SHNet, JAKARTA — Dalam menghadapi cepatnya perubahan lanskap media di era digital, akademisi, jurnalis, dan praktisi komunikasi FISIP Uhamka dan FIKOM Universitas Esa Unggul (UEU) berkumpul dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Komunikasi Adaptif dan Transformasi Progresif: Tantangan Evolusi Media dan Revitalisasi Jurnalisme di Era Digital” dengan tujuan merumuskan strategi adaptif bagi dunia jurnalisme agar tetap relevan dan berintegritas di tengah disrupsi teknologi informasi.
Acara ini diselenggarakan di Lantai 1 Gedung Kampus Uhamka Jl Limau, Rabu, 11 Juni 2025. Acara FGD dibuka Wakil Dekan 1 FISIP Uhamka Dr Farida Hayati SIp,M.Ikom, Ikut Hadir Wakil Dekan II Fisip Uhamka Dr Rifma Ghulam Dzaljad, M.Ag serta Wakil Dekan III,Dr Eko Digdoyo,S.Pd,M.Hum.
Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber kunci, di antaranya Muhammad Ruslan Ramli, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul(UEU), Drs Dani Vardiansyah,M.SI, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, Dr Ballian Siregar,S Sos, M.SI, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Indriani, ST, MSi, Dosen Fisip Uhamka, Taufan Haryadi, S.Sos, M.I.Kom.
Selain itu hadir nara sumber jurnalis alumni Uhamka Ummin Hadiyah Saleh,S.Sos. Bertindak selaku pemantik acara FGD tersebut, Dr Budi Nugraha,M.I.Kom, Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Jakarta.Com dan Dosen Fisip Uhamka.
Bertindak selaku Moderator, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fisip Uhamka, Andys Tiara,S.Ikom,M.IKom. Masing-masing memberikan pandangan kritis terkait bagaimana media dan jurnalis dituntut untuk berevolusi secara etis dan profesional dalam merespons dinamika digital. Sehingga perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu komunikasi tetap diminati.
“Media tak hanya harus cepat, tapi juga akurat dan bertanggung jawab. Adaptasi teknologi harus disertai dengan revitalisasi nilai-nilai jurnalisme,” ujar Taufan Haryadi dalam paparannya.
Para peserta FGD sepakat bahwa tantangan utama dalam evolusi media saat ini adalah memadukan kecepatan distribusi informasi dengan validitas dan kedalaman konten.
Selain itu, munculnya fenomena clickbait, algoritma media sosial, serta hoaks digital menjadi isu yang membutuhkan perhatian serius. Terungkap pula, bahwa jurusan Komunikasi dan Jurnalistik merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dinamis dan terus berkembang seiring dengan perubahan teknologi dan perilaku masyarakat.
Di era digital seperti sekarang, tantangan yang dihadapi oleh lulusan komunikasi dan jurnalistik semakin kompleks, mulai dari disinformasi, perubahan media konsumsi, hingga keharusan menguasai teknologi baru. Oleh karena itu, universitas yang memiliki program studi ini perlu terus menyesuaikan kurikulum agar tetap relevan dan diminati oleh calon mahasiswa.
Beberapa mata kuliah yang harus lebih intens diajarkan antara lain adalah Komunikasi/ Jurnalisme Digital sebab dengan migrasinya media ke platform daring, mahasiswa perlu dibekali kemampuan memproduksi konten untuk kanal digital, Produksi Konten Multimedia, Komunikasi Strategis dan Public Relations, Teknologi dan Inovasi Media yang antara lain meliputi penguasaan Artificial Intelligence dalam jurnalisme Analisis media sosial dan big data, Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) dalam storytelling. Serta Automasi konten dan jurnalisme robotik.
“Agar jurusan Komunikasi dan Jurnalistik tetap relevan dan diminati, perguruan tinggi harus responsif terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan industri. Kurikulum yang adaptif, kolaborasi dengan media dan praktisi, serta pemanfaatan teknologi akan menjadikan lulusan lebih siap menghadapi dunia kerja dan bahkan menciptakan peluang mereka sendiri, ” kata Dr Farida Hayati,saat membuka kegiatan
Dengan membekali mahasiswa tidak hanya dengan teori, tetapi juga keterampilan praktis dan digital yang kuat, jurusan ini akan terus menjadi pilihan menarik bagi generasi muda yang ingin menjadi bagian dari perubahan sosial melalui komunikasi dan media.
Di akhir diskusi peserta merumuskan beberapa rekomendasi penting, di antaranya penguatan literasi media di kalangan jurnalis dan masyarakat pengembangan model bisnis media yang berkelanjutan namun tetap menjunjung independensi redaksi,Peningkatan kolaborasi antara institusi pendidikan, media, dan platform digital untuk membentuk ekosistem informasi yang sehat.
FGD ini diharapkan menjadi langkah awal menuju transformasi progresif media Indonesia, sekaligus menjadi ruang refleksi bagi para insan pers dalam mengemban fungsi informatif, edukatif, dan kontrol sosial di tengah era digital yang terus bergerak cepat.
Wakil Dekan III Dr Eko Digdoyo,S.PD,M.Hu menambahkan jurnalisme sampai kapanpun tetap diperlukan, hanya diperlukan adaptasi berbasis teknologi informasi. Dalam hal penyusunan maupun perumusan kurikulum tetap memerlukan adaptasi pasar, sehingga para alumni memiliki kemampuan akademis dan praktis. (Non)