Hulunisasi Rumput Laut, Potensi dan Tantangannya

1 day ago 7

SHNet, Jakarta – Kementerian Kelautan dan  Perikanan RI, Yayasan Samudera Indonesia Timur dan INDOPOSCO menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Hulunisasi Rumput Laut”, di Aston Kartika Jakarta, Senin (3/2/2025).

Pembina Yayasan Samudera Indonesia Timur, Prof. Alex Retraubun mengatakan, hulunisasi fokus pada produksi sehingga menunjang hilirisasi dengan baik.

Menurutnya, diskusi ini mendukung kebijakan pemerintah.  ” Yayasan Samudera Indonesia Timur lagi fokus perhatian di Maluku Tenggara karena kebijakan  KKP kembangkan rumput laut di Maluku Tenggara,” ujar Prof. Alex.

Meski demikian, Indonesia belum fokus pada rumput laut.  Dia mengatakan, kita harus fokus untuk giring hulunisasi dan hilirisasi sehingga bisa kembangkan rumput laut dengan baik.

(Dok. SHNet/stevani)

Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rochmin Dahuri, mengatakan, rumput laut memiliki potensi baik Nasional maupun Internasional. Sayangnya, 82 persen rumput laut Indonesia diekspor ke luar negeri.

“Pemerintah perlu mengembangkan budidaya rumput laut dengan strategi berbasis lingkungan, menetapkan rumput laut sebagai komoditas strategis, serta membangun pabrik pengolahan di setiap sentra produksi untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional, ” ujarnya.

Prof Rochmin juga memaparkan 9 alasan yang harus diperhatikan, yakni rumput laut bisa menjadi potensi internasional, role material utama dari industri hilir seperti makanan dan minuman, kosmetik, farmasi dan sebagainya. Demand terhadap produk hilir rumput laut meningkat, usaha budidaya rumput laut juga tidak memerlukan modal yang besar, teknologinya sederhana serta menyerap tenaga kerja.
Selain itu, rumput laut juga bisa menyerap karbon, berdampak positif bagi kesehatan ekosistem serta ramah lingkungan.

Meski demikian, tantangan yang dihadapi di industri rumput laut adalah harga yang fluktuatif dan tidak ada jaminan pasar.

Hal serupa juga diutarakan oleh Direktur Rumput Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Nono Hartanto.

(Dok. SHNet/stevani)

“Demand terhadap rumput laut terus meningkat dan sangat bervariasi untuk olahannya. Namun, tantangannya saat ini adalah stabilitas harga ditingkat pembudidaya, pemetaan investor, penyediaan bibit dan pembudidaya rumput laut masih didominasi masyarakat kecil,” kata Nono.

Bisnis rumput laut sangat menguntungkan di setiap level, dari budidaya hingga industri. Dengan harga karaginan mencapai Rp27.500/kg, potensi keuntungan meningkat melalui pengolahan. Pengembangan industri dan higienisasi dapat semakin mengoptimalkan nilai ekonominya.” ujar Dr. Ir.  Irzal Effendi, MS, Dosen FPIK IPB

“Budidaya rumput laut membutuhkan lokasi yang tepat untuk mengurangi dampak musim dan penyakit. Faktor lingkungan, kualitas air, serta teknologi ramah lingkungan harus diperhatikan. Pemanfaatan IT dapat membantu memantau pertumbuhan dan faktor kematian rumput laut, sementara peran pemerintah penting dalam pemetaan dan pengembangan industri,” ungkapnya.

Aji Sularso, M. MA, Praktisi perikanan mengatakan “Industri rumput laut berpotensi berkembang dengan biofuel dan karbon kredit, sementara penguatan hilirisasi, teknologi, dan SDM dapat meningkatkan efisiensi serta pendapatan. Tantangan seperti predator ikan baronang justru bisa menjadi peluang ekonomi tambahan.” (Stevani Elisabeth)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan