
KENDARIPOS.CO.ID-Film dokumenter berjudul "Locked Voice", hasil kolaborasi antara Koreksi.org dan Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB), menjadi pemantik diskusi publik mengenai pelanggaran kebebasan berserikat yang masih marak terjadi di Indonesia.
Kegiatan nonton bareng dan diskusi film ini, diselenggarakan serentak di berbagai kota di dalam dan luar negeri sepanjang September hingga Oktober 2025.
Diskusi publik di Kendari menghadirkan dua pemantik utama, yaitu Ketua Serikat Pekerja Kampus (SPK) Sultra, Syarifuddin, dan Ketua LBH HAMI Sultra, Andri Darmawan.

Keduanya menyoroti bagaimana represi terhadap kebebasan berserikat terus terjadi. Bahkan di lingkungan kampus yang seharusnya menjadi ruang bebas berpikir dan berekspresi.
“Penindasan terhadap kebebasan berserikat ini, seperti lagu lama yang terus diputar ulang. Dulu menimpa organisasi seperti HTI dan FPI, sekarang merambah ke serikat pekerja media dan kampus,” ujar Syarifuddin dalam diskusi yang digelar di Degan Coffee dan Studio, Kendari, pada 10 Oktober 2025 lalu.

Film Locked Voice menyoroti berbagai bentuk pelanggaran terhadap hak berserikat. Mulai dari pembubaran organisasi, kriminalisasi pengurus serikat, hingga penghalangan administratif terhadap pendirian serikat.
Berdasarkan data KKB, pada periode 2019 hingga 2020 terjadi 153 peristiwa pelanggaran kebebasan berserikat yang melibatkan lebih dari 56 ribu korban.
Kasus-kasus terbaru pun turut disorot dalam film ini, seperti Solidaritas Pekerja CNN Indonesia (SPCI) yang mendapat intimidasi setelah membentuk serikat pekerja, serta Serikat Pekerja Kampus (SPK) yang dihambat secara administratif di berbagai perguruan tinggi.