
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Tak ada satu pun manusia yang hidup tanpa cela. Kita semua pernah keliru, salah langkah, atau membuat keputusan yang akhirnya kita sesali. Namun dari kesalahan-kesalahan itulah, manusia belajar tumbuh dan memahami kehidupan dengan cara yang tak diajarkan oleh sekolah atau buku pelajaran.
Dilansir dari greatmind, bagi sebagian orang, kesalahan adalah beban. Tapi bagi mereka yang mau menyelami lebih dalam, kesalahan justru adalah guru paling jujur yang pernah ada. Amanda Caesa dan Calvin Jeremy, dua musisi yang tidak hanya menyanyikan lagu tetapi juga merefleksikan hidup, berbagi pandangannya tentang makna kesalahan, kesempatan kedua, dan proses penyembuhan yang datang setelahnya.
Kesalahan Bukan Akhir Melainkan Awal
Menurut mereka, kesalahan sering kali muncul bukan karena niat buruk, melainkan karena ketidaktahuan. Dan dari ketidaktahuan itulah muncul ruang untuk belajar. Tidak semua orang tahu bagaimana bersikap, memilih, atau menghadapi dunia. Maka ketika seseorang salah langkah, yang ia butuhkan bukan hukuman, melainkan kesadaran.
“Lebih baik kita fokus memperbaiki, daripada terus mengutuk diri sendiri,” ujar Amanda. Ia percaya bahwa setiap kesalahan, sekecil apapun, membawa pesan yang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih sadar.
Memberi Maaf Adalah Tanda Kekuatan Batin
Calvin mengakui bahwa tidak semua kesalahan pantas ditanggapi dengan cara yang sama. Ada luka kecil yang bisa disembuhkan dengan pelukan. Tapi ada juga luka dalam yang membutuhkan waktu, ruang, bahkan batas.
Namun pada akhirnya, baik Amanda maupun Calvin sepakat bahwa memaafkan adalah langkah yang perlu diambil bukan demi orang lain, melainkan demi kebebasan diri sendiri. Memaafkan berarti membebaskan diri dari beban yang mungkin kita pikul tanpa sadar.
Kesempatan Kedua Adalah Hak yang Layak Diberikan
Saat kita berbuat salah, bukankah kita juga berharap orang lain memberi kita kesempatan untuk memperbaikinya? Maka logikanya sederhana, jika kita ingin dimengerti, kita pun harus bisa mengerti.
Kita tidak pernah tahu peran seseorang dalam hidup kita di masa depan. Bisa jadi orang yang hari ini kita kecewakan, esok hari menjadi penyelamat di titik terendah hidup kita. Memberi kesempatan kedua bukan soal kelemahan, melainkan soal keyakinan bahwa manusia bisa berubah.
Lagu sebagai Cermin Diri
Lagu Why Can’t We menjadi salah satu karya reflektif yang menyuarakan pertanyaan yang sering muncul setelah kesalahan terjadi. Kalimat sederhana seperti "Kenapa kita tidak bisa mencoba lagi?" atau "Kenapa saya tidak berubah?" menjadi doa kecil yang muncul dari hati yang sedang menyesal namun ingin membaik.
Lagu ini tak hanya menjadi pengingat akan rasa bersalah, tapi juga semangat untuk bangkit. Sebuah suara yang menyentuh hati saat kita sedang merasa paling jatuh, dan berkata bahwa semua orang pantas diberi kesempatan untuk tumbuh kembali.
Kesalahan Mengikis Kepercayaan Namun Bisa Disembuhkan
Amanda menganalogikan proses memperbaiki diri dengan sepotong kayu yang diamplas. Kesalahan adalah bagian dari proses penghalusan karakter. Kadang terasa sakit, namun hasilnya membuat kita menjadi pribadi yang lebih rata, lebih kuat, lebih siap untuk dipercaya lagi.
“Kepercayaan itu seperti kaca,” tambah Calvin. “Sekali retak, sulit untuk utuh kembali. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Semua tergantung pada seberapa besar usaha kita untuk memperbaikinya.(*)