Kolaborasi TBM Bukit Duri Bercerita dan Bersuara Projek, Sosialisasi Antiperundungan

2 weeks ago 25

SHNet, Jakarta-Perundungan atau bullying secara tidak sadar masih dilakukan sebagian masyarakat, mulai anak-anak, orang dewasa, dan juga orang tua. Padahal dampak dari tindakan perundungan akan jauh mempengaruhi masa depan mereka yang menjadi korbannya.

Karena itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bukit Duri Bercerita dan Komunitas Bersuara Projek melakukan langkah antisipasi sejak dini yakni sosialisasi tentang beragam tindakan perundungan dan bagaimana mencegahnya, kepada anak-anak yang biasa belajar dan bermain di TBM Bukit Duri Bercerita di kawasan Bukit Duri Tanjakan, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (27/09/2025).

Kepada anak-anak, Ketua Bersuara Projek, Eli Sulistyowati dan Pendiri TBM Bukit Duri Bercerita, Safrudiningsih, kompak menyatakan bahwa kita semua harus menghindari tindakan atau ucapan yang mengarah pada bentuk-bentuk perundungan.

Sosialisasi pencegahan perundungan dilakukan dengan gembira dan komunikatif sehingga anak-anak pun mampu menyebutkan sejumlah tindakan atau ucapan yang mengarah pada tindakan perundungan itu. Kemudian bahan tertulis sebanyak 3 halaman berwarna yang berisi hal-hal terkait perundungan dibagikan kepada anak-anak untuk dibaca. Selain itu sesi berikutnya dibuat semacam permainan dengan membuat kelompok, setiap kelompok diberi kertas karton dan selebaran yang harus ditempel dan diberi keterangan secara bebas.

Eli Sulistyowati yang didampingi rekannya, Elma menjelaskan 3 kata kunci perundungan   yakni relasi kuasa, sengaja, dan berulang. Lalu, Eli bertanya kepada anak, anak kenapa kita perlu kenal perudunganan? Karena lanjut Eli, “Kalau kita sudah kenal bentuk, faktor, dampak dan risiko, maka mempermudah kita untuk mencegah menjadi korban maupun pelaku, sekaligus mengetahui alur melaporkan kasus perundungan.”

Foto bersama usai sosialisasi tentang antiperundungan

Kemudian Eli juga menjelaskan bentuk perundungan yang sudah tertulis di kertas dan dipegang anak-anak yaitu perundungan secara verbal yang dilakukan dengan perantara tutur kata atau ucapan langsung kepada korban. Contohnya; mengejek, mengucapkan sumpah serapah, dan gosip. setelah itu anak-anak diminta menyebutkan contoh lainnya.

Dijelaskan juga bentuk perundungan fisik yakni perundungan yang dilakukan dengan perantara sentuhan fisik secara langsung yang menimbulkan rasa sakit kepada korban. Contoh; memukul, menendang, meludahi, menjambak, mencubit, dan lain-lain.

Kepada anak-anak TBM Bukit Duri Bercerita ini, Eli dan rekannya, Elma juga menjelaskan bentuk perundungan lainnya yakni perundungan sosial yang dilakukan dengan menunjukkan tindakan atau tingkah laku yang membuat korban tidak nyaman dan bisa menimbulkan kerugian materi. Contoh ; dijauhi, diperas, gestur tidak senang dan sebagainya.

Yang terakhir dan sangat diwanti-wanti adalah bentuk perundungan yang disebut cyber bullying. Bentuk perundungan ini dilakukan dengan perantara teknologi atau media sosial untuk menyebarkan pesan menyudutkan, menyindir, bahkan menyakiti korban.

Contoh cyber bullying antara lain, “gajah lagi selfie” lalu, “item gini ngapain diupload” ataupun “cantik banget, sejam berapa?”.

Salah satu kelompo yang anggotanya anak-anak perempuan

KTP dan Simulasi Antiperundungan

Sosialisasi antiperundungan mesti dibuat menyenangkan, karena audiennya anak-anak dan agar arti dan praktik antiperundungan bisa lebih dipahami. Dalam kegiatan ini, Eli membagikan lembaran kartu yang diberi nama KTP, singkatan dari “Kawan Tameng Perundungan”. Setiap anak diberikan kartu ini dan mengisi nama mereka, lalu ada kolom untuk menggambarkan sesuatu secara bebas. Gambar yang dibuat mencerminkan sikap anak-anak, dan sejumlah gambar yang ditunjukkan dijelaskan maknanya oleh Eli.

Sesi terakhir dari sosialisasi antiperundungan adalah membuat 5 kelompok dari semua peserta yang hadir sekitar 30-an anak. Setiap kelompok yang diberi kertas karton dan tulisan tentang perundungan, harus menempelkan dan menghubungan antara satu tulisan dengan tulisan lain yang berhubungan. Di samping itu anggota kelompok bebas menulis sesuatu dan menggambar ilustrasinya.

Lewat kerja kelompok ini, anak-anak disamping berfikir, juga dituntut kreatif . Untuk menilai kelompok mana yang terbaik, justru setiap kelompok merekomendasikan pilihan. Cara voting antar kelompok ini juga membuat keseruan tersendiri. Akhirnya terpilih dua kelompok terbaik dan dua kelompok ini mempresentasikan karyanya di depan anak-anak.

Kelompok lain yang kebetulan semua anggotanya laki-laki

Ketua Bersuara Projek, Eli Sulistyowati mengatakan sangat apresiasi atas keaktifan anak-anak TBM Bukit Duri Bercerita dalam mengikuti sosialisasi anti perundungan ini “Terima kasih anak-anak TBM Bukit Duri Bercerita, semoga lain kesempatan kita bisa melakukan kegiatan dengan tema lain yang bermanfaat ya,” ujar Eli.

Begitu juga Ketua dan pendiri TBM Bukit Duri Bercerita, Safrudiningsih yang biasa disapa Kak Ning-Nong oleh anak-anak, menyambut baik kolaborasi dengan Bersuara Projek ini sehingga anak-anak lebih memahami lagi apa dan bagaimana soal perundungan itu. Dan yang terpenting mereka tidak melakukan hal-hal yang masuk kategori bentuk perundungan. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan