balitribune.co.id | Negara - Rangkaian pelaksanaan Karya Mamungkah Padudusan Agung Ngenteg Lingih Menawa Ratna, Tawur Labuh Gentuh di Pura Dang Kahyangan Prapat Agung hingga kini masih berlangsung. Seperti upakara penting yang telah dilaksanakan pada akhir pekan lalu diantaranya magpag pralingga Ida Bathara serta mulang pakelem di perairan Selat Bali.
Sebelum dituntun menuju Pura Dang Kahyangan Prapat Agung yang terletak di kawasan hutan Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), rangkaian prosesi diawali dengan mendak pralingga Siwa Budha, Melanting dan Pasupati dari Pamerajan Manuaba di Tampak Siring, Gianyar dan telah dilaksanakan prosesi pekoleman (diinapkan) di Pura Dang Kahyangan Mertasari, Desa Adat Lokasari, Kelurahan Loloan Timur, Jembrana.
Setelah semalaman di Pura Mertasari, pada Sabtu (12/10) pralingga dituntun menuju Pura Prapat Agung. Prosesi pemagpag pralingga dilaksanakan di pertigaan jalan depan pelingih pangayat segara. Iringan pralingga disambut penuh suka cita dengan diiringi watek wenara (pasukan kera) dipimpin Raja Hanoman yang dibawakan Sekha Wayang Wong Griya Penida Batuagung, serta penari widyadara- widyadari.
Selain tabuh gamelan baleganjur, puja dan suara genta para sulingih dan pamangku mengiringi pralingga diikuti ratusan pamedek pangayah. Pada prosesi magpag ini seluruh pamedek yang mengiringi pralingga berjalan kaki dari tempat pralingga tedun (turun). Sebelum memasuki utama mandala, juga dilaksanakan prosesi pecaruan dan tetabuhan, hingga pemelaspas pralingga di candi bentar madya mandala pura.
Prosesi pecaruan tersebut bertujuan agar seluruh piranti (perlengkapan) dan sarana yang digunakan bersih sehingga bebas dari segala unsur kotor yang dapat menganggu jalannya rangkaian karya dan mendapatkan anugerah. Setelah melalui prosesi peyucian, pralingga masuk melalui kori agung. Di utama mandala pralingga diarak murwa daksina dengan berkeliling tiga kali searah putaran jarum jam.
Prosesi murwa daksina diiringi tarian rejang dewa dan papendetan teratai putih. Setelah prosesi murwa daksina selesai, pralingga dinaikan ke bale papelik. Seluruh prosesi mulai pamerayas hingga pralingga dinaikan ke pepelik tersebut dipuput (dipimpin) oleh Padanda Siwa dari Griya Sukataman dan didamping para pamangku, para walaka serta prawartaka karya. Suasana sakral terasa selama rangkaian prosesi upacara.
Rangkaian karya juga diisi dengan upacara mulang pakelem di segara selat Bali, Gilimanuk. Sebelum prosesi mulang pakelem dijalankan, seluruh sarana yang digunakan seperti kerbau kebo yus merana (kerbau suci), sapi, anjing warna bang bungkem, kidang, menjangan, kera, luwak, hingga walungan suku dua seperti angsa, bebek dan ayam terlebih dulu disucikan melalui prosesi penyucian di madya mandala pura.
Seluruh wewalungan mapepada dan dipasangi kain sesuai warna urip hingga percikan tirta dan doa sebelum dijadikan persembahan. Pengelingsir Pangempon Pura Dang Khayangan Prapat Agung, Ida Bagus Susrama didampingi Prawartaka Karya Ida Bagus Santa menyatakan rangkaian prosesi upacara mapepada hingga mulang pakelem ini melibatkan umat/semeton dari Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana.
Ia menyebut rangkaian karya akan dilanjutkan dengan prosesi lainnya. “Wewalungan yang telah disucikan akan dihaturkan ke segara dalam rangkaian tawur labuh gentuh. Kedua rangkaian prosesi karya (magpag pralingga Ida Bathara dan mulang pakelem) dilaksanakan selama dua hari. Setelah mulang pakelem, rangkaian karya akan dilanjutkan dengan prosesi mapasar serta mendak siwi di Pura Melanting,” tandasnya.