SHNet, Jakarta- Guru Besar Universitas Harvard, AS, Prof. Cloude Broderlein menekankan bahwa Artificial Intellegence atau AI menawarkan peluang luar biasa dalam pendidikan. AI dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pelajar/mahasiswa, bukan menggantikan peran mereka.
“Pelajar .mahasiswa perlu memahami bagaimana AI bekerja, termasuk perbedaan antara model deterministik dan probabilistik. AI harus memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikan pengalaman manusia,”ujar Prof Cloude ketika memberikan paparan berjudul ‘Artificial Intellegence in the Classrrom’ melalui zoom kepada civitas akademika Institute Media Digital Emtek (IMDE) yang dipandu Rektor IMDE, Totok A. Soefijanto, Ed.D, di Senayan City, Jakarta, Rabu (19/02/2025).
Paparan Prof Cloude ini bukan saja menarik tapi memberikan stimulant untuk lebih menggunakan AI untuk proses perkuliahan dan juga kegiatan lain yang bermanfaat. Karena acara ini terbuka, banyak kalangan di perusahaan grup EMTEK yang ikut bergabung, dan juga masyarakat umum. Karena itu saat sesi tanya jawab, banyak peserta yang ingin mengetahui lebih dalam soal ini mengajukan sejumlah pertanyaan.
Bahkan Pimpinan EMTEK Grup, tepatnya Anggota Komite Nominasi dan Remunerasi Perseroan, Susanto Suwarto ikut hadir langsung di Senayan City dan ikut memberikan pertanyaan dan pandangannya tentang AI. Menurutnya, AI sebagai produk teknologi canggih memberikan peluang kemudahan bagi banyak sektor, termasuk pendidikan dan bisnis. Karena itu penguasaan AI untuk berbagai kepentingan yang positif diperlukan, disamping perlu memahami tantangan dan risikonya.
Lebih lanjut dikemukakan Prof. Cloude, penerapan praktis AI dalam komunikasi dan media dapat membantu kolaborasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.Dia juga menekankan penting sekali untuk mempersiapkan pelajar/mahasiswa agar mampu menggunakan AI untuk meningkatkan kemampuan mereka. Membangun literasi AI pada pelajar/mahasiswa, termasuk pemahaman tentang cara kerja AI, kekurangan, dan risikonya.

Manusia Tetap Terunggul
Yang perlu diingat tandas Prof Cloude, apapun perkembangan teknologi canggih termasuk AI, manusia tetap yang paling hebat.untuk konteks AI katanya, AI dilatih berdasarkan data masa lalu, sehingga tidak mampu memprediksi masa depan secara akurat. Kemampuan berpikir manusia, khususnya kreativitas dan pemikiran lintas bidang, masih melebihi AI. Meskipun AI di bidang pendidikan akan semakin terintegrasi dalam 10 tahun ke depan, kemampuan berpikir kritis dan kreativitas manusia tetap penting. Perlu penjelasan lebih lanjut tentang deterministik dan probabilitas dalam konteks penggunaan AI di kelas, agar pelajar/mahasiswa dapat berpikir lebih luas dan tidak hanya melihat satu sisi.
“AI tidak memiliki emosi, empati, atau pengalaman manusia; kreativitas dan inovasi tetap menjadi ranah manusia. Pendidikan harus memfokuskan pada pengembangan imajinasi dan pengalaman manusia, bukan hanya penguasaan AI,” tegas Prof Cloude.
Diingatkan lagi oleh Prof Cloude pentingnya menjelaskan ke pelajar/mahasiswa mahasiswa untuk menggunakan AI secara adil, efektif, dan bertanggung jawab. Penting untuk memahami dan mengelola bias dalam AI secara konstruktif, serta memperhatikan transparansi dalam penggunaannya.
“Risiko terkait AI meliputi overconfidence, ketergantungan berlebihan, bias budaya, dan data yang tidak lengkap. Penggunaan AI untuk mengerjakan tugas akademik tanpa pemahaman yang mendalam berisiko dan dapat dideteksi. Penting untuk memastikan aksesibilitas AI dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, dan mempertimbangkan bias budaya Indonesia dalam data,” papar Prof Cloude.
Dalam kaitan ini, Prof Cloude mengusulkan sistem pendidikan di Indonesia perlu bergeser dari pengajaran keahlian teknis ke pengembangan kemampuan manusia seperti kreativitas, berpikir kritis, dan manajemen stres yang tidak dapat dilakukan AI. Prof. Cloude, yang skeptis terhadap AI super canggih, menekankan perlunya mengatasi tantangan saat ini, seperti perubahan iklim, daripada berspekulasi tentang masa depan AI yang jauh.
Sementara itu, Rektor IMDE, Totok A. Soefijanto, Ed.D mengatakan, AI sudah menjadi bagian dari hidup kita saat ini. Tidak bisa diabaikan, apalagi ditolak. Oleh sebab itu, para pendidik harus mampu mendidik dengan kehadiran AI tersebut, baik di dalam maupun di luar kelas.
“Jangan melarang penggunaan AI di kalangan mahasiswa. Ijinkan dan bahkan dorong agar piawai menggunakannya, dan terus mencari tahu kelemahan AI tersebut. Jangan juga menjadi tergantung pada AI, karena ketergantungan ini menurut Prof. Claude dapat mengikis kemampuan kita dalam berfikir kritis dan kreatif,”ujar Totok.
Lebih lanjut dikemukakan Totok, fenomena AI juga membuat kita lebih sadar akan kelebihan manusia dalam menghadapi masa depan. Hikmah yang lain adalah kita perlu mendesain ulang kurikulum dan silabus agar mendidik anak-anak kita berfikir kritis dan kreatif, mampu berkolaborasi dan berekspresi secara humanis — itulah kemampuan yang tidak dimiliki AI. (sur)