Sanggar Cendana Wangi Tebar Pesona NTT di Negeri Kincir Angin

1 month ago 45

Jakarta-Provinsi Nusa Tenggara Timur memasuki usia ke-66 sejak mekar dari Provinsi Sunda Ketjil pada pada tahun 1958. NTT sebagai wilayah kepulauan memiliki keberagaman budaya yang tersebar di 21 kabupaten/kota. Namun, kekayaan budaya NTT meski sudah dikenal luas, tetapi belum dikelola untuk benar-benar menjadi salah satu destinasi wisata yang setara Bali, Lombok ataupun wilayah di Indonesia. Promosi potensi wisata NTT merupakan salah satu kunci pengembangan industri pariwisata untuk mendorong kesejahteraan rakyat.

Belum lama ini, pada akhir November sampai awal Desember 2024, Sanggar Cendana Wangi berkolaborasi dengan Team Roro ikut berpartisipasi dalam Discovering The Magnificence of Indonesia di Negeri Kincir Angin (Belanda). Delegasi terdiri dari delapan pelaku seni dan budaya NTT yang dipimpin Adinda Moeda sebagai designer dan Koreo, Evi Manafe.

“Kami berpartisipasi selama empat hari dalam kegiatan itu. Saya menangkap kesan even itu sangat bagus untuk promosi karena dihadiri puluhan ribu pengunjung, antara lain, suplier di Belanda, Pemerintah Belanda, pengunjung dari seluruh wilayah di Belanda. Ajang ini menjadi kesempatan baik untuk mempromosikan potensi ekonomi dan pariwisata NTT,” tutur Pembina Sanggar Cendana Wangi, Evi Manafe.

Menurut Evi, pihaknya mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga bisa berpartisipasi dalam event internasional. Sebab, sangat sulit untuk berpartisipasi karena berkaitan dengan transportasi dan akomodasi.

“Kami mendapat dukungan dari Badan Penghubung, Bapak Viktor Laiskodat, Asita, La Moringa, Diesel One , Ibu Fenti dari Pengusaha Wanita Indonesia, Ibu Dewi Soedardjo , Ibu Uli Makes dan berbagai pihak lain. Jadi, meskipun kami berpartisipasi, tapi semua itu tidak lepas dari jasa baik dari beberapa figur ini,” tutur Evi.

Sekali lagi, jelas Evi, apresiasi terbesar layak diberikan kepada para figure-figur ini, sebab tanpa kepedulian dan perhatian, tentu sangat sulit untuk bisa berpartisipasi dalam ajang seperti itu.

Foto: sanggar cendana wangi

Evi menuturkan, selama ajang Discovering The Magnificence of Indonesia, pihaknya terlibat dalam expo promosi tenun dan produk produk UMKM NTT. Pada pembukaan even ini berpartisipasi dalam tarian Pembukaan dan melakukan promosi Desa Wisata Alam NTT dengan membagikan brosur kepada seluruh pengunjung.

“Jadi, pada hari kedua, kami menampilkan Sanggar Cendana Wangi dengan menampilkan tarian pembuka Foti Lalendo dan tarian dari Sumba Timur. Kemudian hari ketiga diwarnai dengan Fashion Show Design by Adinda Moeda dengan kekhasan tenunan NTT,” kata Evi Manafe yang merupakan ASN di Badan Penghubung NTT-Jakarta.

Evi menuturkan, pihaknya sangat senang karena para penari mampu memukau penonton dan membangkitkan semangat ketika Cendana Wangi menampilkan tarian yang diiringi musik irama gong tradisional dengan kostum tenun rote dan Sumba  Timur.

Event internasional ini, jelas Evi, bertujuan untuk mempromosikan Desa Wisata Indonesia, serta untuk mempromosikan industri kreatif, produk, dan jasa Indonesia kepada masyarakat Eropa. Acara ini diharapkan dapat menghidupkan dan menggairahkan kegiatan perekonomian khususnya industri pariwisata, memperlancar dunia usaha (UKM, eksportir dan sebagainya), memperluas jangkauan pembeli dari Eropa dan meningkatkan citra produk ekspor Indonesia di luar negeri.

“Kami juga menyesuaikan dengan tujuan itu, dengan mempromosikan produk UMKM NTT, mempromosikan desa wisata NTT dan mempromosikan budaya NTT, seperti musik, tarian daerah dan tenun khas NTT. Semoga hal-hal seperti itu membangkitkan minat orang Eropa menugunjungi NTT,” tuturnya.

Evi mengharapkan, promosi pariwisata harus lebih berorientasi ke luar, sehingga langsung menjangkau calon wisatawan. “Saya hanya bisa berharap agar ke depan, semua pihak baik pemerintah maupun non pemerintah berkolaborasi memajukan seni budaya dengan mengkedepankan generasi Z untuk lebih mencintai seni budaya sendiri. Keberagaman budaya merupakan kekuatan dan potensi untuk mengembangkan industry pariwisata. Tidak ada cara lain, kecuali mencintai budaya sendiri,” jelas Evi.

Foto: sanggar cendana wangi

Menurutnya, pengembangan pariwisata merupakan pekerjaan besar, sehingga tidak mungkin hanya mengandalkan pemerintah semata, tetapi membutuhkan kolaborasi dari beberapa pihak seperti pemerintah, akademisi, dunia usaha, kelompok masyarakat, termasuk media. “Kalau semua bisa berkolaborasi, kitab isa berharap potensi wisata NTT akan membawa manfaat bagi ekonomi dan kesejahteraan rakyat,” katanya.

Sanggar Cendana Wangi didirikan Nyonya Yvoni Daud Foenale dan penari asal NTT pada  tahun 2005. Kemudian dilanjutkan Evi Manafe sampai tahun 2023 dan melakukan regenerasi pengurus Adinda Moeda (ketua);  Ade Marny Noya, Astry Putry. Sedangkan Evi Manafe merupakan pembina Sanggar Cendana Wangi.

Upaya yang dilakukan Sanggar Cendana Wangi layak diapresasi karena sering aktif dalam mempromosikan kekayaan budaya NTT. Paling tidak dengan tampil dalam ajang Discovering The Magnificence of Indonesia ini, Sanggar Cendana Wangi telah menyebarkan aroma wangi budaya NTT ke Belanda.(den)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan