sosial harus terus ditingkatkan. Peringatan ini bukan sekadar seremoni mengenakan kebaya, tetapi harus menjadi momentum untuk membahas dan mencari solusi atas hambatan-hambatan yang masih dihadapi perempuan, terutama di daerah-daerah tertinggal.

Kelima, Mengedukasi Generasi Muda Tentang Nilai-Nilai Kesetaraan. Salah satu peran utama peringatan Hari Kartini adalah edukasi nilai-nilai kesetaraan dan keadilan sosial kepada generasi muda. Dalam dunia yang semakin plural, nilai-nilai seperti toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan keadilan gender perlu ditanamkan sejak dini.
Melalui peringatan ini, sekolah-sekolah dan institusi pendidikan bisa mengadakan kegiatan yang membahas peran perempuan dalam pembangunan, sejarah emansipasi, serta tokoh-tokoh perempuan inspiratif lainnya. Hal ini dapat membentuk generasi yang menghormati perempuan dan mendorong inklusivitas dalam kehidupan sosial dan profesional.

Keenam, Mengakui Kontribusi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa. Kartini hanyalah satu dari sekian banyak perempuan Indonesia yang telah berkontribusi pada kemajuan bangsa. Namun, namanya menjadi simbol yang merangkum semangat juang, daya pikir, dan perlawanan terhadap penindasan berbasis gender. Peringatan Hari Kartini adalah bentuk pengakuan negara dan masyarakat terhadap peran serta perempuan dalam sejarah dan pembangunan bangsa.

Banyak perempuan hari ini yang menjadi pemimpin, inovator, aktivis, guru, dan pekerja yang membawa perubahan. Namun, pekerjaan mereka sering kali kurang mendapat perhatian atau penghargaan. Hari Kartini mengingatkan kita untuk terus mendukung dan menghargai kontribusi perempuan dari semua lapisan masyarakat.

Ketujuh, Menolak Reduksi Perayaan Menjadi Simbolik Saja. Satu kritik terhadap perayaan Hari Kartini adalah bahwa acara ini sering kali terjebak dalam perayaan simbolik semata, seperti mengenakan baju adat atau lomba memasak, tanpa menyentuh esensi perjuangan Kartini yang sebenarnya. Untuk itu, peringatan Hari Kartini harus ditransformasikan menjadi ruang diskusi dan aksi nyata terhadap isu-isu ketidakadilan gender masa kini.
Kita harus menolak pemaknaan yang mereduksi peran perempuan hanya pada estetika atau peran domestik. Hari Kartini seharusnya menjadi waktu untuk mengadvokasi hak-hak perempuan dan memperkuat peran mereka dalam kehidupan publik.

Peringatan Hari Kartini bukanlah sekadar rutinitas tahunan atau bentuk penghormatan kepada tokoh sejarah. Ia adalah simbol perjuangan yang hidup, menjadi refleksi dari nilai-nilai kemanusiaan, pendidikan, dan keadilan gender. Kartini mengajarkan kita bahwa perubahan dimulai dari keberanian untuk berpikir berbeda dan memperjuangkan hak yang setara.

Selama masih ada ketimpangan, diskriminasi, dan hambatan yang menghalangi perempuan untuk berkembang, semangat Kartini akan terus relevan dan layak untuk dirayakan dan diperjuangkan. Maka dari itu, kita memperingati Hari Kartini bukan hanya karena masa lalu, tetapi juga demi masa depan yang lebih adil dan setara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penulis, Diana Triwardhani, Dosen FEB UPN Veteran Jakarta

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan