balitribune.co.id | Mangupura - Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, menegaskan peran strategis Indonesia memiliki lebih dari 154 juta gamer dan 2.100 developer aktif. Dengan kontribusi hingga Rp71 triliun per tahun terhadap PDB, industri gim adalah energi baru ekonomi digital bangsa. "IGDX membuktikan bahwa kita bukan sekadar pasar, tetapi rumah inovasi game global," ujarnya saat gelaran IGDX Conference 2025 di Kuta, Badung, Sabtu (11/10).
Salah satu momen penting di konferensi ini adalah peluncuran resmi Indonesia Game Rating System (IGRS), sebuah sistem klasifikasi nasional yang menilai produk gim berdasarkan muatan konten dan kelompok usia 3+, 7+, 13+, 15+, dan 18+ sehingga penerbit dapat mengajukan klasifikasi dan memperoleh label resmi bagi gim mereka.
IGRS memiliki dua tujuan utama yakni melindungi ruang digital Indonesia terutama anak-anak dan generasi muda dengan menyediakan informasi usia dan muatan konten yang jelas. Selain itu memberikan kepastian regulasi serta pedoman konten yang memungkinkan pengembang dan penerbit berkreasi dan berinovasi secara bertanggung jawab.
Lebih dari sekadar kebijakan protektif, IGRS berperan sebagai instrumen strategis untuk pengembangan bisnis industri gim nasional. Dengan kepastian regulasi, pedoman konten yang transparan, dan label rating yang meningkatkan kepercayaan konsumen serta orang tua, IGRS membuka akses pasar domestik yang lebih luas, memperkuat daya saing gim lokal di tengah produk asing, dan mempermudah kerja sama komersial dengan platform distribusi global, investor, dan mitra bisnis.
Implementasi standar ini mendukung profesionalisasi ekosistem usaha, mempercepat monetisasi, dan menurunkan hambatan hukum serta operasional bagi penerbit. Sehingga sekaligus melindungi pengguna dan menumbuhkan lingkungan yang sehat, aman, dan kondusif bagi kreativitas serta pertumbuhan industri gim nasional.
IGDX Conference 2025 juga menjadi ajang penghargaan bergengsi, termasuk Indonesia Game Awards yang diberikan kepada gim-gim terbaik karya anak bangsa. Ajang ini memperlihatkan bahwa kreativitas Indonesia mampu bersaing di panggung internasional. Presiden Asosiasi Game Indonesia, Shafiq Husein, menyampaikan IGDX Business 2025 menunjukkan bagaimana kolaborasi antara pemerintah dan komunitas industri dapat menciptakan dampak nyata bagi ekosistem gim Indonesia.
"Di sini, para pengembang lokal tidak hanya bertemu dengan mitra global, tetapi juga memperoleh kepercayaan diri untuk memposisikan diri sebagai pemain utama di pasar internasional. Melalui inisiatif seperti IGDX dan IGRS, kita ingin memastikan bahwa ekosistem gim Indonesia tidak hanya tumbuh, tapi juga berkelanjutan dan berdaya saing secara global," jelasnya.
Dengan terselenggaranya IGDX Conference 2025, Indonesia semakin meneguhkan diri sebagai pusat kreativitas digital Asia Tenggara. Dari Bali, pesan kolaborasi ini dikirimkan ke seluruh dunia, dimana gim lokal, masa depan global. IGDX Conference 2025 menghadirkan lebih dari 4.000 kunjungan selama 3 hari dari kalangan developer, publisher, investor, akademisi, pemerintah, hingga komunitas kreatif. Dengan tema “Accelerating Southeast Asia’s Creative Power”, konferensi ini menjadi ajang strategis yang mempertemukan pelaku industri gim nasional dan internasional untuk membahas tren, peluang, serta strategi masa depan industri gim dunia.