DPP IMM LHKI PP Muhammadiyah Didukung OIC Youth Indonesia Gelar “Youth Diplomacy Forum”

2 weeks ago 27

Jakarta-Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bekerja sama dengan OIC Youth Indonesia menyelenggarakan kegiatan pelatihan dasar diplomasi bagi kader-kader mereka, diberi label “Youth Diplomacy Forum” berlangsung di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta pada 26-28 September 2025, dihadiri oleh 75 peserta pelatihan, Peserta tersebut hadir dari berbagai universtitas baik dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) dan Kader IMM Seluruh Indonesia.

Forum Diplomasi yang dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta tersebut menurut Ketua Panitia Penyelenggara, Muhammad Mizan Al Araaf, mengatakan bahwa Agenda Youth Diplomacy Forum diikuti oleh 75 mahasiswa dan kader IMM dari berbagai kota dengan pemateri dari beragam kalangan, baik pejabat Kemlu, akademisi maupun praktisi diplomasi publik multi- jalur, yang akan memberi materi tentang diplomasi khususnya diplomasi publik. Harapan dalam Program ini bisa meningkatkan literasi dan memperluas isu Internasional dan meningkatkan skill diplomasi kepada seluruh anak muda di Indonesia.

Lebih lanjut Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri DPP IMM, Fadhil Mahdi, menyampaikan bahwa penyelenggaraan kegiatan tersebut didorong oleh cepatnya perubahan global yang terjadi dewasa ini, yang harus dapat diantisipasi dengan tepat dan cerdas oleh para kader IMM. Oleh karena itu tema yang dipilih adalah “Diplomat Muhammadiyah Sebagai Katalis Perubahan Global” dan materi pelatihannya dirancang lebih banyak mengenai strategi dan pendekatan diplomasi politik, ekonomi, sosial dan budaya, maupun kemanusiaan global agar para kader Muhammadiyah, para anggota IMM sebagai calon pemimpin masa depan akan mampu menyongsong masa depan yang penuh tantangan dan perubahan tersebut.

Disampaikan pula bahwa DPP IMM sangat bangga karena kegiatan perdana ini dibuka oleh Wamenlu Anis Matta, tidak hanya karena beliau juga merupakan kader Muhamamdiyah, tetapi juga karena perkembangan situasi diplomasi internasional dewasa ini didominasi oleh isu perdamiaan di Timur Tengah yang merupakan kompetensi Wamenlu Anis Matta.

Sementara itu Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Imam Adaruqutni mengawali sambutannya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Wamenlu Anis Matta yang berkenan membuka dan memberi pembekalan kepada para kader Muhamamdiyah. Hal ini meneguhkan harapan bahwa masa depan diplomasi Indonesia akan sangat ditentukan oleh peran generasi muda. Disampaikannya pula bahwa diplomasi itu bukan hanya urusan meja perundingan, tapi juga seni bernegosiasi, memahami orang lain, dan mencari titik temu. LHKI sangat bangga dan mendukung inisiatif DPP IMM menyelenggarakan kegiatan pelatihan ini yang lahir dari kesadaran bahwa dunia kita kian terhubung sekaligus rentan— terhubung oleh teknologi, tetapi rapuh oleh ketidakadilan global, krisis iklim, konflik kemanusiaan, dan ketimpangan ekonomi. Dalam konteks inilah, Muhammadiyah melalui LHKI dan DPP IMM

menghadirkan gagasan “Muhammadiyah Diplomats as Catalysts of Global Change”—bahwakader muda bukan sekadar penerus, tetapi pencipta arah baru diplomasi berbasis nilai. Sebagaimana diingatkan Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed, “dehumanization is not a destiny but the result of unjust order.” Dehumanisasi bukan takdir, melainkan produk ketidakadilan. Diplomasi kita karenanya tidak boleh hanya melayani kepentingan negara, tetapiharus menjadipraktik conscientization

—kesadaran kritis— untuk mengubah tatanan dunia yang menindas. Untuk itu, LHKI mendukung Youth Diplomacy Forum ini menghadirkan pelatihan diplomasi, dari soft diplomacy, diplomasi kemanusiaan, hingga simulasi sidang Organisasi Kerja Sama Islam (Organization of Islamic Conference/OIC) dan sidang multilateral lainnya. Namun novelty terbesar bukan hanya pada kurikulum, melainkan pada spirit yang kita bawa: membangun diplomasi nilai, bukan sekadar diplomasi kepentingan.

