Anugerah Kebudayaan Indonesia Kemendikbud2024

1 week ago 6

“Nyang model begituan nyang dikasih?

Kagak ade orang laen nyang bagusan ape?”

SHNet, Jakarta-Bertempat di Museum Seni dan Keramik yang berseberangan dengan Museum Sejarah Jakarta atau bernama lain Museum Fatahillah, Jakarta Kota, pada Senin, 4 November 2024, digelar acara proses verifikasi lapangan terkait Anugerah Kebudayaan Indonesia Kemendikbudrikti 2024. Acara dibuka secara meriah dengan hiburan khas Betawi: Palang Pintu dan tari Selamat Datang.

Pada acara ini, Iwan Henry Wardhana selaku  Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, memaparkan visi-misi dan upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pemajuan kebudayaan di wilayah DKI Jakarta. Hadir dalam acara ini tiga orang dari tim penilai: Prof. Dr. Siti Zuhro, Dr. Soni Sumarsono, Mukhlis Paeni, selain tentunya unsur pemerintah yang diwakili Bappeda dan Biro Dikmental, serta Lembaga Kesenian Betawi.

Menarik dicermati latar belakang tiga anggota tim penilai:

Pertama, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA. Seorang peneliti senior di Pusat Penelitian Politik LIPI dan peneliti utama Bidang Politik BRIN. Sorotannya pada isu-isu seputar desentralisasi, reformasi birokrasi, otonomi daerah, demokrasi lokal dan politik nasional seputar pemilu dan pilkada.

Kedua, Dr. Soni Sumarsono, M.D.M. Seorang pejabat Eselon I di Kemdagri sebagai Dirjen Otonomi Daerah. Pada 26 Oktober 2016 ia menjabat sebagai PlT Gubernur DKI Jakarta terkait pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Ketiga, Mukhlis Paeni. Lelaki asal Rappang, Sulawesi Selatan ini, mungkin satu-satunya orang dalam tim penilai Anugerah Kebudayaan Indonesia Kemendikbudrikti 2024 yang faham kebudayaan. Ia merupakan anggota tim ahli bidang Kebudayaan untuk urusan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016 dan Sarjana Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM, Doktor dalam Antropologi Sosial, ketua Lembaga Sensor Film 2009 – 2012, dosen Pasca Sarjana di Program Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia, dan Ketua Badan Pekerja Kongres Kebudayaan Indonesia.

Anugerah Kebudayaan Indonesia Kemendikbudrikti 2024 adalah ajang bergengsi yang tidak hanya mempertaruhkan kredibilitas para anggota tim penilai, namun juga nama-nama yang masuk nominasi dan keluar sebagai penerima anugerah. Ajang ini harus berbeda dengan ajang-ajang serupa di wilayah DKI Jakarta yang terkadang mendasarkan pemberian anugerah karena kedekatan personal (termasuk pemberian jabatan pada sebuah lembaga). Sementara orang-orang yang tidak memiliki kedekatan personal atau berada di pihak yang berseberangan, dengan serta-merta dicoret dalam tahap seleksi bahkan sama sekali tidak masuk proses seleksi.

Sudah harus dihentikan cara-cara kotor seperti ini. Karena pemberian anugerah pada orang yang jalan karirnya baru sejengkal dan karyanya tidak punya kekuatan dan kekhasan, meski pasti menimbulkan kebanggaan bagi sang penerima dan orang-orang terdekatnya, namun di sisi lain menimbulkan pertanyaan dari kalangan yang berbeda etnis atau wilayah tinggal: “Apa tidak ada orang lain yang lebih layak?” Dalam bahasa Betawi: “Nyang model begituan nyang dikasih? Kagak ade orang laen nyang bagusan ape?”

Dasar pertemanan ini tidak berlaku dalam pemuatan tulisan di Stamboel: Journal of Betawi Socio-Cultural Studies yang terbit per tiga bulan sejak Januari 2021. Tulisan dapat dinyatakan lolos bila memenuhi syarat secara isi, bukan atas dasar lainnya.

Siapapun nama yang nantinya mendapat Anugerah Kebudayaan Indonesia Kemendikbudrikti 2024, semoga lahir dari penjurian yang fair, meski dua dari tiga juri bukanlah orang yang memiliki latar faham kebudayaan. Hal ini tentunya dimulai dari para nominator yang masuk dari seleksi, semoga pula datang dari proses yang fair. Mungkin nantinya sang penerima bukan yang terhebat, namun jangan pula masuk dan keluar hanya karena dasar katebelece, titipan sekedar mewakili kategori, atau beking dari orang yang tidak faham kredibiltas orang yang diandalkannya.

Tabe srenta hormat!

Chairil Gibran Ramadhan/CGR

Read Entire Article
Kendari home | Bali home | Sinar Harapan