SHNet, Jakarta- Rektor IMDE, Totok Amin Soefijanto, Ed.D mengatakan, tema ”Strategi Storytelling Bikin Content Jadi Amazing” sangat tepat waktunya. Keahlian storytelling ini sangat penting dikuasai saat ini, karena banyak konten digital yang membutuhkannya.
“Harus diakui, ini salah satu ketrampilan yang kurang diasah di jenjang SD, SMP, dan SLTA. Konten digital di negara maju sangat bagus, karena ketrampilan storytelling sudah dilatih sejak dini, bahkan sejak TK,” kata Totok, ketika memberikan sambutan pada webinar dengan tema ”Strategi Storytelling Bikin Content Jadi Amazing” yang digelar Program Studi Produksi Media IMDE, pada Jumat, (07/03/2025).
Menurut Totok, sebenarnya, keahlian storytelling tidak hanya untuk konten. Keahlian bertutur yang runut, logis, dan menarik ini berguna untuk berbagai keperluan, termasuk dalam negosiasi bisnis dan narasi laporan kinerja agar enak dibaca dan didengar.
Totok mengungkapkan, sebuah studi yang dilakukan oleh Go-Globe tahun 2022 menyatakan bahwa 75% pelanggan merasa bahwa merek harus memasukkan cerita ke dalam kampanye pemasaran mereka. Lebih lanjut, konsumen akan ingat sebuah merek 22 kali lebih cepat bila dalam narasi merek menggunakan storytelling. Di industri film, kemampuan storytelling tentu sangat vital.
“Kita akan sangat membutuhkan skill storytelling ini dalam lima tahun ke depan, seiring dengan meningkatkan minat untuk menonton film di masyarakat,” ujar Totok.
Dengan demikian lanjut Totok, segala kelebihan skill storytelling tadi, maka saya berharap akan lahir karya-karya storytelling baru dari para hadirin semua untuk memperkuat industri kreatif kita. Semakin banyak storytelling, semakin marak dunia kreatif kita, semakin maju budaya dan ekonomi kita ke depannya. Selamat mengikuti webinar, semoga kita semua mendapatkan hikmah yang berharga darinya.

Tidak Melulu Soal Konten
Webinar dengan tema ”Strategi Storytelling Bikin Content Jadi Amazing” inimenghadirkan narasumber utama Gadis Hilmi Nabiilah Rose, Jurnalis CNN, Dosen dan juga Alumni IMDE serta dipandu Host Restu Putria Nabila (Naren) mahasiswa Produksi Media semester IV.
Webinar ini diprakarsai oleh Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom selaku Direktur Pendidikan Vokasi sekaligus Kaprodi Produksi Media
Jumlah pendaftar 561 orang dan yang bergabung ke webinar 410 yang berasal dari berbagai Provinsi di Indonesia, ditayang secara hybrid lintas platform yakni Zoom dan Youtube.
Gadis menjelaskan, belajar strategi storytelling bukan hanya sekadar tentang cara dan teknik bercerita yang baik, tetapi sekaligus mengimplementasikan metode dan trik yang sesuai. Cerita atau isi karya yang disampaikan pun diriset dan dikembangkan, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan target audiens. Pemilihan media sebagai wadah storytelling juga berpengaruh besar terhadap engagement dan feedback audiens.
“Eits.. tunggu dulu! Storytelling tidak melulu soal konten yang sehari-hari mewarnai timeline media sosial, lho. Menuliskan cerita keseharian di dalam buku catatan lalu menyimpannya sebagai kumpulan memori pun termasuk dalam storytelling. Menyampaikan pesan moral kepada orang sekitar pun juga termasuk bagian dari storytelling,” papar Gadis.
Bahkan, kata Gadis, mengajarkan anak tentang cara bersikap yang sopan dan baik, juga termasuk bagian dari storytelling. Sehingga dibutuhkan pola dan penyesuaian antara media, proses eksekusi, dan target audiens dengan isi cerita yang disampaikan.
Membuat Konten Lebih Menarik
Sementara itu, Teguh Setiawan S.Pd., M.I.Kom (Direktur Pendidikan Vokasi dan Kaprodi Produksi Media ) mengatakan, di dunia digital, storytelling adalah cara membuat konten jadi lebih menarik dan berkesan. Dengan bercerita, pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami, diingat, dan bisa membangun koneksi dengan audiens.
“Di era digital, cerita tidak hanya disampaikan dalam satu media, tetapi bisa berkembang di berbagai platform seperti video, podcast, media sosial, hingga game. Inilah yang disebut Transmedia Storytelling,” kata Teguh.
Dijelaskan Teguh, di mata kuliah Transmedia Storytelling di Prodi Produksi Media, mahasiswa belajar bagaimana membuat cerita yang bisa berkembang di banyak platform agar lebih menarik dan menjangkau lebih banyak orang. Dengan ketrampilan ini, mereka bisa menciptakan konten yang bukan sekadar viral, tapi juga punya dampak dan bertahan lama. (sur)