Dapur Anera di al-Zuwayda adalah salah satu dari lebih dari 35 dapur di Gaza yang menyediakan 210.000 makanan hangat per hari.(Tangkapan layar via BBC) dilansir dari kompas.com
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Enam minggu setelah gencatan senjata mulai berlaku, kondisi dapur umum di Jalur Gaza masih jauh dari kata cukup. Akses terhadap bahan makanan bergizi tetap sangat terbatas, membuat jutaan warga kesulitan mendapatkan asupan memadai di tengah krisis kemanusiaan berkepanjangan.
Organisasi kemanusiaan American Near East Refugee Aid (Anera) menjadi salah satu yang bekerja di garis depan. Dengan dapur umum di al-Zawayda (Gaza tengah) dan al-Mawasi (Gaza selatan), Anera kini melayani lebih dari 20.000 orang per hari lonjakan besar dibandingkan enam bulan lalu.
“Kami telah beralih dari 15 panci menjadi 120 panci per hari, menargetkan lebih dari 30 kamp pengungsi. Kami melayani lebih dari 4.000 keluarga, dari sebelumnya hanya 900,” kata Ketua Tim Anera, Sami Matar, dikutip dari BBC, Senin (24/11/2025). Dikutip dari kompas.com
Meski kapasitas meningkat, variasi makanan tetap sangat minim. Nasi, pasta, dan lentil menjadi menu pokok yang berulang sepanjang pekan. Sayuran seperti paprika, bawang, dan kentang hanya sesekali ditambahkan untuk memperkaya rasa.
“Kami berusaha keras memasukkan sayuran, tetapi daging dan ayam tidak diizinkan masuk untuk bantuan kemanusiaan,” ujar Matar.
Daging segar yang masuk melalui pedagang komersial dijual dengan harga sangat tinggi, membuat organisasi kemanusiaan tak mampu menyediakannya. Sejak gencatan senjata, Anera hanya sekali memasak hidangan dengan daging kaleng. Peralatan memasak, kemasan, dan tabung gas bersih juga semakin menipis.

















