Tokoh studi perdamaian Johan Galtung mengingatkan bahwa “peace is not merely the absence of violence, but the presence of justice”. Kedamaian sejati bukan hanya ditandai oleh ketiadaan konflik, melainkan hadirnya keadilan. Prinsip ini selaras dengan Islam Berkemajuan, yang mengajarkan amarma’ruf nahi munkar sebagai panggilan untuk menegakkan keadilan global. Di sisi lain, psikologi dekolonial seperti dikembangkan oleh Ignacio Martín-Baró menantang kita untuk tidak sekadar mengulang pola dominasi, tetapi membebaskan masyarakat dari “struktur kekerasan” yang diwariskan kolonialisme dan kapitalisme liberal. Dengan kata lain, diplomasi pemuda Muhammadiyah harus menjadi praktik dekolonisasi hubungan internasional —menolak hegemoni, membangun solidaritas, dan menciptakan ruang dialog yang setara.

Peran internasional pemuda bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan. Grace Lee Boggs, seorang aktivis feminis dan pemikir gerakan sosial di Amerika Serikat, menegaskan bahwa “We must transform ourselves to transform the world.” Perubahan dunia dimulai dari keberanian kita untuk mentransformasikan diri. Melalui Youth Diplomacy Forum ini, kita berharap lahir task force pemuda Islam global yang mampu memimpin proyek kemanusiaan lintas negara, membangun jejaring ekonomi berbasis kewirausahaan muda, dan menciptakan peta jalan kerja sama internasional yang berkeadilan. Darikampus-kampus Muhammadiyahhingga panggung dunia, pemuda kita siap memprakarsai diplomasi kemanusiaan yang moderat, progresif, dan membebaskan.

Pada akhir sambutan diingatkan agar para kader Muhammadiyah senantiasa ingat bahwa Islam Berkemajuan dan Wasathiyah Islam —jalan tengah yang penuh keseimbangan— merupakan brand diplomasi Indonesia, yang menegakkan keadilan sekaligus merangkul keberagaman. Dari forum ini, kita kirimkan pesan kepada dunia bahwa “Kaum muda Muhammadiyah siap menjadi katalis perubahan global—membangun diplomasi yang berkeadilan, berkemajuan, dan memanusiakan kemanusiaan”.

Mewakili Pimpinan OIC Youth International yang berkedudukan di Ankara, Turkiye, Mr. Yunus Sonmez mengawali sambutannya dengan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada PP Muhammadiyah – LHKI atas dukungannnya terhadap kegiatan ini, menindaklanjuti kesepakatan kerja sama antara OIC Youth International dengan PP Muhammadiyah – LHKI dalam meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai praktik diplomasi model OIC.

Kegiatan pelatihan diplomasi bagi kalangan muda dinilai sangat tepat dan strategis mengingat dewasa ini suara kalangan muda tidak dapat diabaikan dan mewakili aspirasi masa depan. Peningkatan semangat solidaritas kemanusiaan global untuk perdamaian, keadilan dan kemanusiaan yang muncul di hampir semua sudut dunia, diinisiasi, digerakan dan dilakukan oleh kalangan muda. Berkat teknologi komunikasi, gerakan mereka dengan cepat menular dari satu negara ke negara lain karena dituntun oleh semangat solidaritas kemanusiaan yang sifatnya universal.

Menutup sambutannya, dinyatakan bahwa pihak OIC Youth Internasional sangat bersemangat untuk berpartisipasi dalam mengisi kegiatan Forum ini dengan memberi pelatihan praktik diplomasi persidangan OIC yang berpedoman pada prinsip-prinsip diplomasi Islam wasatiyah yakni menjunjung tinggi perdamaian, dialog, kerja sama, dan saling menghormati.

Wamenlu Anis Matta yang menyampaikan Sambutan Kunci mengawali sambutannya dengan menyatakan bahwa dirinya dulu waktu masih pemuda merupakan Ketua DPP IPM Makassar, anak buah Prof. Haedar Nasir yang Ketua Umum DPP IPM. Menyinggung tentang Muhammadiyah, dinyatakan bahwa lahirnya Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari pergulatan pembaharuan pemikiran Islam dunia pada awal abad 20, yang dipengaruhi oleh kebangkitan Pan-Islamisme dan Moderisme Islam.

Gerakan pembaruan yang dipelopori oleh tokoh seperti Jamaluddin al- Afghani, Muhammad Abduh, dan Rashid Rida, telah mendorong umat Islam untuk kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah, menolak takhayul-bid’ah-khurafat, serta mengadopsi ilmu pengetahuan modern. Kemunduran Kekhalifahan Ottoman (Utsmaniyyah) pada tahun 1912, disebabkan oleh situasi pada saat itu dimana Kekaisaran Ottoman sedang melemah sebagai akibat dari kekalahannya dalam perang dengan Italia (1911-1912) dan Perang Balkan (1912-1913). Narasi ‘Kejayaan Islam’ yang merosot menjadi pemicu kegelisahan umat di berbagai wilayah, termasuk umat Islam di Indonesia.

