Dokter Gizi Komunitas Ini Sebut Menurunkan Obesitas Tidak Boleh Dipaksa Langsung Berolahraga

1 month ago 63

SHNet, Jakarta-Angka obesitas di Indonesia sangat tinggi. Bukan hanya obesitas kelas 1 saja, tapi bahkan sudah mencapai kelas 2 yang indeks massa tubuhnya sudah melebihi angka 30.

Dokter gizi komunitas, dr. Dian Kusuma, mengatakan bagi masyarakat urban seperti Jakarta, obesitas ini menjadi tantangan bagi mereka. Pasalnya, semua orang sibuk bekerja, berangkat subuh pulang sudah malam. “Aktifitas fisik mungkin sudah coba dijalankan, tapi belum optimal karena kebiukan dalam pekerjaan. Begitu juga dalam menjaga pola makan juga sudah dicoba, tapi tetap tidak bisa mencapai yang benar-benar seimbang. Karena memang sudah terlalu letih dengan pekerjaan sehari-hari,” katanya.

Kondisi inilah yang menurut dr. Dian, meski sudah begitu banyaknya program pemerintah atau kemenkes yang dilakukan untuk mengatasi obesitas ini, dalam kenyataannya masih ada saja kendala, utamanya untuk kaum urban seperti Jakarta.

Untuk membantu program pemerintah dalam mengatasi angka obesitas yang tinggi di Indonesia ini, dr. Dian mendirikan Klinik Pratama Sulhavita Anti Aging dan Wellness Center yang dilaunching pada Sabtu (7/12) di Gedung Gelora Bung Karno (GBK) yang sebelumnya berada di Tanah Abang. “Nah, di sini kami menawarkan layanan yang mungkin bisa diaplikasikan pada kaum urban yang mengalami obesitas. Jadi, selain kita menganalisis asupannya, kebiasaan makan mereka seperti apa, kami menganalisis juga daily activitiesnya,: tukasnya.

Dari kebiasaan sehari-hari masyarakat yang ada di Jakarta, menurut dr. Dian, klinik ini akan mengassess kira-kira mana yang kurang, mana yang terlalu banyak, sehingga roda kehidupannya tetap menjadi bulat. “Karena banyak kilen kita itu yang roda daily activitiesnya itu gak bulat bahkan cenderung tidak beraturan,” tuturnya.
Artinya, lanjutnya, dilihat yang mana dulu yang harus diterapi. Di situ klinik akan mengassess dari daily aktivitiesnya, lalu asupan makannya, aktfitas fisiknya seperti apa, dan membuat mindset bahwa memang hidup sehat itu harus seperti itu. “Tapi, kita ada tambahannya, yaitu ada terapi penunjangnya. Jadi, terapi penunjang salah satu yang kami tawarkan adalah Cocoon Wellness treatment,” ujarnya.

Dia menjelaskan alat penunjang terapi ini berbentuk kapsul yang dilengkapi dengan panas dari sinar infrared. “Orang yang mau diterapi nantinya masuk ke dalam kapsul seperti sauna. Di dalam kita coba relaksasi dulu. Biasanya orang itu langsung merasa nyaman karena bisa tidur enak. Karena rata-rata yang obesitas itu kan susah tidur,” katanya.

Selain itu, kata dr. Dian, irama sirkardian dari alat penunjang terapi itu juga bisa mempengaruhi hormon pencernaan, sehingga yang harusnya dia bekerja menjadi terhambat. “Di situ orang itu diubah dulu menjadi tidur rileks supaya dia mendapatkan deep sleep atau tidur dalam. Jadi, sebenarnya orang tidur kalau dibilang 6-8 jam itu betul. Tapi, kalau tidak mendapatkan deep sleepnya percuma. Jadi, mendingan orang tidur 2-3 jam tapi tidur dalam sehingga bisa rileks kalau bangaun. Sebab ada orang yang tidurnya panjang tapi kalau bangun itu tetap tidak rileks,” tuturnya.

Jika sudah bisa beradaptasi dengan alat terapi penunjangnya, seminggu berikutnya mulai diajarkan exercise di dalam alat itu. Kelebihan alat terapi penunjang ini adalah bahwa dia mampu untuk mengeluarkan zat-zat toksik dulu dari orang-oran obesitas, mampu mengeluarkan cairan, kemudian menurunkan massa lemak. “Alat ini pengeluaran kalorinya itu cukup banyak. Selama 30 menit itu dia bisa mengeluarkan sekitar 400-500 kalori,” ucapnya.

Setelah massa lemak turun, lalu dilihat peningkatan massa otot. Satu hal yang harus dipahami, katanya, pada orang obesitas itu juga tidak bisa dipaksa langsung berolahraga atau beraktifitas. “Karena, mereka sudah terlalu banyak massa lemaknya. Ototnya juga mungkin sudah berkurang. Jadi, harus dibentuk dulu selama satu bulan sampai dia kuat, baru kemudian kita ajarkan aktifitas fisik yang bisa dilakuan dengan alat di dalam kapsul atau dilakukan di rumah tanpa alat,” tegasnya.

Dia mengatakan klinik ini memiliki program 3 bulan. “Kita hanya bantu dengan support penunjang hanya 2 bulan. Di bulan terakhir harus mencoba tanpa alat penunjang tapi dengan menerapkan pola makan seimbang yang tinggi protein dan cara mengolahnya,” tukasnya.

Para pekerja yang bekerja di Klinik Pratama Sulhavita ini terdiri dari tenaga kesehatan seperti nurse dan dokter. “Pada 2 Desember klinik ini sudah berusia 3 tahun dan rencananya akan membukan cabang baru di Gading Serpong,” katanya. (cls)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan