Pameran Dialog Peradaban Tahun 2025 “Dialog Peradaban antara Gus Dur-Daisaku Ikeda”

2 days ago 13

SHNet, Jakarta-Bermula dari sebuah pertemuan di Jepang tahun 2002, dialog antara Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Daisaku Ikeda terus berlanjut. Sewaktu menerima gelar kehormatan doktor honoris causa dari Universitas Soka Jepang, Gus Dur sudah mengetahui bahwa Daisaku Ikeda gemar melakukan dialog dengan para tokoh perdamaian di dunia, seperti Nelson Mandela, Mikhael Gorbachev, dan sejarawan Arnold Toynbee. Biasanya hasil dialog itu dikumpulkan dalam sebuah buku.

Dialog melalui korespondensi antara Gus Dur dan Daisaku Ikeda, sepanjang tahun 2009 diterbitkan sebagai sisipan dalam majalah Ushio yang terbit di Jepang sebanyak 400.000 ribu eksemplar. Penerbitan itu kemudian memicu lahirnya buku bertajuk Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian. Sampai kini buku monumental itu telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia, Jepang, Melayu, Arab, Perancis, Inggris, Tiongkok, dan Portugis.

Putri bungsu Gus Dur, Inaya Wahid, Jumat (17/10/2025) di Depok, Jawa Barat, mengatakan hari ini meskipun buku karya para intelektual sudah tersebar luas, namun tetap membutuhkan penerjemahan yang lebih memikat.

“Makanya muncul gagasan untuk mengadakan pameran disertai dengan seminar-seminar tentang toleransi dan perdamaian,” ujar Inaya, di Makara Art Center Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Pameran dan seminar ini, tambahnya, dibutuhkan oleh mendekati publik kekinian agar setidaknya makin dekat dengan isu-isu toleransi dan perdamaian.

Akhirnya, pameran dan seminar pertama telah dilakukan, 1-7 Oktober 2025 di Mesjid Istiqlal Jakarta. Pembukaan sebagai tanda bergulirnya kampanye toleransi dan perdamaian melalui buku dan turunannya dikukan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, Rabu (1/10/2025) di Mesjid Istiqlal Jakarta.

Pameran dan seminar itu melibatkan komunitas dan organisasi keagamaan seperti Yayasan Bani Abdurrahman Wahid (Islam), Soka Gakkai Indonesia (Budha), dan Purnomo Yusgiantoro Center (Katolik). Usai pembukaan pameran dan seminar dilakukan prosesi melintas Terowongan Silaturahmi dari Mesjid Istiqlal menuju Gereja Katedral Jakarta sebagai simbol dari kehidupan tolerensi di Indonesia.

Ketua Panitia Pameran Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian Inaya Wahid sedang memberi laporan saat pembukaan, Rabu (1/10/2025) di Mesjid Istiqlal Jakarta

Pameran di Universitas Indonesia

Menurut Inaya yang bertindak sebagai Ketua Panitia perayaan Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian, pameran dan seminar akan dilakukan di tiga lokasi. Pertama sudah dilakukan di Mesjid Istiqlal, kedua antara tanggal 13-23 Oktober 2025 di Makara Art Center

Universitas Indonesia, dan ketiga 25 Oktober – 4 Desember 2025 di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia, Jakarta.

“Pameran dan seminar keliling ini penting untuk terus menggemakan semangat toleransi dan perdamaian dari dua tokoh ini, Gus Dur dan Daisaku Ikeda. Dalam prakteknya kedua orang ini, tak pernah lelah menyuarakan toleransi dan perdamaian,” kata Inaya.

Dalam pameran antara lain diketengahkan perjalanan Gus Dur dan Daisaku Ikeda, baik sebagai bagian dari komunitas agama masing-masing, maupun pribadi-pribadi yang terus-menerus menyuarakan toleransi dan perdamaian. Sejak usia masih muda Daisaku Ikeda dikenal selalu mengikuti karakter mulia guru kehidupannya Josei Toda, yang menentang imprealisme Jepang.

Daisaku Ikeda menjadi lebih dikenal setelah mendukung pelucutan senjata nuklir dan menjabat sebagai presiden ketiga Soka Gakkai.

Sementara Gus Dur, sejak muda juga dikenal sebagai tokoh toleransi dan pelopor perdamaian. Bahkan kemudian memimpin organisasi keagamaan terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama atau NU. Ketika menjabat sebagai Presiden RI ke-4, (1999-2001), Gus Dur mengembalikan

hak para pemeluk Khonghucu untuk merayakan hari raya serta menjalankan tradisinya di Indonesia.“Jadi dalam pameran itu ditampilkan kutipan-kutipan kalimat penting dari kedua tokoh, jugaanimasi yang menceritakan perjuangan mereka, dan buku-buku. Sedang dalam seminar dibahas isu-isu toleransi dan perdamaian dunia, kreativitas, dan pelayanan publik oleh penyelenggara negara,” kata Inaya.

Dalam sesi-sesi seminar di Universitas Indonesia, pada Senin (20/10/2025) dalam tema “Menguatkan Kreativitas Menciptakan Perdamaian” akan tampil Leony Vitria Hartanti (pemerana dan penyanyi), Chitra Subyakto (desainer), David Tarigan (produser musik). Sementara dalam tema “Aksi Nyata: dari Dialog ke Kolaborasi”, pada Selasa (21/10/2025) akan tampil Kang Dedi Mulyadi (Gubernur Jawa Barat), Dave Laksono (anggota DPR RI), dan Okky Madasari (penulis dan founder Omong-omong.com).

Pembicara-pembicara lainnya seperti Restu Gunawan (Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan), Melanie Budianta (Guru Besar Universitas Indonesia), akan berbicara pada hari-hari berikutnya.

Prinsipnya, kata Inaya, acara Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian akan terus menggemakan seruan dan tindakan-tindakan toleransi dan perdamaian di tengah kegalauan dunia. Apa yang digagas, diucapkan, ditulis, dan dipraktekkan oleh Gus Dur dan Daisaku Ikeda, terasa menemukan konteksnya hari ini, saat belahan dunia sedang dilanda isu perang dan genosida. (sur)

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan