Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat melakukan konferensi pers di Gedung Putih jelang keberangkatan ke KTT ASEAN di Malaysia, Jumat (24/10/2025).(GETTY IMAGES NORTH AMERICA/KENT NISHIMURA via AFP) dilansir dari kompas.com
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali ke Washington DC pada Kamis (30/10/2025) setelah mengeluarkan arahan mendadak untuk memulai uji coba senjata nuklir, langkah yang langsung memicu kekhawatiran internasional akan meningkatnya ketegangan global.
Pengumuman tersebut disampaikan Trump melalui platform Truth Social sesaat sebelum keberangkatannya ke Korea Selatan untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Presiden China, Xi Jinping. Hingga kini belum ada kejelasan apakah yang dimaksud Trump adalah uji sistem persenjataan atau uji ledakan nuklir penuh, mengingat AS belum pernah melakukan uji coba ledakan atom sejak 1992.
Langkah Trump langsung mendapat reaksi keras dari berbagai negara, termasuk Iran, Jepang, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menilai keputusan Trump sebagai tindakan “regresif dan tidak bertanggung jawab” yang mengancam keamanan dunia.
“Seorang pengganggu bersenjata nuklir sedang melanjutkan uji coba senjata atom. Pengganggu yang sama telah menjelek-jelekkan program nuklir damai Iran,” tulisnya di media sosial. Dikutip dari kompas.com
Sementara itu, organisasi penyintas bom atom Jepang Nihon Hidankyo juga menyampaikan protes resmi kepada Kedutaan Besar AS di Tokyo pada Jumat (31/10/2025).
“Arahan tersebut bertentangan dengan semangat dunia tanpa senjata nuklir dan sama sekali tidak dapat diterima,” tegas Nihon Hidankyo dalam surat yang dikutip AFP.
Dari Markas Besar PBB, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres melalui juru bicaranya menegaskan bahwa uji coba nuklir dilarang dalam kondisi apa pun, dan meminta semua negara mematuhi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) yang ditandatangani AS sejak 1996.


















