Wamenlu Anis Matta, kedua dari kiri, berbincang dengan pimpinan Muhammadiyah, usai membuka Forum Diplomasi yang diikuti oleh 75 mahasiswa dan kader IMM dari berbagai kota

Tingkatkan Kapasitas Diplomasi Kaum Muda

Kemlu menyambut baik kegiatan Forum ini, untuk meningkatkan kapasitas diplomasi kalangan muda, para kader Muhammadiyah yang merupakan aktor potensial dalam kegiatan diplomasi publik. Tema yang dipilih “Diplomat Muhammadiyah Sebagai Katalis Perubahan Global” sangat menantang karena membutuhkan kesiapan prima para kader Muhammadiyah agar dapat tetap eksis dan terus berperan di tengah perubahan global yang terus bergulir.

Menyinggung mengenai kehadiran Presiden RI pada Sidang Majelis Umum PBB 23 September 2025, dinyatakan bahwa PBB merupakan panggung bagi para kepala negara. Oleh karena itu hadir dan menyampaikan pidato di forum besar tersebut sangat penting. Kita melihat bahwa tampilnya Presiden RI dan isi pidatonya menjadi perbincangan. Semua ini terjadi karena Sidang Majelis Umum PBB berlangsung dalam situasi dimana PBB sedang mengalami perubahan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Ketika PBB dibentuk 80 tahun yang lalu, dunia sedang memasuki siklus kegelapan paska Perang Dunia ke-2 ketika dunia porak poranda. Siklus tersebut kemudian berkembang memasuki siklus baru, harapan baru yang ditandai oleh dekolonisasi di era tahun 60-an dimana hampir semua sudut dunia yang tadinya gelap oleh penjajahan, memancar sinar harapan hidup baru paska kolonialisme.

Tetapi kemudian perkembangan tersebut harus diikuti oleh siklus berikutnya era 80-an, dimana dunia memasuki lorong yang gelap, muncul banyak konflik regional di hampir semua belahan dunia akibat dari Perang Dingin. Namun setelah 20 tahun, dan sekarang PBB telah berusia 80 tahun, harus mengawal perkembangan dunia yang memasuki siklus baru, yakni berubahnya gerakan perlawanan menjadi kemerdekaan. Perlawanan bangsa Palestina terhadap penjajahnya telah berubah menjadi trend kemerdekaan. Ini menandai munculnya siklus baru dunia, dunia yang bergerak meninggalkan lorong gelap menyongsong sinar kemerdekaan.

Oleh karena itu Pidato Presiden RI di SMU PBB kemarin disambut positif oleh banyak pihak karena mendorong akselerasi perkembangan dunia, merubah gerakan perlawanan menjadi trend kemerdekaan. Perubahan ini akan terus bergulir dan mendorong perubahan tatanan dunia. Namun, sebagaimana kita belajar dari sejarah, bahwa proses naik – turunnya suatu peristiwa merupakan dinamika dan hasilnya juga tampak dalam perkembangan peradaban suatu bangsa. Perubahan dunia yang berdasarkan siklus berlangsung antara 20-40 tahun tersebut dialami oleh semua bangsa yang menghadapi tantangan yang sama yakni bagaimana merespon perubahan dunia.

Menurut Wamenlu Anis Matta, berdasarkan sejarah peradaban dunia 500 tahun terakhir, semua itu tergantung pada cara bangsa itu merespon perubahan yang datang. Kemampuan merespon perubahan setiap bangsa merupakan tantangan tersendiri. Untuk itu kita dipaksa harus mengerti arah perkembangan dunia, akan kemana arah perubahannya. Oleh karenanya kita harus belajar banyak hal agar dapat merespon dengan tepat perubahan yang kita hadapi.

Menutup sambutannya, diingatkan bahwa kita sekarang memasuki satu periode dimana tatanan dunia berubah dan perubahan ini lahir di tengah pergulatan pemikiran, teknologi, politik, perang. Tantangan yang dihadapi semua bangsa antara lain adalah kemampuan meyakinkan pihak lain tentang kita. Memang lebih mudah meyakinkan orang lain manakala kita kuat di semua aspek. Namun karena kita belum kuat di semua aspek maka kita harus belajar berdiplomasi. Pelajaran yang paling penting dari diplomasi adalah bagaimana meyakinkan pihak lain agar memahami, mendukung dan mengikuti arah pemikiran kita. Diplomasi membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik agar dapat meyakinkan pihak lain untuk mendukung arah yang kita maui. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan